Ratusan Desa di Jatim Terancam Kekeringan Saat Puncak Kemarau

MUS • Tuesday, 9 May 2023 - 09:39 WIB

Surabaya - Ancaman kekeringan mengancam Jawa Timur. Ratusan desa diperkirakan akan terdampak pada puncak musim kemarau di bulan Juli mendatang. BPBD Jatim menyebut bahwa desa yang terdampak kekeringan tahun lalu harus kembali waspada.

Berdasarkan data BPBD Jatim, ada sebanyak 913 Desa/Kelurahan yang tersebar di 26 kabupaten yang terdampak kekeringan tahun lalu. Jumlah tersebut dibagi menjadi tiga kategori, yaitu kering kritis sebanyak 513 desa, kering langka 303 desa, dan kering langka terbatas sebanyak 101 desa.

Kepala Pelaksana BPBD Jatim, Gatot Soebroto menyampaikan bahwa telah mendapatkan informasi dari BMKG tentang puncak musim kemarau. Menurut Gatot Soebroto, saat ini Jawa Timur masih dalam fase pancaroba. 

"Informasi dari BMKG terkait pancaroba dan puncak musim panas terjadi di bulan Juli,"  tutur Gatot.

Kalaksa BPBD Jatim Gatot  Soebroto mengakui bahwa kekeringan menjadi Pekerjaan Rumah (PR) bersama. BPBD provinsi maupun kabupaten/kota diminta untuk bersiap menyuplai air bersih kepada masyarakat. 

"Kami siap dengan droping air kalau seandainya ada penambahan titik-titik kering kritis,” kata dia.

Soal daerah di Jatim yang meminta droping air bersih, Gatot menegaskan, saat ini masih dalam proses pendataan. BPBD Kabupaten/Kota juga diminta melakukan analisa di wilayahnya masing-masing. "Intinya kami siap melakukan droping air bersih guna mengantisipasi kekeringan,” ujar Gatot.

Sementara terkait kondisi krisis air bersih yang menimpa warga Kampung Polay, Dukuh Ampenang, Desa Jatisari, Kec. Arjasa, Kabupaten Situbondo, akibat rusaknya mesin pompa sumur bor juga telah tertangani secara terpadu dari Pemprov Jatim dan Pemda Situbondo.

BPBD Jatim langsung mengirimkan bantuan air bersih kepada warga terdampak yang berjumlah 141 KK atau sekitar 425 jiwa.

"Sesuai arahan Gubernur Jatim kita sudah lakukan droping air bersih untuk warga. Khususnya untuk memasak dan mandi. Sementara aktivitas lainnya seperti keperluan untuk ternak, warga tetap mengambil air dari Waduk Taman yang berjarak 2 km dr desa setempat," pungkas Gatot. (Her)