Hari Guru Nasional, Presiden PKS: Guru Layak Dapat Apresiasi Tinggi

MUS • Friday, 25 Nov 2022 - 20:47 WIB

Jakarta - Presiden PKS Ahmad Syaikhu memberikan apresiasi kepada para guru dan pejuang pendidikan karena terus berjuang untuk memastikan pendidikan anak didiknya meski dalam situasi sulit kala pandemi.

Pada peringatan Hari Guru Nasional 2022, Syaikhu menyebut sebagai momentum untuk memberikan penghargaan setinggi-tingginya kepada para pendidik karena komitmennya memastikan pendidikan anak didik tetap berjalan.

“Kita semua mengalami masa sulit saat puncak pandemi, begitu juga dengan anak-anak kita harus berubah secara tiba-tiba dalam metode belajar. Namun, para guru tidak putus asa. Mereka belajar cepat, menggali berbagai metode baru dengan satu tujuan, anak-anak tidak boleh berhenti belajar,” ungkap Syaikhu.

“Pada Hari Guru Nasional (HGN) 2022 kami berikan apresiasi setinggi-tingginya untuk para guru atas keteguhannya memperjuangkan pendidikan. Apresiasi juga untuk para guru yang berjuang di daerah tertinggal, terluar dengan segala keterbatasan. Semoga spirit Ki Hajar Dewantara kembali menyemangati bapak ibu guru semua,” tambah Syaikhu.

Sebab itu, pemerintah selaiknya memberikan penghargaan yang terbaik bagi guru-guru di Indonesia. Salah satunya adalah dengan memperhatikan nasib guru honorer yang ikhlas mengajar namun belum terperhatikan dari sisi kesejahteraan.

Masih ada guru-guru yang mengajar dan dibalas dengan perhatian yang tidak layak. Bagaimana seseorang yang mencurahkan sebagian besar waktunya untuk mengajar murid-murid hanya mendapatkan Rp 300 ribu per bulan? Rasanya kita harus mengevaluasi diri, kita mengaungkan merdeka belajar tapi guru-guru itu belum merdeka,” ujar Syaikhu.

Menurut data Kemendikbud pada 2022, baru 52 persen (1,5 juta) guru yang berstatus PNS. Sisanya adalah guru honorer (704 ribu), guru tetap yayasan (401 ribu), guru tidak tetap dan lainnya (313 ribu). Artinya, negara masih berhutang besar terhadap para guru yang mengajar hanya dengan keikhlasan semata.

“Padahal cita-cita besar kita adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Lalu dimanakah perhatian negara ini terhadap garda terdepan dalam mewujudkan cita-cita itu? Sudah 77 tahun Indonesia merdeka, sudah 77 tahun organisasi guru berdiri, tapi berpuluh dekade itu nasib guru masih memilukan,” kata Syaikhu.

Menurut data Kemendikbud pada 2022, baru 52 persen (1,5 juta) guru yang berstatus PNS. Sisanya adalah guru honorer (704 ribu), guru tetap yayasan (401 ribu), guru tidak tetap dan lainnya (313 ribu). Artinya, negara masih berhutang besar terhadap para guru yang mengajar hanya dengan keikhlasan semata.

“Padahal cita-cita besar kita adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Lalu dimanakah perhatian negara ini terhadap garda terdepan dalam mewujudkan cita-cita itu? Sudah 77 tahun Indonesia merdeka, sudah 77 tahun organisasi guru berdiri, tapi berpuluh dekade itu nasib guru masih memilukan,” kata Syaikhu.

Syaikhu berpesan agar negara bisa menyejahterakan para guru terutama guru honorer, melakukan pemerataan guru di seluruh wilayah Indonesia terutama daerah 3T dan memiliki roadmap panjang dunia pendidikan tanah air.

“Setiap berganti kurikulum, para guru disibukkan dengan kaidah baru penerapan kurikulum. Tidak fokus pada pembelajaran ilmu dan karakter kepada anak didik. Sementara kurikulum di negeri ini lebih sering berganti seiring bergantinya pengambil kebijakan. Kita memiliki pakar-pakar pendidikan yang mumpuni, maka penting membuat roadmap pendidikan jangka panjang dengan melibatkan guru sebagai salah satu elemen penting di dalamnya,” ungkap Syaikhu.