PPM School of Management Tutup Rangkaian Kegiatan Bersama Dr. Teresa di @america

ANP • Monday, 20 Feb 2023 - 11:39 WIB

Jakarta – Bersama dengan Dr. Teresa Chaline dari Fulbright Specialist Senior Lecture in Social Enterpreneurship Yale University, beberapa waktu di tanah air, PPM School of Management akhirnya menutup rangkaian agenda dengan menggelar diskusi secara online dan offline, mengangkat tema Creating Social Impact, What it takes to be a social entrepreneur, yang digelar di @america, Jakarta.

Indonesia adalah negara yang kaya dengan sumber daya yang melimpah. Hal tersebut dapat diperkuat dengan data yang menyebutkan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2022 akan tumbuh sebesar 5,2% di tengah kondisi ekonomi global yang mendung. 

Namun, Indonesia masih memiliki banyak masalah seperti pengangguran, kesenjangan pendidikan, kemiskinan, sampah plastik yang mencapai 1.278.900 ton per tahun, dan masih banyak lagi.


Kondisi ini mendorong banyak komunitas dan NGO mengambil inisiatif dalam berbagai bentuk, salah satunya dengan konsep Social Entrepreneurship. Inisiatif ini juga sejalan dengan arahan pemerintah global dan Indonesia untuk mulai mengembangkan gagasan keberlanjutan di semua aspek bisnis.

Manager Inovasi inkubasi dan Pengembangan Usaha PPM school of Management, Nina Ivana Satmaka, mengatakan kedatangan Dr. Teresa Chaline dari Fulbright Specialist Senior Lecture in Social Entrepreneurship Yale University ke tanah air, beraktifitas bersama PPM School of Management, selama dua minggu.

“Dari rangkaian, sebelumnya kita membuat awareness kepada korporasi, dengan ada social entrepreneurship karena sudah tidak zaman kita ngomongin CSR lagi hanya memberikan dana, tapi tidak bekelanjutan. Jadi How a Make better innovation, kita membuat seminar itu untuk meng-encouredge juga, supaya korporasi bisa better social change,” ujar wanita yang merupakan penanggung jawab acara ini, di sela-sela acara.

Lebih jauh, dia juga mengungkapkan, kedatangan Dr. Teresa ini membantu kurikulum sekolah PPM manajemen, yang mana pihaknya punya program sarjana manajemen bisnis dengan salah satu elektifnya adalah entrepreneurship.

“Kita ada mata kuliah tentang kewirausahaan sosial, dan kita pingin membangun kurikulum yang baik lagi, supaya student itu juga lebih tajam lagi dalam melihat social change apa yang mau mereka buat. Kita juga ada program-program community development, Dan dengan kedatangan Teressa ini mempertajam lagi kurikulum kita untuk membantu mahasiswa kita ini bisa menjadi agent of change. Yang mana, mulai dari kuliah ada community development. Ketika mereka lulus, apakah mereka menjadi pengusaha ataupun mereka menjadi berkarir di korporasi kita berharap mereka bisa make social innovation. Membuat inovasi sosial ataupun meng-creat social impact yang lebih bagus, dimanapun mereka berkarya,” paparnya.

Nina, mengungkapkan pihaknya mempelajari dari kedatangan Dr. Teresa  itu betul-betul frame work. Yang mana saat membuat social innovation, agar impact yang didapat benar-benar berdampak. “Itu yang kita pelajari. Jadi kita bisa mempelajari ke mahasiswa-mahasiswa kita bagaimana tempat mereka bekerja bisa lebih respon lagi, bisa lebih memperhatikan masalah-masalah sosial, internal maupun eksternal,” ungkapnya.

“Untuk kurikulum, kami akan lebih mengembangkan lagi. Insert, lebih banyak lagi muatan soal social innovation. Jadi dari tahun pertama, kami akan mengedepankan soal bagaimana membuat social innovation. Masalah local community apa yang ada, meskipun kita tidak start di bisnis baru, tetapi bagaimana kami bisa berkontribusi. Apakah lewat aktifitas, entrepreneurship, profit, kita bisa lakukan ketiganya dalam posisi kita. Baik sebagai mahasiswa maupun sudah berkarir dan berusaha,” lanjutnya.

Jumlah peserta hybride yang mencapai 263 orang ini, mengikuti kuliah umum yang disampaikan tiga pembicara, yakni, Anggun Pesona Intan, Strategic Transformation Innovation expert at PPM School of Management, Founder of Yayasan Terminal Hujan, dan Co-Founder and Advisor of Kampung Wisata Labirin development. Afrodita Indayana Co-Founder and CEO of Ekotifa (PT. Ekowisata Kreatif Indonesia) dan Dr. Teresa Chaline.