DPRD Kota Semarang Minta Partisipasi Semua Pihak Wujudkan Zero Stunting 2024

• Friday, 14 Apr 2023 - 08:35 WIB

Semarang - DPRD Kota Semarang mengapresiasi langkah Pemerintah Kota Semarang dalam mempercepat penurunan stunting atau tengkes, dengan melakukan berbagai inovasi. Anggota Komisi D DPRD Kota Semarang Sifin Almufti pada talkshow Primetopic Goes To Kampus. Menurut Sifin, salah satu terobosannya adalah dengan membuat Rumah PELITA. 

“Di Kota Semarang, saya melihat progam-progam cukup komperhenship untuk menangani kasus stunting, seperti Rumah PELITA dan SiBening (Semua Ikut Bergerak Bersama Menangani Stunting) dan lainnya, bahkan upaya gotong royong berbagai pihak juga terus dilakukan,” tuturnya.

Gebrakan Pemerintah Kota Semarang ini dilakukan dalam mewujudkan zero stunting melalui daycare atau tempat penitipan anak yang dikhususkan untuk balita stunting di wilayah Semarang Barat.

Kepala Dinas Kesehatan Kota Semarang Mochamad Abdul Hakam mengatakan rumah Penanganan Stunting Lintas Sektor bagi Anak Usia Dini (Rumah Pelita) yang diusung Pemkot menjadi solusi tepat dalam mewujudkan Kota Rumah Pelita itu berada di Balai Kelurahan Manyaran Jalan Candi Pawon Timur III, Kecamatan Semarang Barat.

Fasilitas yang tersedia di Rumah Pelita guna menekan angka stunting berupa layanan dan pemberian makanan sesuai arahan ahli gizi, pemeriksaan sanitasi dan fisioterapi, kemudian konseling dan edukasi psikolog.

Menurutnya, pelayanan kebutuhan daycare yang dilakukan rumah PELITA, saat ini menjadi penting karena tuntutan perempuan pekerja mengingat pengasuhan usia balita sulit dilepaskan dari peran ibu. “Layanan day care sebagai salah satu bentuk intervensi pencegahan stunting dan gizi buruk. Penurunan stunting di Semarang mencapai 10,9%. Di Rumah PELITA dilengkapi tenaga pengasuh dari dinas kesehatan, pendampingan psikolog, ada juru masak dengan menu sehat dan nanti di lokasi ini akan kita bentuk urban farming sebagai salah satu upaya ketahanan pangan. Kami juga mengerahkan ibu-ibu PKK dan Posyandu. Model Rumah PELITA ini akan kami bentuk di kawasan lain di Semarang,” ujarnya dalam dialog Prime Topik yang digelar di Smart Class Fakultas Kedokteran Kampus Universitas Muhammadiyah Semarang (UNIMUS), Kamis (13/4).

Talkshow yang mengangkat tema ‘Menuju 2024 Zero Stunting’ dimoderatori oleh Advianto Prasetyobudi dari MNC Trijaya FM Semarang. Selain menghadirkan narasumber Kepala Dinas Kesehatan Kota Semarang Mochamad Abdul Hakam juga Anggota Komisi D DPRD Kota Semarang Sifin Almufti dan Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat UNIMUS, Sayono.

Menurut Hakam, pihaknya telah melakukan survei terhadap 600 balita masing-masing 300 untuk balita stunting dan 300 balita normal, sebagai sampel untuk mengetahui pola asuh anak dai orang tua.

“Jumlah tenaga kesehatan dengan jumlah penduduk tidak berimbang, sehingga masih membutuhkan cukup banyak nakes dan diharapkan dari perguruan tinggi bisa mensupport melalui penempatan mahasiswa kesehatan” tuturnya.

Sementara itu, Anggota Komisi D DPRD Kota Semarang Sifin Almufti menuturkan, stunting menjadi persoalan nasional yang semakin serius harus cepat ditangani, dan butuh partisipasi semua pihak termasuk dari kalangan perguruan tinggi, agar target mewujudkan generasi emas pada tahun 2045 bisa tercapai. 

Bahkan Kota Semarang telah menggagarkan untuk dua OPD masing-masing Dinas Kesehatan sebesar Rp3,5 miliar, untuk kebutuhan bantuan makanan tambahan anak stunting sebesar Rp3 miliar. Sedangkan pada Dindukcapil dianggarakan senilai Rp8,4 miliar untuk penanganan stunting di kalangan masyarakat.

“Dengan anggaran cukup besar itu, diharapkan penangangan stunting bisa cepat tertangani, bahkan tidak hanya di jajaran atas namun juga melibatkan ditingkat bawah seperti kecamatan dan kelurahan serta masyarakat,” ujar politikus PKS itu.

Senada,  Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Unimus Sayono mengatakan stunting adalah suatu kondisi dimana anak mengalami gangguan pertumbuhan, sehingga tinggi badan anak tidak sesuai dengan usianya, sebagai akibat dari masalah gizi kronis yaitu kekurangan asupan gizi dalam waktu yang lama .Stunting atau pendek merupakan status gizi yang didasarkan pada indeks tinggi badan menurut umur (TB/U) dengan z-score kurang dari -2 SD (standar deviasi). Menurutnya,  penyebab anak mengalami stunting karena faktor ekonomi dan edukasi terkait gizi.

“Sebagian besar karena alasan ekonomi dan ada orangtua yang tidak paham soal gizi. Jadi makan enak belum tentu bergizi,” ujar Sayono.