Universitas Groningen Terinspirasi di Indonesia

ANP • Friday, 4 Nov 2022 - 20:03 WIB
Breakfast Meeting: Mervin Bakker, Director of International Strategy & Relations - Prof. Jouke de Vries, President of the University of Groningen - Prof Bayu Jayawardhana, Professor in Mechatronics and Control of Nonlinear Systems - Prof. Ronald Holzhacke

JAKARTA - Minggu ini Universitas Groningen (UG) mengunjungi Indonesia untuk membahas kerjasama pendidikan dan penelitian dengan mitranya. Ambisi pemerintah dan universitas di Indonesia memberikan inspirasi kepada delegasi yang dipimpin oleh Presiden Universitas Groningen, Prof. Jouke de Vries.

Breakfast Meeting: Mervin Bakker, Director of International Strategy & Relations - Prof. Jouke de Vries, President of the University of Groningen - Prof Bayu Jayawardhana, Professor in Mechatronics and Control of Nonlinear Systems - Prof. Ronald Holzhacker, Professor of Comparative Multilevel Governance and Regional Structure -  Inty Dienasari, Education Promotion Coordinator of Nuffic Neso Indonesia

 

Dalam pertemuan dengan jurnalis, 3 Nov 2022,  Prof. De Vries menyatakan: “Perkembangan pendidikan tinggi di Indonesia membuat saya terkesan. Saya pikir Universitas Groningen dapat belajar banyak dari Indonesia, dan ini membuat saya sadar bahwa kami memiliki pekerjaan rumah yang harus dilakukan. Yang terpenting, kunjungan ini memberikan inspirasi bagi kami untuk mengintensifkan kerjasama dengan mitra kami di Indonesia”.

Ambisi Pemerintah Indonesia

Bagi UG, Indonesia telah menjadi mitra yang kuat selama beberapa dekade.  ”Saat menjadi Duta Besar Indonesia untuk Belanda, Menteri Retno Marsudi mengatakan bahwa UG adalah universitas dengan populasi warga Indonesia terbesar di Eropa, hal ini mengacu pada banyaknya mahasiswa dan peneliti Indonesia yang aktif di Groningen” kenang Prof. Ron Holzhacker.

Bagi Universitas Groningen yang termasuk kedalam 100 universitas top global, dengan dunia yang kembali terbuka setelah pandemi global, inilah saatnya untuk terhubung kembali bertatap muka dengan mitra internasionalnya. “Bagi kami, keputusan untuk berkunjung ke Indonesia terlebih dahulu adalah hal yang lumrah, karena kemitraan kami dengan Indonesia telah berlangsung lama dan sukses. Tujuan kami saat mengambil langkah untuk memperkuat kolaborasi dengan Indonesia adalah karena kami ingin menciptakan peluang bagi mahasiswa dan peneliti untuk bekerja sama baik di Indonesia maupun di Belanda” Ujar Prof Jouke de Vries.

Delegasi Groningen mengaku terkesan dengan ambisi pemerintah setelah bertemu dengan Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Dr. Laksana Tri Handoko, dan Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi (DIKTIRISTEK), Prof Nizam.

Pertemuan delegasi Universitas Groningen dengan Kepala BRIN, Dr. Laksana Tri Handoko

 

 

Pertemuan Delegasi Universitas Groningen dengan Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi, Prof Nizam – Staf Ahli Bidang Inovasi Kemendikbudristek, Prof Jony Haryanto – Direktur Sumberdaya, Dr. Mohammad Sofwan.

Menurut Prof. de Vries, Fleksibilitas yang ingin diciptakan kementerian untuk mahasiswa dalam kurikulum mereka, misalnya melalui Kampus Merdeka, juga merupakan sesuatu yang ingin kami capai di Groningen. Saya mengagumi pemerintah Indonesia yang mengembangkan visi ini dan berbagai elemen di dalamnya seperti kredit mikro dan mobilitas mahasiswa Indonesia ke dunia internasional (IISMA). Selain itu kami menyambut baik tawaran Pemerintah Indonesia baik melalui KEMENDIKBUDRISTEK dan BRIN, untuk berinteraksi lebih lanjut misalnya melalui pusat penelitian bersama atau kolaborasi gelar terutama dalam tema prioritas kami yang terkait dengan tantangan sosial yang kami hadapi baik di Indonesia maupun di Belanda, yaitu energi & iklim, kesehatan masyarakat, digitalisasi & AI, dan keberlanjutan & ekonomi sirkular”.

Ketua Program IISMA, Dr. Rachmat Sriwijaya, bersama dengan delegasi Universitas Groningen

 

Perlunya Timbal Balik

Untuk kolaborasi yang sukses, timbal balik sangat penting bagi Universitas Groningen. “Minggu ini Presiden Universitas Groningen menandatangani perjanjian kemitraan strategis yang komprehensif dengan Rektor Universitas Gadjah Mada untuk menegaskan ambisi bersama. Lebih konkretnya, kami juga menandatangani perjanjian joint degree program sarjana hukum, dan sekarang kami sedang membicarakan pengaturan serupa di bidang teknik mesin. Dalam jenis kerjasama ini kami ingin memastikan mahasiswa dari kedua universitas mendapatkan kesempatan untuk melakukan sebagian dari gelar mereka baik di Indonesia maupun di Belanda. Dalam penelitian, kami juga ingin mendorong pertukaran pengetahuan. Misalnya, saya memiliki pengalaman positif dengan pengawasan bersama kandidat PhD dengan Institut Teknologi Bandung. Kami ingin lebih mengembangkan modalitas ini juga dengan universitas lain di Indonesia, karena menguntungkan kandidat, kualitas penelitian dan membangun hubungan yang berkelanjutan antara akademisi yang terlibat” ujar Prof. Bayu Jayawardhana.

Salah satu tantangan bagi universitas yang melakukan riset intensif seperti Universitas Groningen adalah bagaimana teori dapat dikaitkan dengan praktik. Dalam kunjungannya ke Yogyakarta, delegasi Universitas Groningen juga menghabiskan pagi hari di Kampung Code, sebuah kecamatan yang terletak di tepi sungai di Yogyakarta. Di sini, mahasiswa mempraktekkan penelitian akademis mereka untuk membantu masyarakat lokal melalui KKN, misalnya dengan menggunakan teknologi micro-bubble sederhana untuk membersihkan air buangan dari cucian lokal sebelum masuk ke sistem sungai, atau menggunakan digester unit untuk mengubah limbah dapur menjadi pupuk cair yang digunakan untuk menanam buah dan sayuran.

Prof. de Vries sangat antusias dengan program KKN di UGM, “Ini adalah cara yang fantastis untuk menghubungkan civitas akademika dan masyarakat sekitar. Siswa tidak hanya belajar bagaimana menerapkan teori ke dalam praktik, mereka juga membantu masyarakat setempat dalam menciptakan solusi untuk tantangan sehari-hari. Kami berdiskusi dengan UGM bagaimana kami juga dapat melibatkan mahasiswa kami dari Groningen dalam proyek semacam ini”.

Anggota masyarakat, mulai dari siswa sekolah dasar setempat hingga generasi tua dapat melihat langsung bagaimana penelitian akademis dapat meningkatkan kehidupan sehari-hari mereka. Semua mahasiswa UGM menghabiskan dua bulan tinggal di komunitas lokal di suatu tempat di Indonesia, dan menghasilkan laporan tertulis untuk kredit akademik pada pekerjaan mereka. Program ini mencerminkan komitmen UG terhadap dampak sosial dari penelitian akademik, dan Presiden Jouke de Vries terinspirasi oleh potensi Universitas Groningen untuk belajar dari program KKN UGM, sehingga studinya bisa diperkaya dengan pengalaman belajar praktis ini.

Presiden Universitas Groningen, Prof. Jouke de Vries, main bola bersama siswa SDN Jatis 2

Aletta Dialogue Pertama

Pada kunjugannya minggu ini Unviersitas Groningen meluncurkan “Aletta Dialog” yang pertama. Dialog Aletta ini akan diselenggarakan di seluruh dunia di mana para ahli dari Groningen dan ahli dari negara atau wilayah tuan rumah akan mendiskusikan topik sains dan tantangan sosial bersama peserta yang terdiri dari alumni, mahasiswa, dan pemangku kepentingan lainnya seperti perwakilan diplomatik, pemerintah, dan universitas mitra.

“Indonesia adalah tempat yang sempurna untuk penyelenggaraan perdana dialog Aletta, bukan hanya karena negara ini sangat penting dalam kerjasama internasional Universitas Groningen, tetapi juga karena Indonesia memiliki pahlawan yang serupa dengan Aletta Jacobs, yaitu Raden Ajeng Kartini” jelas Mervin Bakker. Aletta Jacobs (1854-1919), adalah wanita pertama di Belanda yang mendaftar di universitas sebagai mahasiswa reguler dan dokter wanita pertama. Selain itu, Aletta juga menyuarakan hak-hak perempuan seperti pengendalian kelahiran dan hak suara dalam pemilu. Terakhir, ia juga berkeliling dunia (Eropa, Afrika Selatan, Mesir, Timur Tengah, India, Jepang, China, dan Indonesia) untuk memperjuangkan hak-hak perempuan.

Topik Dialog Aletta perdana adalah ‘Pembangunan Demokrasi’ dengan pembicara Prof. de Vries dan Dr. Deasy Sim Deasy Simandjuntak, penerima Beasiswa Stuned Angkatan Pertama yang saat ini aktif sebagai Peneliti Politik dan Hubungan Internasional di ISEAS. Diskusi santai yang mengulas tentang perkembangan politik di Belanda, Indonesia, Eropa, dan Asia Tenggara ini berlangsung hangat.

Di penghujung acara, para alumni UG meluncurkan rencana untuk mendirikan komunitas alumni Universitas Groningen chapter Indonesia, yang diberi nama PAGI (Perkumpulan Alumni Groningen Indonesia). Prof. de Vries menyambut baik inisiatif ini, menurutnya tetap terhubung dengan alumni sangat penting untuk kesuksesan lebih lanjut dari kegiatan Universitas di Indonesia. “Alumni UG ditempatkan dengan sangat baik di masyarakat Indonesia dan bertindak sebagai duta kami. Hal ini sangat membantu dalam mewujudkan ambisi kami dalam bekerja sama dengan mitra Indonesia. Setelah perjalanan kami, kami lebih yakin dari sebelumnya bahwa Indonesia memainkan peran penting dalam mewujudkan ambisi internasional kami”

Prof. Jouke de Vries, saat memberikan paparan di acara Aletta Dialogue