Dorong Perubahan Perilaku Cegah Stunting, Kemensos Gandeng Tanoto Foundation

ANP • Thursday, 1 Sep 2022 - 00:06 WIB

JAKARTAPermasalahan stunting atau gagal tumbuh pada anak masih menjadi permasalahan mendasar dalam pembangunan. Melalui Peraturan Presiden Nomor 72 Tahun 2021 tentang Percepatan Penurunan Stunting, pemerintah berkomitmen mempercepat pencapaian target penurunan stunting menjadi 14 persen pada tahun 2024.

Dalam program strategis ini, Kementerian Sosial (Kemensos) memegang peran strategis. Sebab, permasalahan stunting bukan hanya berkaitan dengan masalah kesehatan, namun dipengaruhi oleh faktor multidimensional, diantaranya, kemiskinan dan masalah perilaku.

Sekretaris Jenderal Kementerian Sosial Harry Hikmat mengatakan, program pengubahan perilaku untuk mencegah stunting memegang peran krusial dalam keberhasilan program penurunan angka stunting. Sebab, apabila anak sudah terlanjur stunting, tidak mudah untuk pemulihannya. “Karena itulah, langkah pencegahan menjadi sangat penting,” katanya saat membuka acara Diseminasi Capaian Kemitraan dalam Upaya Percepatan Penurunan Stunting, Rabu (31/8).

Percepatan penurunan stunting merupakan program besar yang membutuhkan kontribusi banyak pihak. Karena itu, sejak tahun 2020, Kemensos menggandeng Tanoto Foundation melalui kerja sama dengan Pusat Pendidikan, Pelatihan, dan Pengembangan Profesi (Pusdiklatbangprof) serta Politeknik Kesejahteraan Sosial (Poltekesos) Bandung.

Kerja sama dalam upaya percepatan penurunan stunting ini dijalankan melalui pendekatan multidimensional dan penguatan intervensi sensitif. Eddy Henry, Head of ECED Tanoto Foundation mengatakan, Tanoto Foundation bermitra dengan Poltekesos Bandung dalam peningkatan kapasitas melalui pelatihan untuk tim tenaga kesehatan. “Tim inilah yang nanti akan melakukan pendampingan terhadap keluarga dalam program pencegahan stunting,” terangnya.

Organisasi filantropi independen yang didirikan oleh Sukanto Tanoto dan Tinah Bingei Tanoto ini, sebelumnya juga sudah berkolaborasi intens dengan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN). Kolaborasi ini meliputi program pelatihan Tim Pendamping Keluarga (TPK) untuk percepatan penurunan stunting di berbagai daerah.

Direktur Poltekesos Bandung Marjuki menambahkan, hasil kajian oleh Poltekesos Bandung menunjukkan masih rendahnya pemahaman masyarakat tentang apa itu stunting, apa penyebabnya, dan apa bahayanya. “Untuk itu, kami telah mengintegrasikan pencegahan stunting dalam Tri Dharma Perguruan Tinggi yaitu pendidikan, penelitian, dan pengabdian masyarakat,” ucapnya.

Implementasinya mencakup pengkajian ilmiah tentang perilaku berisiko terhadap stunting, penyusunan modul tambahan materi pada kuliah Praktek Pekerjaan Sosial dengan anak, Pedoman Praktikum pencegahan stunting di masyarakat, serta menyusun Pedoman pengabdian Masyarakat dalam Pencegahan Stunting.

Selain itu, dijalankan pula Aksi Pengubahan Perilaku Cegah Stunting di 8 Desa Sejahtera Mandiri (DSM) dampingan Poltekesos Bandung di Kabupaten Bandung dan Kabupaten Bandung Barat. Kegiatan ini melibatkan 32 dosen, 24 mahasiswa, 64 kader masyarakat dan 160 orang duta stunting di masyarakat yang terdiri dari ibu hamil, ibu menyusui, pengasuh bayi, dan remaja putri.