Hampir 2 Juta Masyarakat Memilih Berobat ke Luar Negeri, Jubir Kemenkes:”Mungkin Karena Daya Beli Masyarakat Mampu”

LAN • Monday, 13 Mar 2023 - 11:49 WIB

Presiden Joko Widodo mengaku sedih apabila ada warga negara Indonesia yang memilih berobat ke luar negeri ketimbang di dalam negeri. 

"Saya tuh paling sedih kalau mendengar ada warga negara kita yang sakit kemudian perginya ke luar negeri, ke Malaysia, Singapura, ada yang ke Jepang, ada yang ke Amerika," kata Jokowi saat meresmikan Tower A dan B Rumah Sakit Umum Daerah dr. Soedarso, Pontianak, Selasa (9/8/2022). 

Jokowi mengungkapkan, uang yang dikeluarkan untuk membiayai pengobatan WNI di luar negeri jumlahnya besar, yakni lebih dari Rp 110 triliun setiap tahunnya.

Menanggapi hal tersebut juru bicara Kementerian Kesehatan dr. Syahril memberikan komentarnya terhadap masyarakat yang pergi berobat ke luar negeri.

Menurutnya sebagian akar masalah dari masyarakat yang lebih memilih berobat ke luar negeri karena mereka mempunyai daya beli yang tinggi.

“Sebenarnya masih banyak masyarakat yang kita tangani dibanding masyarakat yang lebih memilih berobat ke luar negeri, hanya ada 0,6% yang berobat ke luar negeri” pungkas Syahril dalam program THT Pagi Trijaya FM.

Ia juga sempat menyinggung mengenai gengsi masyarakat, menurutnya sebagian masyarakat yang berobat keluar negeri akan memiliki nilai yang lebih tinggi.

“Seperti orang yang beli barang ber-merk ya mas, mereka beranggapan mungkin merasa dirinya lebih dan wah” tutur Syahril kepada Ike (Penyiar THT Pagi Trijaya FM).

Dalam siaran pagi itu, Ike juga menyinggung mengenai pajak kesehatan ketika orang berobat akan mendapatkan biaya pajak yang lebih tinggi.

dr. Syahril menjelaskan bahwa memang alat-alat medis yang masuk kedalam negeri terkena pajak yang cukup tinggi.

“Alat-alat canggih tidak bisa banyak dibeli oleh rumah sakit, karena memang terkena pajak yang cukup tinggi, bisa jadi itu terjadi” pungkas Syahril.

Lebih lanjut Syahril menambahkan bahwa Kemenkes telah mengusulkan kepada Kemenkeu untuk memberikan perlakuan khusus terhadap alat impor kesehatan yang mempunyai diagnostik tinggi.

“Begitu itu diturunkan, maka daya beli itu akan meningkat agar rumah sakit bisa membeli alat-alat kesehatan dari luar negeri” pungkas Syahril.

Wildan Adil Hilba