Dianggap Syarat Bagi Parpol Maju Pilkada, Begini Pentingnya Peran Perempuan Jadi Wakil Rakyat

LAN • Wednesday, 31 May 2023 - 13:37 WIB

Suara Perempuan - Perempuan sejak dahulu selalu dipertanyakan kiprah dan kepentingan perannya, padahal, antara kiprah perempuan dan laki-laki justru saling melengkapi, termasuk dalam konteks politik dan pemerintahan.

Saat ini, perempuan memiliki kesempatan yang lebih besar untuk duduk di kursi parlemen, ditunjukkan dengan adanya kebijakan kuota perempuan di partai politik dan lembaga legislatif sebesar 30%.

Namun, dengan angka tersebut ternyata masih belum mampu menjamin kesejahteraan dan pengaruh dari representasi perempuan untuk masyarakat Indonesia, karena pada kenyataannya, masih banyak kebijakan publik yang kurang memperhatikan kepentingan perempuan.

“Kehadiran perempuan diharapkan bukan hanya mewakili kepentingan perempuan, tetapi perempuan juga bisa bicara tentang isu politik yang sangat dekat dengan masyarakat. Misalnya isu kesehatan, isu reproduksi, ketenagakerjaan, kekerasan seksual, dan lain sebagainya,” kata Hurriyah, Direktur Eksekutif Puskapol UI kepada Trijaya FM dalam Talkshow Suara Perempuan, Selasa (30/05/23).

Kenyataan ini berhubungan erat dengan pertanyaan mengenai kapabilitas dan kualifikasi deretan caleg perempuan, seakan-akan kualitasnya tidak setara dengan para caleg laki-laki.

Padahal, kualitas seseorang tidak didasari oleh jenis kelamin dan gender, apalagi melihat kenyataannya kualitas perempuan yang berada di kabinet Jokowi saat ini sangat baik dan memiliki daya saing yang tinggi.

“Kenapa perempuan harus di-underestimate? Padahal laki-laki juga ada yang tidak berkualitas, tidak perempuan aja. Jadi, ini menurut saya sih narasi lama (kolot) dan perlu ditinggalkan,” kata Diah Pitaloka, Anggota Komisi VIII DPR RI.

Menurut Diah, banyak anggota perempuan di DPR yang memiliki tingkat artikulasi dan leadership yang tinggi, sehingga tidak hanya mampu menjembatani pemikiran atau isu mengenai perempuan saja, tetapi juga mengenai ekonomi mikro maupun makro bahkan mengenai isu pertahanan di Indonesia.

Kehadiran perempuan dalam lembaga politik sebenarnya memiliki pengaruh berupa wajah politik Indonesia yang menjadi lebih humanis, serta menjadi pendorong untuk lahirnya kebijakan yang memperhatikan kepentingan perempuan dengan seksama.

Maka dari itu, representasi perempuan dengan kehadirannya di ranah politik harus diperkuat lagi, mengingat saat ini representasi perempuan di pemilu justru memperlihatkan kecenderungan di mana akses yang paling tinggi dan besar yang didapatkan perempuan itu, harus dengan memiliki hubungan kedekatan dengan elit partai politik atau memiliki sumber dukungan finansial.

“Bukan berarti gak ada aktivis yang mulai dari 0 ya, misal seperti bu Diah yang benar-benar mulai dari bawah. Tetapi, kita melihat karena politiknya sangat maskulin, ya ruangnya jadi sempit dan tidak semua (perempuan) punya privilege,” tambah Hurriyah. (Iftikhor)