DPRD Jateng Ajak Generasi Muda Jaga Marwah Kesenian Tradisional

MUS • Sunday, 25 Sep 2022 - 19:53 WIB

Pemalang – Suara gamelan yang dilantangkan sound system dan tata cahaya yang apik, mengiringi pentas seni tradisional yang digelar di pelataran kelurahan desa Gunungsari kecamatan Pulosari kabupaten Pemalang, yang terletak di lereng gunung Slamet.

DPRD Jateng kali ini berkolaborasi dengan seniman lokal menampilkan pagelaran tari kuda lumping/ebeg, tari kuntulan, seni bela diri dan terbang kencer. sebelum acara dimulai area panggung sudah dipenuhi oleh warga yang ingin menyaksikan aksi para seniman, Sabtu (24/9).  

Tari-tarian tradisional itu merupakan tarian khas Gunungsari Kabupaten Pemalang yang penuh kreasi baru dan dimainkan oleh para seniman muda dari sejumlah sanggar seni di daerah itu. Bahkan aktivitas masyarakat juga digambarkan dalam tari-tarian tersebut.

Sebelum pertunjukkan kesenian tari tradisional itu digelar, acara diawali dengan dialog Laras Budaya bersama DPRD Prov Jateng, yang menghadirkan pembicara H Iskandar Zulkarnain Anggota Komisi D DPRD Jateng dan Budayawan Desa Gunungsari Kyai Rasman. 

Udara sejuk khas leres Gunung Slamet turut membuat suasana dialog berlangsung dengan gayeng, ratusan warga yang duduk di rumput pelataran desa itu, ikut menyimak dengan antusias jalannya dialog kebudayaan yang dipandu moderator Dendi Ganda dari MNC Trijaya FM. 

Dialog dalam acara Laras Budaya kali ini, mengusung tema Nguri-Uri Kesenian Kuda Ebeg & Seni Tradisi Gunungsari Kabupaten Pemalang. 

Iskandar mengatakan DPRD Jateng sangat peduli terhadap kesenian tradisional daerah dan berkomitmen menjaga peninggalan leluhur bangsa Indonesia agar lebih berkembang ke depan dan tidak tergerus oleh seni budaya bangsa lain, atau semakin punah.

Selain itu, lanjutnya, DPRD juga akan terus mendorong para seniman di daerah agar bisa lebih inovatif dengan menciptakan kreasi-kreasi baru, hingga kesenian tradisional dapat dipertahankan dan dilestarikan, terutama oleh para seniman generasi muda.

Menurutnya, pertunjukan seni tari ini merupakan salah satu momentum untuk membangkitkan kembali kesenian tradisional dan menjaga budaya serta kearifan lokal.

Berbagai budaya lokal, lanjutnya, berperan besar dalam membentuk dan mengembangkan jati diri bangsa yang harus dijaga dan dilestarikan.

DPRD Jateng, tutur Iskandar, berupaya ikut serta melestarikan kesenian tradisional dengan mendorong para seniman terutama para generasi muda kembali berkreasi pasca pandemi. Tumbuh kembang kesenian tradisonal pasti berdampak juga membangkitkan perekonomian setempat.

“DPRD akan terus ikut berperan melestarikan kesenian tradisional dengan mengadakan pertunjukan, kesenian dengan berbagai warna tari, mengingat pementasan seni tari berperan besar dalam mengembangkan kearifan lokal dan menjaga kesenian warisan leluhur,” ujar Iskandar.

Iskandar mengajak semua generasi muda hingga anak-anak kembali bersama-sama membangkitkan kesenian tradisinal daerah sebagai budaya Indonesia, yang diharapkan bisa mendunia.

“Generasi muda Gunungsari harus mampu menunjukkan jatidiri dengan mencintai kesenian tradisional, bukan hanya menyukai kesenian modern negara lain,” tutur Iskandar.

Iskandar berharap, tarian tradisional Gunungsari ini bisa semakin dikenal oleh masyarakat, sehingga mereka tidak hanya mengenal kesenian modern, tetapi juga dapat mencintai kesenian tradisional daerah dalam bentuk nyata.

Sementara itu, budayawan Gunungsari Kyai Rasman sangat mengapresiasi langkah DPRD Jateng dengan program Laras Budaya sebagai media untuk terus mendorong para seniman tetap berkreasi dan ikut melestarikan kekayaan budaya bangsa dengan menggelar pementasan berbagai seni tradisional.

Dia menuturkan kesenian tradisi ini merupakan kreasi baru yang mengusung berbagai kearifan lokal dan khas daerah Pemalang. 

Pada pementasan kali ini Rasman selaku sesepuh sengaja melibatkan beberapa kelompok kesenian seperti sanggar Argo Laras, Brajamukti, Kembang Sari, Arga Sari dan Sanggar Bela Diri Prabasari untuk menampilkan pertunjukan yang menarik dengan dukungan seniman-seniman muda, mengingat acara ini juga diliput dan ditayangkan oleh media TV dan Radio.

“Saya berkomitmen tetap akan terus mengembangkan kesenian tradisional Gunungsari bersama seniman- seniman muda di wilayah ini," ujar Rasman.

Menurutnya, kesenian saat ini sudah modern, sehingga banyak diantara mereka yang tidak mengetahui kesenian tradisional tersebut. Selain itu, ada juga tarian yang dikhususkan untuk menunjukan potensi unggulan di Gunungsari Pemalang. Misalnya, tari ebeg dan tari beladiri.

“Potensi kesenian tradisional Pemalang tidak lepas dari giatnya para seniman dan sejumlah sanggar seni untuk mempertahankan dan melestarikan berbagai seni tari tradidisonal, meski di tengah gempuran masuknya seni budaya modern dari negara lain,” tuturnya..

Geliat Panggung Kesenian Tradisional Gunungsari nampaknya benar-benar terasa gayeng lagi, karena ruang ekspresi seniman ini menjadi awal kembangkitan mereka setelah terpuruk akibat pandemi.

Pertunjukan tari tarian yang tampil bergantian itu mendapat sambutan penonton yang berjubel di lapangan. Mereka bersorak dan tepuk tangan meriah.

Penampilan yang lincah seniman muda dengan membawakan tari Kuda Lumping disambut penuh antusias para penonton dan mereka ramai-ramai mengabadikan gambar dengan mengambil foto melalui ponselnya secara bergantian.

Tari Kuda Lumping ini memiliki gerakan dan hentakan kaki yang lincah. Tari ini menggambarkan prajurit penunggang kuda yang gagah dan berani.