Roche Indonesia dan RS Kanker Dharmais Resmikan Tahapan Kemitraan Strategis

ANP • Wednesday, 2 Nov 2022 - 16:33 WIB

Jakarta — Roche Indonesia, bersama dengan Pusat Kanker Nasional RS Kanker Dharmais hari ini meluncurkan tahapan penting dalam kolaborasi multi-pihak guna meningkatkan hasil penanganan kanker di Indonesia. Kemitraan multi-pihak ini fokus pada upaya peningkatan hasil tata laksana kanker melalui tiga program utama yaitu program telementoring ECHO (Extension for Community Healthcare Outcomes), pengembangan kapasitas perawat onkologi dan implementasi peran Navigator Pasien Kanker (NAPAK). Peluncuran ini turut didukung oleh Menteri Kesehatan Republik Indonesia, Budi Gunadi Sadikin.

Tahapan penting yang diluncurkan hari ini meliputi dimulainya telementoring ECHO dengan hub baru yaitu RS. Dr. Sardjito setelah sebelumnya Dharmais menjadi hub, dimulainya telementoring ECHO sebagai bagian dari Pelatihan Keperawatan Onkologi Dasar, dimulainya pembelajaran untuk 31 orang penerima beasiswa perawat spesialis onkologi di Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia serta dimulainya pembelajaran untuk 25 orang peserta program Navigator Pasien Kanker di Tata Memorial Center India.

Ketiga bentuk kemitraan tersebut juga merupakan upaya mendukung percepatan pencapaian agenda transformasi kesehatan yang dicanangkan Kementerian Kesehatan, khususnya dalam aspek peningkatan hasil penanganan kanker di Indonesia. Dalam kemitraan ini, Roche Indonesia turut menggandeng Pusat Kanker Nasional RS. Kanker Dharmais, serta berkolaborasi dengan  Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia (FIK-UI), Himpunan Perawat Onkologi Indonesia (HIMPONI), Tata Memorial Centre (TMC) India dan ECHO, University of New Mexico, USA.

Menanggapi kemitraan ini, dr. Dante Saksono Harbuwono, Wakil Menteri Kesehatan Republik Indonesia mengatakan, "Saya sampaikan terima kasih dan apresiasi yang setinggi-tingginya kepada Roche Indonesia, RS Kanker Dharmais, RSUP Dr. Sardjito, Project ECHO University of New Mexico, Project ECHO India, Tata Memorial Center India, Fakultas Keperawatan UI, dan seluruh mitra atas komitmen dan kontribusinya dalam mendukung program Transformasi Sistem Kesehatan Kementerian Kesehatan terutama dalam pelayanan kanker. Semoga Kemitraan untuk Penguatan Penanganan Kanker di Indonesia ini dapat menjadi salah satu upaya kolaborasi public dan private untuk meningkatkan akses dan kualitas dalam pelayanan kanker. Semoga Allah SWT meridhoi seluruh upaya dan langkah kita untuk mewujudkan transformasi sistem Kesehatan di Indonesia."

Dr. Ait-Allah Mejri - Presiden Direktur PT Roche Indonesia mengatakan, “Pencapaian ini adalah hasil dari upaya kreasi bersama yang sangat intens antara Roche dan berbagai institusi kunci yang terlibat, dan diharapkan akan mengarah pada pemberian penanganan terbaik-dalam-praktik kepada masyarakat yang kurang terlayani di Indonesia. Kami menganggap bahwa kesenjangan nasional dalam penyedia layanan kesehatan yang terampil merupakan halangan utama untuk memberikan penanganan kanker yang merata dan berkualitas tinggi. Kami percaya bahwa mengambil tanggung jawab sebagai mitra sistem kesehatan dan pemerintah Indonesia sama pentingnya dengan inovasi ilmiah kami.”

Saat ini, penyakit kanker masih menjadi satu dari tiga penyakit tidak menular (PTM) dengan prevalensi dan tingkat kematian tertinggi, di samping penyakit jantung dan stroke. Berdasarkan data Globocan 2020, pada tahun 2020, di Indonesia terdapat 396.914 kasus baru kanker, dengan 234.511 kematian akibat kanker[1]. Di sisi lain, ketimpangan jumlah dan penyebaran fasilitas pelayanan kanker dan terbatasnya jumlah tenaga medis ahli khusus kanker masih menjadi tantangan dalam penanganan kanker di Indonesia.

Project telementoring ECHO (Extension for Community Healthcare Outcomes)

Project ECHO merupakan model telementoring inovatif yang menghubungkan tenaga kesehatan di daerah (disebut dengan “spoke”) dengan spesialis/ahli di pusat rujukan (disebut dengan “hub”) sehingga pasien bisa ditangani di daerah tanpa harus selalu dirujuk. Berlangsung sejak tahun 2021, Program ECHO menargetkan untuk mendirikan 10 hub layanan kanker yang tersebar di wilayah Indonesia bagian barat hingga timur dengan partisipasi lebih dari 100 rumah sakit (spokes) pada tahun 2024.

“Selain peningkatan tata laksana kanker dan kapasitas tenaga kesehatan di rumah sakit, kami melihat bahwa kerjasama multipihak ini sangat krusial demi percepatan pengembangan jejaring penanganan kanker nasional. Telementoring ECHO misalnya, bisa mengembangkan jejaring tenaga kesehatan khusus kanker di berbagai daerah serta ekosistem pelayanan kanker yang lebih baik,”tutur dr. Soeko W. Nindito, MARS, Direktur Utama RS. Kanker Dharmais.

RS. Kanker Dharmais menjadi hub pertama di Indonesia yang menaungi berbagai rumah sakit di daerah. Hingga tahun 2022, program telementoring ECHO telah diterapkan dalam 3 fokus area yakni kanker anak, kanker payudara serta deteksi dini kanker payudara. Khusus untuk deteksi dini kanker payudara, program ini menggandeng Yayasan Kanker Payudara Indonesia (YKPI) untuk para kader kesehatan dan bidan dua Puskesmas di daerah Kabupaten Tangerang. Program ECHO telah menjangkau lebih dari 240 tenaga kesehatan yang berada di 23 rumah sakit di berbagai daerah di Indonesia.

RSUP dr Sardjito Yogyakarta akan mengikuti Langkah RS Dharmais untuk menjadi hub kedua bagi rumah sakit daerah di area Jawa Tengah dan DI Yogyakarta. RSUP dr Sardjito akan memulai program ECHO pada 4 November 2022 dengan fokus pada kanker payudara. Sesi pertama ditargetkan untuk diikuti kurang lebih 70 peserta dari 11 rumah sakit daerah dan 12 rumah sakit vertikal.

Penguatan Kapasitas Tenaga Perawat Onkologi

Kemitraan ini juga melihat pentingnya peran perawat spesialis onkologi sebagai mitra kerja dari spesialis onkologi. Perawat onkologi di Indonesia masih mengandalkan on-the-job training dan sering dirotasi sehingga membatasi pengalaman perawat dalam onkologi dan hampir tidak ada perawat spesialis onkologi di Indonesia saat ini. Kondisi ini berkontribusi pada rendahnya kualitas perawatan pasien, kelelahan perawat dan hasil perawatan kanker yang tidak optimal.

Menjawab kebutuhan tersebut, Roche Indonesia bersama RS. Kanker Dharmais, FIK-UI, serta HIMPONI yang turut didukung oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, membangun kapasitas perawat onkologi melalui program beasiswa perawat spesialis onkologi di Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, Program Pelatihan Keperawatan Onkologi Dasar dan pengembangan pusat pelatihannya.

Agus Setiawan, S.Kp., M.N., D.N. - Dekan FIK-UI mengatakan, “Program studi perawat spesialis onkologi di FIK-UI merupakan yang pertama dan masih menjadi satu-satunya di Indonesia. Ini adalah strategi jangka panjang untuk membangun kapasitas perawat onkologi. Untuk program beasiswa spesialis onkologi di UI, para penerima beasiswa akan mengikuti program magister dan spesialis selama 3 tahun. Diharapkan pasca lulus, para perawat tersebut mampu menjadi mitra ahli onkologi di rumah sakitnya masing-masing. Target kami adalah menggandeng universitas lain untuk membuka program studi serupa agar setidaknya ada satu perawat spesialis onkologi di tiap provinsi sehingga semua lapisan masyarakat akan mendapatkan layanan dari perawat onkologi yang berkualitas”.

Dr Kemala Rita Wahidi SKp., Sp.Kep Onk., ETN., MARS., FISQua - Ketua HIMPONI mengatakan, “Salah satu program dari inisiatif peningkatan kapasitas perawat onkologi di Indonesia adalah melalui Pelatihan Keperawatan Onkologi Dasar. Pelatihan ini menggunakan kurikulum yang terakreditasi secara nasional, telah ditinjau dan didukung oleh International Society of Nurses in Cancer Care (ISNCC), serta setara dengan kurikulum yang digunakan di Inggris, Australia, dan Hong Kong China. Kami yakin,sebagai strategi jangka pendek  pelatihan ini dapat menjawab kebutuhan akan perawat onkologi di Indonesia.”

Pada akhir 2024, ditargetkan ada lima pusat pelatihan di Indonesia dan setidaknya telah melatih 500 perawat dari berbagai rumah sakit di Indonesia. Program ini telah berjalan sejak Agustus 2022 di RS Kanker Dharmais yang telah melatih 75 perawat.

Pada 21 November 2022, RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta akan membuka Pusat Pelatihan Keperawatan Onkologi Dasar. Sebagai rumah sakit kedua yang menyelenggarakan program ini, RSUP Dr. Sardjito akan melatih perawat dari berbagai rumah sakit di DI Yogyakarta dan sekitarnya. Program ini ditargetkan akan bekerja sama dengan rumah sakit lain untuk memperluas cakupan peserta.

Navigasi Sepanjang Perjalanan Terapi Pasien Kanker

Inisiatif lain yang juga diusung dalam kemitraan ini adalah program Navigator Pasien Kanker (NAPAK), yang menghadirkan peran profesional NAPAK  di rumah sakit dan mengintegrasikan ke dalam sistem perawatan sepanjang perjalanan pengobatan pasien untuk memperoleh hasil yang lebih baik. Program ini hadir untuk menjawab berbagai hambatan yang ditemui pasien seperti antrian panjang, komunikasi yang kurang jelas, waktu tunggu yang lama, administrasi yang kompleks, ketidakpercayaan terhadap kemampuan tenaga kesehatan dan kurangnya empati. Meski peran NAPAK telah diakui di berbagai negara, peran ini belum ada di Indonesia.

Program kemitraan NAPAK memberikan beasiswa pelatihan profesional, pendampingan pelaksanaan NAPAK dalam sistem pelayanan rumah sakit, transfer pengetahuan melalui bantuan teknis untuk mengembangkan kurikulum lokal serta pembentukan pusat pelatihan lokal NAPAK dengan akreditasi nasional.

Dalam kesempatan terpisah, Dr Rajendra Badwe - Direktur Tata Memorial Centre (TMC) menjelaskan lebih lanjut terkait konsep NAPAK, “Navigator Pasien Kanker akan dibekali dengan pengetahuan mendalam tentang penyakit, nilai ekonomi perawatan, hingga pemahaman efek samping terapi. Sehingga, saat Navigator berbicara dengan pasien, mereka dapat berperan sebagai anggota tim dokter, namun saat berbicara dengan dokter, dapat memposisikan diri seperti anggota keluarga pasien”.

Kini sebanyak 25 tenaga kesehatan profesional (dokter dan perawat) dari 8 rumah sakit di berbagai wilayah Indonesia telah terpilih untuk mengikuti program pelatihan selama satu tahun. Dengan menggunakan metode pembelajaran blended learning, para peserta akan mendapatkan pelatihan virtual selama dua bulan dan pelatihan langsung di TMC Mumbai selama tiga bulan dan menjalani on-the-job training di rumah sakit masing-masing selama enam bulan dengan pendampingan intens dari TMC.

Di akhir 2024 diharapkan akan ada 25 pelatih dan 50 praktisi NAPAK, 8 unit NAPAK dijalankan di rumah sakit(pemerintah maupun swasta), kurikulum lokal yang terakreditasi, satu pusat pelatihan NAPAK, 1.000 pasien per hari dilayani oleh NAPAK, dan tentunya diharapkan dapat berkontribusi untuk mengurangi jumlah pasien yang berobat ke luar negeri.

“Roche Indonesia sangat senang dan bangga dapat bekerjasama dengan para mitra yang tidak hanya memiliki nama besar tetapi juga komitmen yang besar dalam meningkatkan pelayanan kesehatan di Indonesia. Kami juga mengapresiasi dukungan Pemerintah bagi adopsi dan keberlanjutan program-program kemitraan tersebut.  Kami percaya kemitraan ini dapat menjadi cetak biru bagaimana sektor swasta dan publik dapat bertindak aktif dan bekerja sama untuk kepentingan masyarakat Indonesia,” tutup dr. Ait-Allah Mejri.