Organisasi Bisnis di Indonesia yang Manfaatkan Kekuatan Data, AWS: Pendapatan Tahunan Bisa Capai Rp 650 Miliar

MUS • Thursday, 20 Oct 2022 - 21:14 WIB

Jakarta – Amazon Web Services, Inc. (AWS), unit usaha Amazon.com, hari ini membagikan temuan dalam sebuah laporan riset terbaru yang menunjukkan bahwa organisasi bisnis di Indonesia yang mampu memanfaatkan kekuatan data, dapat meningkatkan pendapatan bisnis tahunan mereka sebesar rata-rata 13,8%. Bagi organisasi berskala besar, angka ini setara dengan penambahan pendapatan tahunan sebanyak Rp 650 miliar. 

Laporan Demystifying Data 2022 yang diprakarsai oleh AWS dan disusun oleh Deloitte Access Economics, dibuat berdasarkan survei terhadap 523 pejabat senior pengambil keputusan di berbagai organisasi bisnis di Indonesia. 

Dalam survei tersebut, diukur kematangan data organisasi responden yaitu, sejauh mana sebuah organisasi menggunakan data yang mereka hasilkan menggunakan skala lima angka yang berkisar dari Dasar dan Pemula (Basic and Beginner - strategi data terbatas atau bahkan tidak ada, tidak ada upaya efektif untuk menangkap atau menganalisis data), ke Menengah (Intermediate - strategi data yang berkembang, data dianalisis berdasarkan kebutuhan saja), hingga Tingkat Lanjut dan Penguasaan (Advanced dan Mastery - strategi data yang mencakup seluruh organisasi, dengan tingginya frekuensi pelibatan analitik dalam proses pengambilan keputusan). 

Lebih dari separuh (57%) organisasi yang disurvei di Indonesia berkisah bahwa menangkap dan menganalisis data secara efektif dapat menghasilkan peningkatan penjualan dan pendapatan, peningkatan produktivitas (56%), dan memungkinkan inovasi (54%). Namun, laporan tersebut menemukan bahwa meskipun kian banyak hal yang dapat dilakukan dengan kekuatan data di dunia yang semakin digital ini, ternyata 88% organisasi di Indonesia masih dalam tahap kematangan data Dasar dan Pemula.

Organisasi responden di sektor informasi, media, dan telekomunikasi menempati peringkat tertinggi dalam skala kematangan data, di mana 69% dari organisasi-organisasi ini berada pada level Tingkat Lanjut atau Penguasaan, diikuti oleh organisasi di sektor keuangan dan asuransi (50%), dan perdagangan grosir (50%). 

Sebaliknya, organisasi di sektor pendidikan dan pelatihan serta konstruksi memiliki tingkat kematangan data terendah, dengan hanya kurang dari 30% organisasi yang disurvei di sektor industri ini meraih tingkat kematangan data Tingkat Lanjut atau Penguasaan.

Meski jelas terdapat manfaat dari upaya peningkatan kematangan data, banyak organisasi di Indonesia yang masih menghadapi berbagai tantangan dalam melakukan hal ini. Hambatan utama yang paling banyak dicetuskan organisasi dalam survei tersebut adalah dalam penggunaan data dan alat-alat serta teknologi analitik (46%), diikuti oleh kurangnya pendanaan (30%). 

Kenyataan ini diperburuk dengan adanya pandemi COVID-19, di mana 52% dari pelaku bisnis mengakui bahwa sejak terjadinya pandemi, prioritas utama mereka adalah bagaimana caranya bertahan, dan ini berujung pada berkurangnya sumber daya yang tersedia untuk data dan analitik. Selain itu, 44% dari organisasi-organisasi ini menyebutkan keamanan dan risiko data sebagai hambatan lain, yang dapat menimbulkan biaya dalam jumlah cukup besar.   

“Seiring dengan meningkatnya investasi organisasi-organisasi ini untuk transformasi digital, tercipta peluang untuk perluasan penggunaan data demi meningkatkan produktivitas, menghasilkan imbal hasil finansial bagi bisnis mereka, serta dampak positif pada ekonomi. Meski begitu, berdasarkan riset ini, hanya 5% dari organisasi di Indonesia yang telah melakukan investasi untuk teknologi, talenta dan proses yang dibutuhkan dalam upaya memaksimalkan potensi data yang mereka miliki secara penuh,” ungkap Rio Ricardo selaku Direktur Artificial Intelligence & Data, SEA, Deloitte. 

Rio menambahkan, berinvestasi untuk solusi cloud akan membantu bisnis mempercepat tingkat kematangan data mereka dan memperoleh wawasan berbasis data. Faktanya, bisnis yang sudah menggunakan cloud memiliki peluang 60% lebih besar untuk mengalami peningkatan produktivitas sebagai manfaat penggunaan data dan analitik, dibandingkan dengan bisnis yang belum mengadopsi cloud. 

"Untuk dapat secara efektif mengubah data menjadi keuntungan bisnis, organisasi harus memiliki peta jalan yang jelas dan praktis sebagai panduan dalam meningkatkan kematangan data, berinvestasi untuk menarik dan mempertahankan talenta, serta memanfaatkan teknologi yang tepat untuk menuai manfaat penuh,” tutupnya. (Fan)