Jelang Tutup Tahun 2022, Produksi Gas Wilayah Jabanusa Surplus

MUS • Saturday, 31 Dec 2022 - 08:43 WIB

Surabaya - Jelang akhir tahun 2022, lifting minyak dan gas (migas) di wilayah Jawa Bali Nusa-Tenggara (Jabanusa) menunjukkan hasil menggembirakan. Kepala perwakilan Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Jabanusa, Nurwahidi mengatakan untuk produksi minyak, realisasi di Jabanusa hampir memenuhi target. 

Diakui, Blok Cepu yang menjadi produsen minyak terbesar nasional sempat mengalami kendala produksi akibat longsor pada pipa penyalur di lapangan minyak Kedung Keris. Tapi ExxonMobil selaku pengelola Blok Cepu mampu mengejar ketertinggalan itu. 

BACA JUGA: Kepala SKK Migas Tinjau Sumur Discovery Sungai Anggur Selatan-1

’’Setelah sempat terhenti satu bulanan kita genjot produksi disitu, sekarang pelan-pelan naik 18 ribu hingga 19 ribu barel per hari,’’ kata Nurwahidi di Surabaya, Jumat (30/12/2022). 

Sementara untuk lifting gas, realisasinya bahkan lebih tinggi dari target. ’’Gasnya malah ada tambahan potensi produksi sekitar 20-25 persen,’’ ujar Nurwahidi. 

BACA JUGA: Tampilkan Kinerja Unggul, PHR Sukses POP-kan 391 Sumur WK Rokan di Akhir Tahun

​​​​​​Capaian tersebut diharapkan mampu menutup kebutuhan gas industri, khususnya di Jawa Tengah dan Jawa Timur, yang selama ini masih kurang. 

’’Ini memberi kesempatan kepada perusahaan-perusahaan di Jatim dan Jateng untuk bisa berkembang karena sudah tersedia sumber energi gasnya. Ke depan kita akan optimalisasi pemanfaatan gas melalui konversi dari penggunaan BBM menjadi penggunaan gas, terutama di industri-industri,’’ sebutnya.

BACA JUGA: SKK Migas Jabanusa: Media Massa Etalase Industri Migas Nasional

Nurwahidi optimis produksi migas pada 2023 akan terus bertambah, didukung oleh sejumlah program pengembangan. 

’’Ada HCML (Husky-CNOOC Madura Limited) dari lapangan MAC mudah-mudahan bisa berproduksi sekitar Februari-Maret 2023. Kemudian ada lapangan Husky juga, MBK namanya, yang akan dikembangkan dan mudah-mudahan tahun 2024 bisa berproduksi,’’ harap Nuwahidi.

Ia menyebutkan beberapa lapangan lain, yang memungkinkan untuk dikembangkan pada 2023, seperti lapangan Hidayah dan Bukit Panjang yang dikelola Petronas, serta lapangan gas Paus Biru yang dioperasikan Medco di Pamekasan.

Besarnya potensi gas yang ditemukan, sejalan dengan kebijakan transisi menuju energi baru terbarukan. "Karena kalau kita bicara transisi energi, salah satunya adalah bagaimana optimalisasi pemanfaatan produksi gas," tutur Nurwahidi. 

Meski disadari Nurwahidi, optimalisasi penggunaan gas masih menemui tantangan dari sisi kesiapan infrastruktur, untuk mendukung daya serapnya. 

"Ini satu tantangan karena kita harus menyiapkan infrastruktur gasnya. Tapi kemampuan pengaliran gas dari sumur reservoir kita cukup mampu untuk memenuhi peningkatan produksi gas," pungkas dia.