Ketua Poros Pasundan Tanggapi Peneliti BRIN Soal Airlangga Hartarto

FAZ • Friday, 4 Nov 2022 - 20:38 WIB

Jakarta - Pengamat Politik sekaligus Ketua Poros Pasundan, Aceng Nasir menanggapi statement Peneliti dari Pusat Riset Politik Badan Riset dan Inovasi Nasional (PRP-BRIN) Firman Noor terkait pencapresan Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto.

Sebelumnya, Firman menilai penentu realisasi pengusungan Airlangga sebagai capres adalah komitmen Partai Golkar. Namun ia menekankan elektabilitas partai tidak bisa langsung dikonversi menjadi elektabilitas calon yang diusung. Hal itu ia katakan menyusul hasil survei LSI Denny JA yang menempatkan elektabilitas Partai Golkar berada pada urutan terbesar kedua.

Menanggapi pernyataan Firman, Aceng mengatakan bahwa Partai Golkar sebagai partai besar dan sangat berpengalaman sudah saatnya menunjukkan jati dirinya untuk mendorong kader terbaiknya yaitu ketua umumnya menjadi calon presiden bukan lagi sebagai pendukung calon lainnya. Ini menjadi tantangan untuk Golkar dalam menentukan kepemimpinan bangsa kedepan dengan menunjukan sikap kepercayaan diri mendorong kadernya yang terlah teruji dan tidak perlu ada keraguan lagi.

"Persoalan popularitas ataupun akseptabilitas hanyalah bagian permainan percitraan publik dengan berbagai propoganda politik yang belum tentu teruji leadershipnya apalagi untuk mempimpin Indonesia yang sangat besar, ini perlu banyak syarat bukan hanya sekedar tokoh populer saja" ujar Aceng dalam keterangannya, Jumat (4/11/2022).

Menurutnya, ketua umum partai adalah kader terbaik yang memiliki otoritas menjalankan roda organisasi sesuai AD/ART yang berlaku di partai tersebut. Dalam proses hajatan politik, peran ketua umum sebagai nahkoda sangatlah penting dalam menentukan arah kemana kapal berlayar termasuk menentukan kebijakan yang dilakukan untuk para awak di kapal tersebut.

"Seorang Airlangga Hartarto adalah sosok yang sudah cukup teruji untuk maju sebagai capres di 2024. Selain dari pengalaman memimpin Golkar sebagai organisasi parpol besar, juga banyak hal lain yang menjadi poin proof nya," tegasnya.

Aceng menjelaskan, proses pilpres dan pileg yang dilakukan di masa tahun politik baik dilaksanakan secara bersamaan ataupun tidak,  tentu memiliki korelasi yang saling berkaitan. Seperti PDIP mengusung Jokowi dan Gerindra yang mengusung Prabowo.

Dan ini salah satu contoh korelasi pilpres dan pileg yang Kedua contoh diatas memiliki dampak signifikan terhadap elektabilitas partai tersebut tentu jauh berbeda dengan hanya sekedar partai pendukung di karenakan ketidakberanian ketua umumnya maju sebagai kandidat atau alasan karena faktor persyaratan 20% yang terpaksa harus koalisi.

"Tinggal Bagaimana seluruh kader Golkar berani secara terbuka dan masif melakukan direct ke publik tentang sosoknya, rangkul semua elemen, bangun kelompok-kelompok relawan, terus bergerak dan yakinkan publik yang awam," Jelas Aceng.

"Saya optimis selain punya kewenangan sebagai ketua umum partai, Airlangga Hartarto punya peluang besar sebagai tokoh garis tengah yang bisa masuk ke semua lapisan dan merangkul semua golongan, kita sudah cukup lelah bangsa ini di gariskan dan perlu tokoh tengah yang masuk ke kiri dan kanan atas maupun bawah dan Airlangga ini sosok yang pas," pungkasnya.