Aksi Berdampak bagi Masyarakat Desa Wisata Bilebante Hingga Penanaman 1000 Pohon di Gunung Sasak, Lombok

ANP • Thursday, 1 Dec 2022 - 18:42 WIB

Lombok – PT Bank Central Asia Tbk (BCA) terus berkomitmen mewujudkan visi keberlanjutan dalam setiap aksi nyata perseroan sebagai bagian dari implementasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs). Salah satunya adalah dengan memberikan dukungan terhadap pengelolaan desa-desa wisata sebagai destinasi pariwisata baru di Tanah Air yang tumbuh secara berkelanjutan.

Dalam rangka memastikan dukungan tersebut tepat sasar, Executive Vice President Corporate Communication & Social Responsibility BCA Hera F Haryn didampingi oleh Senior Vice President Corporate Communication BCA Susanti Nurmalawati dan Kepala KCU BCA Cakranegara Indrawanto Sahama melakukan kunjungan ke Desa Wisata Bilebante, Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat (NTB).

Di sela-sela kunjungan tersebut, rombongan BCA juga melakukan penanaman pohon di lahan Gunung Sasak, yang merupakan lahan kering, dan tidak ada pohon yang dapat hidup pada daerah tersebut. Namun, masyarakat peyangga tak mengenal lelah, mereka tetap tekun melakukan penghijauan sejak tahun 2012 dan akhirnya menuai hasil yang baik, yaitu pohon tumbuh dengan subur. Hari ini BCA bersama kelompok tani Wana Sasak Lestari kembali menanam 1.000 pohon durian di lahan seluas 10 ha. BCA berharap beberapa tahun kedepan kelompok tani dapat memanfaatkan buah tersebut untuk penunjang pendapatan, sekaligus menghijaukan lahan Gunung Sasak. Seremoni kegiatan ini turut dihadiri oleh Bupati Lombok Barat,  H. Fauzan Khalid S.Ag, M.Si dan Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Pemerintah Provinsi NTB Julmansyah di Lombok, Selasa (29/11).

Hera mengungkapkan, dukungan perseroan terhadap pengembangan potensi pariwisata melalui destinasi desa wisata di Tanah Air terus berlanjut dalam berbagai kegiatan pendampingan. Seperti di Desa Wisata Bilebante, BCA menghadirkan berbagai pelatihan yang relevan dengan kebutuhan komunitas lokal yang mengelola desa wisata tersebut. Hal ini dilakukan dalam rangka memastikan desa-desa wisata yang sudah terekspos terus meningkatkan kapasitas dan kapabilitas menjadi destinasi yang terus dapat memberikan nilai tambah ekonomi bagi komunitas dan daerah setempat secara berkelanjutan. “Kami menyaksikan langsung dampak dari dukungan yang diberikan perseroan kepada desa wisata di Bilebante. Sama halnya dengan 12 desa binaan BCA lainnya, dampak langsung dari pendampingan yang kami berikan adalah menjamin pengelolaan desa wisata yang mampu berdaya saing dan sustain,” ujar Hera.

Seperti diketahui, desa wisata Bilebante tengah menjadi daya tarik destinasi baru di mata wisatawan domestik maupun asing, setelah berhasil keluar sebagai juara kedua untuk Kategori Alam dalam BCA Desa Wisata Award pada akhir tahun lalu. Desa tersebut memiliki keunikan dan keunggulan dari sisi alam. Tidak heran jika desa wisata tersebut saat ini dikenal sebagai salah satu destinasi wisata hijau, yang menawarkan para wisatawan untuk kembali ke alam. Ciri khas tersebut harus dapat terus dikelola melalui berbagai pendekatan, baik melalui eksplorasi tradisi dan kultur setempat, maupun melalui pemanfaatan teknologi cerdas masa kini. 

Desa Wisata Bilibante saat ini memberdayakan 60 tenaga kerja yang berasal dari penduduk setempat, mayoritas tenaga kerja wanita dan pemuda. Dari sisi UMKM lokalnya,  desa ini menawarkan sekitar 17 kuliner produk UMKM yang terdiri dari ayam merangkat, bakso rumput laut, aneka olahan keripik, plecing, dan sebagainya. Adapun pendapatan rata-rata UMKM wanita di Desa Wisata Bilebante tercatat sebesar Rp4 juta per bulan, sehingga mampu menjadi salah satu penggerak ekonomi masyarakat desa setempat.

Sementara itu, Hera menambahkan, “Kami juga menginisiasi penanaman pohon di Wilayah Gunung Sasak dengan maksud mendukung konservasi kawasan pegunungan Sasak sebagai habitat pendukung utama kehidupan di wilayah sekitar yang pada akhirnya dapat memberi dampak signifikan terhadap pengurangan emisi karbon, pemulihan alam, serta pengaturan iklim.”

 

BCA melihat banyak potensi manfaat yang dapat timbul dari penanaman bibit pohon ini. Khusus Penanaman 1.000 pohon durian di Kawasan Gunung Sasak Lombok ini, kami harapkan dapat menuai dua manfaat, antara lain: 

 

1. Manfaat Ekologis

Menurut sumber informasi dari Direktorat Jenderal Holtikultura Kementerian Pertanian, setiap pohon durian pada usia tanam 20 tahun memiliki potensi menyerap karbonhingga 1,42 ton CO2 ekuivalen/tahun. Oleh karena itu, dengan 1.000 pohon durian, BCA berharap potensi pengurangan emisi karbon dapat mencapai 1.420 ton CO2 ekuivalen/tahun. 

 

2. Manfaat Ekonomis

Pada usia kurang dari 8 tahun sampai dengan usia 20 tahun biasanya pohon durian mulai menghasilkan buah. Harapan BCA dari 1.000 bibit pohon yang ditanam akan mampu menghasilkan buah, baik untuk dikonsumsi sendiri maupun dijual sebagian, sebagai tambahan pendapatan sehari-hari masyarakat, di mana saat panen diperkirakan bisa menghasilkan rata-rata Rp 1-2 juta/pohon. 

 

Penanaman pohon tersebut juga dilakukan sebagai bagian dari gerakan “BCA Go Bi6 5tep,” yaitu inisiasi menanam 18 ribu pohon di sejumlah lokasi di Tanah Air dalam rangka mewujudkan lingkungan yang hijau dan mendukung net zero emission. 

 

BCA berharap melalui adanya program penanaman pohon ini akan mendukung pengaturan iklim pada skala lokal, pengurangan bencana dan resiko, perlindungan dan pemulihan alam, berkontribusi untuk kesejahteraan kelompok penanam, serta employee engagement BCA dan grup.

 

Sebagai informasi, BCA senantiasa aktif mewujudkan komitmen dalam pembangunan berkelanjutan dengan mengedepankan nilai-nilai environmental, social, and governance (ESG). BCA memperkuat komitmennya dengan penyaluran kredit untuk sektor-sektor berkelanjutan yang mencapai Rp172,7 triliun di September 2022. Angka tersebut naik sebesar 18,6% YoY, dan berkontribusi hingga 25,1% dari total portofolio pembiayaan BCA. Selain itu, BCA juga melakukan beberapa inisiatif lain seperti pengelolaan limbah kartu dan EDC, serta turut pemadaman lampu selama 1 jam pada 544 gedung kantor BCA untuk mendukung program Earth Hour beberapa waktu lalu. 

 

 

 

Menelusuri Pesona Keindahan Desa Wisata Bilebante - Executive Vice President Corporate Communication & Social Responsibility BCA Hera F Haryn (kedua kiri) didampingi oleh Senior Vice President Corporate Communication BCA Susanti Nurmalawati (kanan) dan Kepala KCU BCA Cakranegara Indrawanto Sahama (kedua kanan) mengunjungi salah satu kuliner UMKM di Desa Wisata Bilebante, Lombok pada Senin (28/11). 

 

Desa Wisata Bilebante merupakan desa binaan BCA yang memberdayakan 60 tenaga kerja yang berasal dari penduduk desa setempat dimana mayoritas merupakan tenaga kerja wanita dan pemuda. 

 

Desa wisata Bilebante tengah menjadi daya tarik destinasi baru di mata wisatawan domestik maupun asing, setelah berhasil keluar sebagai juara kedua untuk Kategori Alam dalam BCA Desa Wisata Award pada akhir tahun lalu. Desa tersebut memiliki keunikan dan keunggulan dari sisi alam. 

 

Selain itu, desa ini menawarkan sekitar 17 kuliner produk UMKM yang terdiri dari ayam merangkat, bakso rumput laut, aneka olahan keripik, plecing, dan sebagainya. Seperti diketahui, pendapatan rata-rata UMKM wanita di Desa Wisata Bilebante tercatat sebesar Rp4 juta per bulan sehingga mampu menjadi salah satu penggerak ekonomi masyarakat desa setempat.

 

 

BCA Tanam 1.000 Pohon Durian di Gunung Sasak, Lombok Barat - (kiri ke kanan) EVP Corporate Communication & Social Responsibility BCA Hera F. Haryn, Bupati Lombok Barat H. Fauzan Khalid, Kepala KCU BCA Cakranegara Indrawanto Sahama, Ketua Kelompok Tani Wana Sasak Lestari Alsyah, Kepala Dinas Lingkungan dan Kehutanan Pemerintah Provinsi NTB Julmansyah menanam pohon dalam kegiatan penanaman 1.000 pohon Durian yang diinisiasi oleh BCA di Lombok Barat, Selasa (29/11). 

 

Program ini merupakan inisiatif CSR BCA di bawah payung Bakti BCA, berkolaborasi dengan pemerintah daerah dan masyarakat setempat.  Penanaman 1.000 pohon durian ini dilakukan pada lahan seluas 10 ha di Kawasan Gunung Sasak Lombok. Melalui program ini, BCA berharap dapat memberikan manfaat ekologis dan ekonomis bagi masyarakat setempat. Manfaat ekologis berupa penurunan emisi karbon hingga 1.420 ton CO2 ekuivalen per tahun, dan mendukung target net zero emission tahun 2050 yang dicanangkan Pemerintah Provinsi NTB.