Siap IPO Pekan Depan, Pertamina Geothermal Energy Ungkap Alasannya

FAZ • Saturday, 18 Feb 2023 - 17:07 WIB

Jakarta - Di tengah kampanye transisi energi bersih, pengembangan energi baru dan terbarukan menjadi semakin penting. Salah satunya ekplorasi panas bumi alias geothermal yang melimpah di Indonesia. Namun diakui, pengembangan geothermal membutuhkan investasi yang tidak sedikit.

Situasi ini membuat PT Pertamina Geothermal Energy atau PGE harus putar otak mencari pendanaan baru. Di antaranya dengan masuk ke pasar modal melalui Penawaran Umum Perdana Saham atau Initial Public Offering (IPO).

Saat ini, PGE adalah salah satu perusahaan geothermal terbesar di dunia, dengan pendapatan berdasarkan laporan keuangan per 2021, mencapai USD 369 juta atau setara dengan Rp5,71 triliun (asumsi kurs Rp15.500 per dolar AS).

Komisaris PT PGE, Samsul Hidayat mengatakan, IPO perseroan bukan langkah tiba-tiba, tapi sudah direncanakan dengan matang sejak 2 tahun lalu.

’’IPO ini untuk diversifikasi pendanaan bagi kebutuhan capital expenditure PGE yang bergerak di bidang pengelolaan panas bumi Indonesia. Investasi panas bumi butuh pembiayaan cukup besar, dan Pertamina memberikan keleluasaan bagi PGE untuk mencari pendanaan sendiri tanpa bergantung pada induk perusahaan,’’ kata Samsul dalam diskusi Polemik MNC Trijaya: ’’IPO Sektor Strategis, Apa Manfaatnya?’’, Sabtu (18/2/2023).

Dalam catatan PGE, kapasitas geothermal di Indonesia saat ini ada 28 ribu megawatt (MW). Sementara PGE mengelola 13 wilayah kerja dengan kapasitas terpasang 2.300 MW, dimana 660 MW dioperasikan sendiri dan sisanya dalam bentuk join operation dengan swasta.

Besarnya gap antara potensi panas bumi dengan realisasi pengelolaan, membuat Pertamina terus mendorong PGE agar lebih kreatif mencari pendanaan baru untuk meningkatkan kapasitas terpasang.

’’Apalagi geothermal merupakan salah satu energi yang mengarah pada green energy, sehingga isu ini sangat seksi dan menjadi momen tepat bagi Pertamina untuk mencari partner pengembangan,’’ ujarnya lagi.

Samsul menyadari, pada tiap rencana IPO akan selalu ada pertanyaan tentang harga yang ditawarkan kepada investor. Namun ia memastikan, kajian IPO sudah melalui proses panjang dan menghasilkan level harga yang menguntungkan bagi semua. Misalnya dengan mekanisme book building atau masa penawaran awal, untuk mengukur minat calon investor terhadap efek yang ditawarkan.

’’Dalam pasar modal ada mekanisme book building process. Berdasarkan mekanisme ini dilihat berapa kekuatan beli dan minat investor terhadap saham sebuah perusahaan. Kita tidak ingin juga menawarkan saham, tapi investor tidak mempunyai minat membeli di harga tersebut. Jadi dapat saya sampaikan, semua mekanisme itu sudah dilalui. Harga yang terbentuk sudah wajar sesuai harga pasar, yang bisa memberi keuntungan bagi perusahaan maupun investor,’’ tegas Samsul.

Setelah mengantongi pernyataan efektif dari OJK, penawaran umum perdana saham PGE akan dimulai Senin (20/2) hingga Rabu (22/2), dilanjutkan dengan pencatatan efek di lantai bursa pada 24 Februari 2023 dengan kode saham PGEO.

’’Harganya 875 rupiah per saham, atau sekitar 87.500 per lot,’’ pungkas Samsul.