Akademisi: Duet Anies - Airlangga Bisa Redam Konflik 2024

FAZ • Saturday, 3 Jun 2023 - 20:39 WIB

Jakarta - Untuk meredam pertarungan politik berujung pada pembelahan masyarakat yang tajam pada Pemilu 2024, perlu rekonsiliasi dalam berbagai cara. Salah satunya adalah menyatukan kutub perubahan dengan kutub keberlanjutan.

"Perlu ada rekonsiliasi politik untuk meredam pertarungan politik saat ini yang cenderung tidak sehat dan mengarah pada konflik yang tajam," kata Dosen FISIP Universitas Nasional, Robi Nurhadi, dalam keterangannya di Jakarta, Sabtu (3/6).

Kecenderungan tajamnya konflik tersebut, menurut jebolan doktor dari UKM Malaysia tersebut, terjadi antara kubu istana dan non istana.

"Karena itu, para pihak perlu mengedepankan kepentingan bangsa dengan menghentikan cara-cara berpolitik yang tidak sehat, dan meracik solusi terbaik dalam menangani suksesi kepemimpinan nasional pada waktu dekat ini," sarannya.
Robi menambahkan, rekonsiliasi politik dalam konteks Pilpres dapat diwujudkan dengan memasangkan paket capres-cawapres yang berasal dari kubu istana dan non istana.

"Misalnya Anies Baswedan dengan Airlangga Hartarto. Saya kira duet tersebut layak diperhitungkan oleh kedua belah pihak. Bukan hanya dari sisi memenangkan pilpres, tetapi juga sebagai jalan tengah menuju rekonsiliasi," sarannya.

Robi melihat, Ketua Umum Partai Golkar tersebut merupakan bagian dari kubu istana yang masih bisa diajak koalisi.

"Dari sisi koalisi perubahan, keberadaan Airlangga bisa menarik jaringan Golkar yang kuat tersebar di Indonesia dan berpengalaman. Juga pengamanan di parlemen sekira Pak Anies jadi presiden," tambah Robi.

Namun, kata Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Masyarakat (P3M) Universitas Nasional tersebut, Airlangga juga punya kelemahan.

"Kalau lihat survei, suara Airlangga Hartarto ini tidak signifikan. Berbeda dengan Golkar yang suaranya besar. Jadi, kalau toh Airlangga ditarik oleh kubunya Pak Anies, maka mesti dipastikan bahwa suara Golkar juga akan terbawa", ujar Robi.

Bagaimana dengan hak mitra koalisi Anies untuk posisi cawapres, Robi mengatakan, wajar mereka berharap itu. Hanya masalahnya, konflik politik yang tajam sekarang berlangsung saat Anies telah diusung oleh koalisi tiga partai.

Artinya, perlu ada kekuatan lain yang digunakan dalam menurunkan tensi konflik.

"Saya kira, capres dari kubu Istana juga akan melakukan langkah rekonsiliasi yang sama melalui penempatan cawapresnya. Mereka cenderung akan ambil sosok yang dekat dengan kubu non istana. Paling tidak, sosok tersebut diterima di para pemilih kubu non istana," tambah dosen Magister Ilmu Politik tersebut.

Terakhir, Robi mengingatkan, jika kubu istana memasangkan Ganjar dengan cawapresnya yang juga berasal dari kubu istana, maka selain memunculkan kekhawatiran menajamnya konflik, juga akan semakin terlihat potensi kekalahannya.