DPRD Jateng Ajak Seniman Pati Kembali Berkarya

MUS • Sunday, 4 Sep 2022 - 00:51 WIB

Pati – Cerita legenda yang menggambarkan berdirinya Kadipaten Pati, digambarkan secara apik dalam pentas dramatari  “Dumadine Pati Pesantenan” yang digelar dalam acara Laras Budaya. Kegiatan yang diusung oleh DPRD Jateng kali ini berlangsung di Sanggar Seni Paringga Jati Raras, Desa Semampir, Kecamatan Pati, Kabupaten Pati, Sabtu (3/9/22). 

Drama Tari Pesantenan Pati itu, menceritakan tentang Peperangan dan babat hutan untuk memperluas wilayah Kadipaten Pati. Dalam pementasan yang berlangsung kurang lebih 1 jam itu juga melukiskan aktivitas masyarakat setempat yang dituturkan pada cerita rakyat yang dijaga kelestariannya secara turun temurun.

Sebelum pementasan Drama Tari Pesantenan Pati, rangkaian acara diawali dengan dialog kebudayaan bersama DPRD Prov Jateng, yang menghadirkan pembicara Anggota Komisi D DPRD Jateng Kartina Sukawati dan Penggiat Seni Pati Budiono 

Dialog yang mengusung tema Nguri-uri Kesenian Tradisional Khas Pati itu dimoderatori oleh Dendi Ganda dari Trijaya FM Semarang.

Kartina Sukawati yang akrab disapa Mbak Ina itu mengatakan, DPRD Jateng akan terus mendorong kesenian tradisional di daerah agar semakin berkembang, hingga dapat dipertahankan dan dilestarikan oleh para seniman generasi muda.

Ina yang juga mantan Wakil Bupati Pati itu menambahkan, pagelaran ini merupakan salah satu cara untuk membangkitkan kembali kesenian tradisional dan menjaga budaya bangsa Indonesia yang sarat dengan nilai-nilai kearifan lokal.

Berbagai budaya lokal, lanjutnya, berperan besar dalam membentuk dan mengembangkan jati diri bangsa yang harus dijaga dan dilestarikan.

DPRD Jateng, lanjutnya, berupaya ikut serta melestarikan kesenian tradisional dengan mensdorong para seniman terutama para generasi muda kembali berkreasi pasca pandemi. Bahkan selain membangkitkan kesenian tradisonal, juga membengkitkan perekonomian setempat.

“DPRD akan terus ikut melestarikan kesenian tradisional dengan mengadakan pertunjukan Drama Tari Pesantenan, mengingat pementasan seni tari berperan besar dalam mengembangkan kearifan lokal dan menjaga kesenian warisan leluhur,” ujar Ina.

Menurutnya, DPRD Jateng sangat peduli terhadap kesenian tradisional daerah hingga akan terus didorong agar lebih berkembang ke depan dan tidak tergerus oleh seni budaya lain, atau semakin punah.

Ina mengajak semua generasi hingga anak-anak kembali bersama-sama membangkitkan kesenian budaya Indonesia, yang diharapkan bisa mendunia.

Dalam diskusi yang berlangsung hangat itu, Penggiat Seni Budiono menuturkan drama tari pesantenan ini merupakan kreasi baru yang mengusung cerita ‘Dumadine Pati Pesantenan”.

Cerita drama tari pesantenan itu dimainkan 15 seniman dari Sanggar Seni Paringga Jati Raras Pari asuhan Budiono.

Menurutnya, cerita dalam Dumadine Pati Pesantenan menggambarkan tekad serta niat kuat Raden Kembangjoyo untuk memperluas wilayah dan membangun Kadipaten baru dapat terwujud, meski harus menghadapi rintangan cukup berat.

Di kala babat hutan kemiri segala rintangan mampu teratasi berkat bantuan penjual dawet Ki Segolo. Takluknya Ratu Jin Mayangsari beserta pengikutnya menjadi bukti sejarah dan saksi bedirinya Kadipaten Pati Pesantenan.

“Dengan kemenangan itu Pati Pesantenan berkibar yang awal mulanya nama diambil dari Tepung Pati dan Santen hingga jadi Kadipaten Pati Pesantenan,” tuturnya

Menurutnya, permainan tari cerita zaman dulu yang saat ini sudah mulai punah. Tetapi dalam tari kolosal pesantenan, permainan itu dimunculkan kembali agar masyarakat tidak lupa.

Apalagi, kesenian saat ini sudah modern, sehingga banyak diantara mereka yang tidak mengetahui kesenian tradisional tersebut. Selain itu, ada juga tarian yang dikhususkan untuk menunjukan potensi unggulan di Kabupaten Pati. Misalnya, tari tayub yang berasal dari kata di tata ben guyub (ditata biar guyub). Tujuannya tidak lain adalah menuju pada semboyan Pati Bumi Mina Tani.

“Potensi di Pati ini adalah tidak lepas dari semboyannya, yakni Pati yang merupakan sari dari ketela, Bumi dengan tanahnya yang subur dan makmur, mina adalah lautan dan tani adalah hasil pertanian masyarakat,” ujarnya.

Dia berharap, tarian Drama Tari Pesantenan ini bisa semakin dikenal oleh masyarakat, sehingga mereka tidak hanya mengenal semboyan Pati, tetapi merealisasikan semboyan tersebut dalam bentuk nyata. (DG-Anf)