Pertemuan IOC WESTPAC, BRIN Usulkan Pemantauan Temperatur Permukaan Laut

LAN • Wednesday, 5 Apr 2023 - 10:37 WIB

Jakarta - Indonesia ikut berpartisipasi dalam program Cooperative Study of Kuroshio (CSK)-2. Program tersebut menjadi salah satu pembahasan dalam pertemuan Intergovermental Oceanographic Commission (IOC) Sub-Commission for the Western Pacific (WESTPAC) yang diselenggarakan di Auditorium Gedung BJ Habibie, Jakarta, Selasa (4/4). 

Peneliti Ahli Utama Pusat Riset Oseanografi Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Augy Syahailatua mengatakan bahwa pada program CSK-2 ini, Indonesia mengusulkan beberapa poin. Di antaranya, pemantauan temperatur permukaan laut di perairan Kalimantan Utara dan garis pantai pulau-pulau kecil, dan peranan dinamika laut dalam proses penangkapan ikan di kawasan perairan laut Coral Triangle.

Menurut Augy, tujuan utama dari usulan kegiatan ini ialah untuk prakiraan cuaca dan prediksi iklim regional yang lebih baik. Di samping itu juga untuk manajemen data perikanan dan akuakultur yang diinformasikan secara ilmiah di sepanjang Kuroshio dan sekitarnya.

"Program CSK ini salah satu tujuannya memperkirakan perubahan cuaca dan iklim di Kawasan. Kita tidak hanya melihat Indonesia. Tapi bagaimana Indonesia di kawasan. Itu sangat membutuhkan peneliti di Indonesia untuk berkontribusi di sini. Jadi Indonesia bisa saja membuat program sendiri, tapi juga bisa mengikuti program yang sudah ada," kata Augy.

Augy menyebutkan program CSK juga bermanfaat bagi Indonesia. Sehingga pihaknya tertarik untuk tetap mendukung program CSK-2, tidak hanya untuk memperkuat kerja sama penelitian secara regional dan global. Akan tetapi juga bermanfaat bagi Indonesia untuk meningkatkan pemahaman ilmu pengetahuan dan teknologi mengenai sumber daya kelautan dan lingkungan di wilayah Indonesia.

"Kami ingin menggunakan program ini untuk mengeksplorasi Sumber Daya Kelautan dan keanekaragaman hayati laut dalam dan tidak hanya itu juga dapat menjadi kajian kami dalam memetakan potensi gempa dan tsunami dari laut dalam," katanya.

Augy juga menyampaikan sebaiknya Indonesia dapat memimpin penelitian tidak hanya di Samudera Pasifik tapi juga Samudera Hindia. Apalagi jika membahas mengenai samudera, maka di dalamnya terdapat laut dalam, di mana sebagai besarnya berada di Indonesia. 

"Indonesia itu punya 2/3 laut dalam. Sehingga Indonesia menjadi laboratorium buat dunia, dan menjadi modal kita untuk memimpin riset di samudera hindia dan pasifik. Jadi kita punya potensi luar biasa. Belum lagi potensi sumber daya laut dalam. Kalau kita bicara laut dalam di bawah 200 meter bahkan 1000 meter di mana penetrasi matahari sudah tidak ada, sehingga gelap gulita," bebernya.

Di sisi lain, dalam pengembangan kapasitas sumber daya manusia. CSK-2 juga telah menjalankan kegiatan pelatihan Regional Network of Training an Research Centers (RTRC) MarBEST. Pelatihan RTRC MarBEST sudah melatih kapasitas SDM baik periset dan taksonimis khususnya sejak tahun 2016. 

"Ini kita juga mengusulkan untuk diperpanjang 5 tahun lagi. Jadi sebetulnya sudah banyak kontribusi indonesia dalam IOC Westpac. Indonesia juga termasuk negara yang membentuk IOC. Sejarah sudah sangat panjang dengan IOC dan peranan Indonesia sangat strategis peranannya," ungkap Augy. 

Dikatakan Augy, Indonesia melalui BRIN juga ingin terus mendukung RTRC yang luar biasa dengan beberapa skema pendanaan dari yang disediakan seperti Expedition & Exploration, Riset Pelayaran, Kolaborasi Riset, Program Pos-doc, Visiting Professor, dan Post Graduate Program. Tidak hanya skema pendanaan, dukungan juga berupa fasilitas seperti stasiun lapangan di Pulau Pari, fasilitas Riset Oseanografi yang terintegrasi, Fasilitas Riset Bio-Industri Kelautan, dan juga Kapal Riset.

Dalam pertemuan tersebut, beberapa negara juga ikut menyampaikan usulan kegiatan seperti Jepang, USA, Korea Selatan, China, dan Filipina. Untuk diketahui, Kuroshio merupakan salah satu arus laut utama dunia dan arus terkuat di Pasifik. Kuroshio berasal dari Arus Khatulistiwa Utara di pantai timur Filipina, mengalir melalui pantai timur Taiwan, memasuki Laut Cina Timur, mengalir melintasi selat Tokara dan memasuki Samudra Pasifik Utara bagian barat, dan kemudian mengalir ke arah timur laut di sepanjang pantai Filipina dan Jepang.

Kuroshio dikenal sebagai Arus Hitam, karena airnya yang berwarna biru tua/gelap. Wilayah arusnya memiliki fitoplankton yang relatif lebih sedikit dan sinar matahari mampu menembus perairan yang dalam. Akibatnya, air tampak biru tua dibandingkan dengan laut terdekat.

Kuroshio memiliki signifikansi ekonomi, sosial, dan budaya yang penting bagi sebagian besar negara Asia. Ini adalah arus hangat karena berasal dari daerah tropis, mengangkut sejumlah besar jantung dan garam ke utara menuju wilayah kutub. 

Panas yang diangkut oleh arus laut ini mempengaruhi iklim regional Asia Timur dan juga iklim skala cekungan wilayah Lingkar Pasifik melalui telekoneksi atmosfer dan samudra. Studi baru-baru ini juga menunjukkan bahwa area hilir Kuroshio - Perluasan Kuroshio, adalah salah satu penyerap karbon dioksida bersih utama untuk atmosfer bumi. Namun, para peneliti masih menyelidiki mengapa Perpanjangan Kuroshio adalah salah satu wilayah dengan jaring terbesar penyerapan CO2.

Kuroshio dan area perluasannya juga berfungsi sebagai tempat pemijahan dan pembibitan yang penting. Di samping itu, Kuroshio menjadi rute migrasi bagi banyak spesies ikan yang penting secara ekonomi dan ekologis.