Gus Fadlun: DPRD Jateng Hadirkan Laras Budaya untuk Menjaga Kearifan Lokal

MUS • Tuesday, 15 Nov 2022 - 17:16 WIB

Wonosobo - Berbagai kesenian tradisional khas Wonosobo mulai Tari Jaran Kepang (Kuda Lumping), Lengger dan Tari Topeng kembali dipentaskan, setelah dua tahun terhenti akibat pandemi. Kali ini program Laras Budaya yang diinisiasi oleh DPRD Prov. Jawa Tengah dengan menampilkan tari-tarian itu digelar Desa Wringinanom, Kecamatan Kertek, Kabupaten Wonosobo, Senin (14/11).

Bagi masyarakat setempat Lengger Wonosobo, memiliki daya tarik tersendiri bagi penonton, mengingat biasanya, kesenian ini dimainkan oleh kaum lelaki, kali ini dimainkan oleh penari perempuan.

"Dengan berbagai kekayaan kesenian dan kebudayaan lokal ini, seharusnya kita bangga sebagai bangsa dengan keberagaman budaya inilah, bangsa ini memiliki karakter yang kuat, untuk itu kesenian dan kebudayaan asli harus dijaga dan dilestarikan," tutur Akhmad Fadlun SY (Gus Fadlun) Anggota Komisi E DPRD Jateng, dalam dialog kebudayaan yang dilaksanakan ditengah pertunjukan. 

Selain Gus Fadlun dialog ini juga menghadirkan Budayawan Slamet Suripto, sebagai pembicara dan moderator Dendi Ganda dari Trijaya FM Semarang.

Dalam dialog yang mengusung tema ‘Nguri-Uri Seni Budaya Tradisional Kabupaten Wonosobo’ itu, Gus Fadlun mengatakan DPRD Jateng akan terus mendorong kesenian tradisional di daerah agar kembali bangkit, hingga dapat dipertahankan dan dilestarikan oleh para seniman.

DPRD Jateng, lanjutnya, tetap akan memperjuangkan para sanggar seni mendapatkan bantuan dari pemerintah, terutama para sanggar seni yang sudah memenuhi persyaratan yang ditentukan.

“Sanggar seni yang sudah berbadan hukum dan memenuhi persyaratan lainnya, harus kita perjuangkan, termasuk sanggar seni Ringin Putih Budaya dari Wonosobo ini,” ujar Akhmad Fadlun.

Dia menambahkan DPRD Jateng sangat peduli terhadap kesenian tradisional daerah hingga akan terus didorong agar lebih berkembang ke depan dan menarik.

Menurutnya, seni itu sangat menyenangkan dan sangat menghibur sebagai pelepas lelah. Apalagi jika lagi strees (sumpek) dapat cepat melupakan dan kembali senang.

Selain itu, DPRD juga akan ikut mendorong para seniman di daerah agar bisa lebih inovatif dengan menciptakan kreasi-kreasi baru, hingga kesenian tradisional dapat disukai masyarakat.

Akhmad Fadlun menuturkan, pertunjukan seni tari ini merupakan salah satu momentum untuk membangkitkan kembali kesenian tradisional dan menjaga budaya dan kearifan lokal.

“Sejak jaman Walisongo kesenian itu sudah ada dan sangat berperan untuk menyampaikan pesan-pesan moral bernuansa agamis pada saat itu oleh para Wali,” tutur Akhmad Fadlun.

Akhmad Fadlun mengajak semua seniman muda kembali bersama-sama mengembangkan kesenian tradisional daerah sebagai budaya Indonesia, yang diharapkan bisa semakin digemari masyarakat luas.

Sementara itu, Budayawan Slamet Suripto sangat mengapresiasi langkah DPRD Jateng yang terus mendorong para seniman tetap berkreasi dan ikut melestarikan kekayaan budaya bangsa dengan menggelar pementasan berbagai seni tradisional.

Dia menuturkan tari tradisi ini merupakan kreasi baru yang mengusung berbagai kearifan lokal dan khas daerah Wonosobo.

Seni tari tradisional yang melibatkan sanggar Ringin Putih Budaya menampilkan tari-tarian menarik dengan kreasi baru yang didukung seniman-seniman muda.

“Saya berkomitmen tetap akan terus mendorong kesenian tradisional Wonosobo bersama seniman- seniman muda di wilayah ini, ujar Slamet.

Menurutnya, kesenian saat ini sudah modern, sehingga banyak diantara mereka yang tidak mengetahui kesenian tradisional tersebut. Selain itu, ada juga tarian yang dikhususkan untuk menunjukan potensi unggulan di Wonososbo. Misalnya, tari jaran kepang dan tari Topeng.

“Potensi kesenian tradisional Wonosobo tidak lepas dari giatnya para seniman dan sejumlah sanggar seni untuk mempertahankan dan melestarikan berbagai seni tari tradidisonal, meski di tengah gempuran masuknya seni budaya modern dari negara lain,” tuturnya.

Slamet mendirikan sanggar seni sejak 1980 dan sampai saat ini sudah melatih tari untuk generasi yang ke-19. Bahkan mulai 1983 telah mengembangkan kesenian tari Topeng Lengger diluar Desa Binangun dengan tehnik tari mengikuti era dan jaman, agar tidak monoton.

Seusai dialog, digelar pentas beberapa seni tari Jaran Kepang, tari Lengger dan Tari Topeng yang dimainkan para seniman muda dari daerah Wonosobo itu.

Geliat Panggung Kesenian Tradisional Wringinanom nampaknya benar-benar terasa gayeng lagi, karena ruang ekspresi seniman ini menjadi awal kembangkitan mereka setelah terpuruk akibat pandemi.

Pertunjukan tari-tarian yang tampil bergantian itu mendapat sambutan puluhan penonton. Mereka bersorak dan tepuk tangan meriah, meski sempat diguyur hujan.

Penampilan yang lincah seniman muda dengan membawakan tari Jaran Kepang membuat puluhan penonton kembali bertepuk tangan dan penuh antusias mereka ramai-ramai mengabadikan gambar dengan mengambil foto melalui ponselnya secara bergantian.

Bahkan 9 penari perempuan cantik yang tergabung dalam Sanggar Ringin Putih Budaya dari Wonosobo itu gestur tubuhnya enerjik, begitu juga saat memainkan kuda lumpingnya.

Mereka menceritakan pasukan Pangeran Diponegoro saat dalam perjalanan ke Dieng sesampai Wonosobo harus berperang melawan penjajah kolonial Belanda.

Pada akhirnya Pasukan Pangeran Diponegoro menang. Kemenangan itu dirayakan dengan menyelenggarakan syukuran dan menampilkan tari-tarian, termasuk tari Lengger, Tari Topeng dan Jaran Kepang. (Den)