Marak Kekerasan Remaja di Indonesia, Salah Siapa?

LAN • Thursday, 9 Mar 2023 - 13:57 WIB

Akhir-akhir ini Indonesia dibombardir oleh sejumlah kasus kekerasan yang dilakukan remaja, baik kekerasan fisik, verbal, maupun seksual, yang berakibat pada trauma, stigma, sampai kematian pada korban yang umumnya juga remaja.

Kekerasan pada remaja merupakan tindakan atau perlakuan yang dapat mengakibatkan cedera dan tekanan mental atau trauma. Tindakan kekerasan yang dilakukan oleh seseorang  kepada remaja  dapat berupa kekerasan fisik, seksual dan emosional. 

Pada tahun 2022 KPAI mencatat korban kekerasan psikis maupun fisik menempati urutan ke dua setelah korban kekerasan seksual. Hal ini menunjukkan bahwa anak- anak di Indonesia 84 jiwa lebih sedang berada di kondisi yang tidak baik.  

Dalam Program Suara Perempuan MNC Trijaya, Rabu (8/3/2023), Ketua Umum Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Ai Marhati Sholihah menjelaskan bahwa KPAI merupakan lembaga independen yang mengawasi, menerima pengaduan dan menjalankan mediasi jika tidak dalam ranah pidana. KPAI melakukan telaah serta kajian, dan memberikan usulan atas advokasi kebijakan perlindungan anak. 

"Kasus kekerasan paling menonjol ketika pelaku adalah orang yang paling dekat dengan korban, bahkan orang yang dijadikan panutan ataupun orang yang mempunyai kekuasaan. Ini yang menjadikan tantangan terbesar kita untuk memastikan para korban mengatakan yang sebenarnya peristiwa yang terjadi terjadi," ujar Ai Marhati. 

Pada kesempatan yang sama Endang Maria Astuti Anggota Komisi 8 Bidang Agama dan Sosial DPR RI  menambahkan anak-anak butuh pengawasan dan peran keluarga itu menjadi penting.  

"Pengalaman saya selama ini, anak itu ada yang traumanya lama dan belum tentu orang tua dan lingkungannya itu mendukung," ujar Endang

Dalam kasus ini Kementerian Agama melakukan sosialisasi pencegahan pernikahan dini bersama Komisi 8 DPR RI. 

Komisi 10 DPR RI tentu senantiasa mendorong pemerintah mencegah hal-hal hal seperti ini. Hal ini disampaikan oleh Himmatul Aliyah selaku anggota Komisi 10 DPR RI. 

"Kami mendorong pemerintah untuk terus melakukan pemetaan pendidikan kita, mendesain pendidikan kita, mau jadi apa generasi muda kita kedepan. Kerena sejak reformasi nilai nilai moral Pancasila itu pelajarannya hilang, dan kami sudah mendorong pemerintah agar pelajaran PMP dihidupkan kembali. Pendidikan karakter sangat penting, pendidikan karakter harus berbasis agama dan budaya," ujar Himmatul. 

(Shifa Az Zahra)