Resmi Dibuka, IOG 2022 Jadi Etalase Potensi Migas Indonesia

MUS • Wednesday, 23 Nov 2022 - 12:05 WIB

Nusa Dua - SKK Migas menggelar International Convention of Indonesia Oil and Gas 2022 atau IOG 2022 secara hybrid pada 23-25 November 2022 di Bali Nusa Dua Convention Center (BNDCC). 

Terdapat tiga isu yang diusung dalam pertemuan ini, mulai dari pemulihan ekonomi, ketahanan energi, hingga transisi energi.

Kepala SKK Migas, Dwi Soetjipto mengatakan lewat konvensi bertaraf internasional ini pemerintah ingin menunjukan potensi sumberdaya indonesia dan berbagai kemudahan berinvestasi di sektor hulu migas.

BACA JUGA: IOG Convention 2022, Komitmen SKK Migas Jaga Ketahanan Energi Nasional

“Temanya colaboration, yang pertama tentu sosialisasi data yang potensial di Indonesia harus dibuka, di both SKK Migas itu terlihat potensinya dimana saja, yang kedua lewat forum-forum diskusi dan juga mediasi untuk adanya deal bisnis itu kita harapkan agar terjadi. Kementerian ESDM juga akan mengumumkan pemenang dari tender-tender yang sekarang jalan, itu semua akan membuka mata para investor bahwa indonesia cukup bagus untuk berinvestasi,” kata Dwi Soetjipto saat membuka IOG 2022 di Nusa Dua, Bali, Rabu (23/11/2022).

BACA JUGA: Kolaborasi SKK Migas dan Kemenkeu Hasilkan Sistem Informasi Terintegrasi

Dwi bersyukur melihat tingginya antusiasme masyarakat dan investor terhadap forum ini. Menurut catatan sementara, ada 1.600 orang yang hadir secara offline dan 23.500 secara online dari 74 negara.

Komitmen investasi diharapkan mampu mendorong pencapaian visi 2030, yang menargetkan produksi minyak 1 juta BOPD dan produksi gas 12 BSCFD per hari di tahun 2030.

Apalagi menurut catatan SKK Migas, Indonesia memerlukan investasi hulu migas senilai US$ 20 miliar hingga US$ 26 miliar per tahun.

Di saat yang sama, industri migas juga sedang menghadapi tantangan berat akibat gejolak politik global yang berimbas stabilitas harga dan pasokan energi. 

“Hal ini berpotensi menimbulkan ancaman inflasi dan krisis ekonomi dan energi. Dengan demikian ketahanan energi merupakan isu penting untuk dibahas,” tambah Dwi. 

Isu transisi energi menuju energi bersih juga menjadi sorotan dalam pertemuan ini. Setelah Protokol Kyoto, Perjanjian Paris, dan KTT G20 di Bali, banyak negara, termasuk Indonesia, berkomitmen penuh untuk mengurangi emisi karbon.

“Di industri migas, kami melihat bahwa beberapa perusahaan minyak besar telah memasukkan pengurangan karbon dan investasi energi terbarukan dalam strategi portofolio mereka,” lanjut Dwi. 

Karena itu IOG 2022 menjadi forum untuk menjawab tantangan memperkuat kolaborasi investasi sambil terus beradaptasi dengan transisi energi. 

“Kami masih perlu memaksimalkan nilai sumber daya minyak dan khususnya gas kami untuk memastikan keamanan dan keterjangkauan energi di kawasan ini sambil memenuhi ambisi bebas emisi karbon," pungkasnya.