Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Laksana Tri Handoko mengungkapkan idealnya Indonesia memiliki anggaran untuk riset sebesar 1 persen dari produk domestik bruto (PDB). 

Jika dihitung, alokasi anggaran yang berasal dari pemerintah berkurang hingga Rp16 triliun dalam 5 tahun terakhir.

"Menurut standar Unesco dan World Bank, standarnya kalau negara yang PDBnya besar seperti Indonesia, itu 1 persen dari PDB. Tetapi dalam perhitungan resmi pada saat itu [2016] di Indonesia, angka belanja riset nasional mencapai Rp31 triliun,” ujarnya dalam Media Lounge Discussion di Gedung B.J. Habibie BRIN, Jakarta, Jumat (24/2/2023). 

Handoko juga sudah memiliki cita-cita supaya anggaran riset negara ke depannya lebih didominasi oleh pihak swasta. Karena ia telah berkaca pada negara-negara besar, ia menyebut ukuran pembiayaan riset dan inovasi 80 persennya ditanggung swasta, sementara pemerintah hanya 20 persen.

Sementara itu, Handoko juga menekankan komponen ekosistem riset yang seharusnya dimiliki oleh sebuah lembaga negara, yakni sumber daya manusia (SDM) yang unggul, infrastruktur riset, ditopang oleh anggaran. Pasalnya, tiga kompetensi itu dinilai belum maksimal terpenuhi di Indonesia.

{Syafira Dyah Novianti}