Terkesan Dukung Capres Tertentu, Sikap Presiden Dipertanyakan

AKM • Friday, 28 Apr 2023 - 17:14 WIB

Jakarta - Jelang pemilu 2024, Capres dari parrtai politik terus bermunculan termasuk terakhir dari PDI Perjuangan yang mengusung Ganjar Pranowo. Namun, sikap presiden  Joko Widodo - Jokowi dinilai banyak kalangan terkesan  menjadi tim sukses  capres tertentu  dan menjadi dipertanyakan. 

Anggota DPD RU Abdul Rachman Thaha  mengatakan presiden Jokowi seharusnya bersikap netral dan berkerja secara baik tanpa memihak capres tertentu.

“Sekian persen gaji Presiden Jokowi pasti datang dari saya. Dan tidak pernah sekali pun saya menggaji presiden dengan permintaan agar dia bekerja sebagai timses capres -- siapa pun capresnya,” ujar Thaha yang akrab di sapa ART kepada Media, Jakarta, Jum’at (28/4).

ART anggota DPD RI asal Sulteng ini menjelaskan  jika pertemuan presiden Jokowi yang semobil demgan ganjar membahas masalah jawa tengah sangatlah bagus seperti masalah banjir, jalan rusak dan pembenahan kemiskinan.  

“Tapi kalau semobil cuma untuk bahas pencapresan Ganjar, saya tak sudi. Uang dari saya bukan untuk membiayai bensin dan pengamanan presiden untuk kegiatan semacam itu,” tuturnya.

ART mengatakan sikap Jokowi juga aneh dengan mengundang para ketua parpol untuk konsolidasi pencapresan yang seharusnya hadir Megawati sebagai ketua partai. Perilaku ini dinilai menerabas etika, diskriminatif, dan tak tahu malu dan biasanya dilakukan oleh dua pihak dalam politik.

“Pertama, orang bertabiat otoriter. Dia menyalahgunakan kekuasaan yang diberikan kepadanya untuk kepentingan diri sendiri dan kelompoknya. Atau kedua, orang yang sedang panik. Kenapa panik, ya karena sudah menangkap gelagat bahwa dia akan diuber untuk mempertanggungjawabkan kebijakan dan perbuatannya yang centang perenang,” tegas ART.

ART juga mempertanyakan sikap elit politik yang membiarkan presiden melakukan tindakan untuk dukungan kepada capres tertentu.

“Ya boleh jadi karena mereka pun sedang bermasalah. Dengan merapat ke Presiden, terlepas ikhlas atau terpaksa, mereka berlindung dengan harapan tidak menjadi korban watak otoritarian Presiden atau pun agar tetap "aman" pasca Pilpres 2024 nanti,” tandasnya.