Nikmatnya Umroh dengan Fasilitas Kursi Roda dan Motor Elektrik

AKM • Tuesday, 7 Feb 2023 - 13:00 WIB

Mekkah- Salah satu rukum wajib ibadah unroh di tanah suci Arab saudi adalah Tawaf dan Sai. 2 hal ini menjadi syarat syah tidaknya ibadah unroh bagi seorang muslim. Jika tidak dilakukan maka ibadah umroh seseorang tidak dapat diterima oleh Allah.

Tawaf  dan sai ini bukanlah sesuatu yang mudah dilakukan namun memerlukan energi fisik yang tidak sedikit. Tawaf berupa mengeilingi Ka’bah  sebanyak 7 kali dan Sai dari bukit sofa ke marwah  sebanyak 7 kali tidaklah mudah dilakukan bagi lansia maupun kondisi atau faktor penyebab penyakit lainnya. 

Pemerintah Arab saudi, kemudian mengembangkan sarana kursi roda dan motor elektrik bagi lansia dan berkebutuhan khusus. Bagian ini memiliki jalur berbeda dengan jalur yang dilalui oleh para jemaah untoh.

Dalam kesempatan ini, atas Izin Allah saya, istri dan orang tua menunaikan ibadah unroh pada Januari hingga Februari. Untuk ibadah umroh kali saya merasakan fasilitas kursi  roda dan skuter atau motor elektrik  bagi orang tua yang telah memaauki usia 66 tahun. Dengan usia tersebut, orang tua  saya  tidaklah memungkinkan ibadah secara sempurna untuk gerakan Thawaf dan Sai.

Motor Elektrik

Pemerintah arab saudi juga menyediakan fasilitas penggunaan motor ektrik bagi jamaah Umroh untuk jalur tawaf  dan sai. Skuter berbentuk mirip antara sepeda motor atau semacam "bom-bom car" di Indonesia. Tempat duduknya di bagian belakang, berukuran selebar bangku untuk dua orang, dengan sandaran punggung.

Operasi mesin ini dikendalikan oleh tangan. Ada dua tuas, amsing-masing di bawah setir. Tuas kanan untuk melaju. Tuas kiri untuk mengerem. Ada dashboard di kepala skuter yang menunjukkan lebih rinci pengendalian mesin, seperti daya batrei dan pengaturan kecepatan. Skuter dapat digenjot sampai rata-rata 20 kilomtere per jam. 

Bagi kemdaraan berpenumpang bagi 2 orang maka  Para Jemaah cukup merogoh uang  SAR 115 ( setara Rp. 494.500 ) fasilitas thawaf  aja atau SAR 230  ( setara Rp. 989.000) untuk  thawaf dan sai sekaligus.

Dalam kesempatan ini saya cukup merasakan nikmatnya  faailitas ini bersama orang tua untuk unroh yang pertama. Motor Elektrik ini memiliki jalur khusus yang  tersedia untuk Thawaf dan Sai di lantai 4 Masjidil Haram. Secara bentuk dan fungsi kerjanya sangatlah mudah dengan hanya mengendalikan setir yang tersedia handle kiri dan kanan  berfungsi untuk maju atau mundur.

Dengan kendaraan ini saya dan orang  tua melakukan Thawaf dan Sai sekaligus di jalur yang tersedia dengan tetap dapat melihat sekaligus mengelilingi ka’bah.  Doa dan pengharapan tetap bisa fokus dialntunkan, dan rasa haru serta tangis terjadi seketika.

“Betapa Lemahnya diri ini dihadapan-Mu ya Robb, Mohon Ampuni Dosa untuk segala khilaf-ku. Mudahkan dan lancarkan urusan-ku untuk dunia serta akhirat,” salah satu petikan doa yang saya mintakan.

Setelah sholat sunat tawaf dan dialnjutkan sholat ashar, maka saya dan orang tua  melanjutkan dengan ibadah sai. “Ya Allah, pulihkan kaki dan lutut ini agar hamba dapat beribadah secara  sempurna untuk sholat ketika Ruku, Sujud dan kembali berdiri secara  baik,” ujar orang tua saya yang berdoa dengan khusyu hingga berderai dengan air mata.

Setelah rangkaian tawaf  dan sai dengan motor elektrik selama hampir kurang lebih 3 jam, maka motor elektrik siap dikembalikan. Saya dan orang tua kemudian melanjutkan sholar Magrib berjamaah di lantai bawah  yang semakim dekat dengan ka’bah.

Kursi Roda

 

Dalam pelaksaan umroh yang kedua bersama orang tua, saya dan istri memutuskan untuk menggunakan  kursi roda. Setelah mengambil mikot,   sarana kursi roda  dari waqaf ini digunakan dengan tenaga pendorong saya dan istri sendiri.

Demgan jalur di lantai 2 masjidil haram kami memulai dengan ucapan “ Bismilahi Allah Akbar,”  ketika bertemu dengan tanda lampu hijau hajar aswat.

Doa dan pengharapan dilakukan sepanjang jalur thawaf dengan tetap sesekali memandang ka’bah. Jalur trank sepeda memang terasa lebih jauh dari jakur unroh dilintas dekat ka’bah. Kami pun terus melakukan dan menutup dengan doa setaip kali melihat sudut yamani dari ka’bah dengan ucapann “ Robbana ‘atina Pid dunya hasanah wafil akhiroti hasanah wakina aja bannar,”  mudah2an Allah sellau berikan kebaikan di dunia dan akhirat. Amiin.

Setelah sholat sunah tawaf maka dilanjutkan minum air zam-zam dengan mengucap Bismilah “ Ya Allah Berikan Hamba kekuatan dan tenaga untuk melanjutkan unroh dorong dengan kurai roda yang duduk diatasnya orang tua yang sangat hamba sayangi. 

Tak berlangsung cukup lama dengan keridoaan Allah, maka tenaga sayanterasa kembali pulih seketika. Setelah  sholat sholat ashar berjamaah, Ibadah kemudian dilanjutkan dengn sai dari bukit Sofa ke Mawrah. Ada jalur khusus untuk kursi roda yang berada ditengah dilintasan meraka yang secara sempurna melakukan Sai. Sai dengan kursi roda  kami lanjutkan dengan jalur yang juga memiliki tanjakan dan turunan yang cukup curam terutama di sisi bukit marwah. Akhirnya setelah sai 7 kali dan melintasi lampu hijau dengan berlari kecil, kami tutup sai dengan harap dan doa  diampunkan dari segala dosa dengan tahalul atau dengan bercukur minimal 3 helai rambut.

Dan tenang saja bagi yang ingin di dorong demgan tenaga yang lain dapat menggunakan fasilitas tenaga perugas berbayar. Tarif jasa pendorong kursi roda itu berada di kisaran SAR200 sampai SAR250 atau sekitar Rp 800 ribu hingga Rp 1 juta. Dengan nilai harga maka saia yang dilakukan dapat dilakukan oleh tenga petugas berbayar tanpa ada kendala karena mereka tampak cukup terlatih dengan baik.

Namun dari pandangan saya sangat disayangkan ada dari mereka yang secara  fisik sehat juga menggunakan fasilitas kursi roda dan motor elektrik. Mereka tampak menilmati fasilitas itu dengan uang yang dimilikinya tanpa ada ujur atau penghalang. Mungkin ke depan perlu aitur khusus penggunan kurai roda dan motor listrik harus memiliki ujur berupa lansia dan faktor penyakit lainnya. 

Saya hanya berharap para pengguna  kursi roda dan moor lektrik tetap karena ujur akibat lansia dan faktor lainnya diterima oleh Allah sebagai ibadah unroh yang  mabrur.. amiiin

Reporter Akmal Irawan