DPRD Jateng Apresiasi Pagelaran Seni Santri Sragen, Mukafi Fadly: Spektakuler!

MUS • Monday, 29 Aug 2022 - 23:19 WIB

Sragen – Kemegahan panggung pagelaran seni santri memukau ribuan penonton yang memadati Lapangan Desa Plumbungan, Kecamatan Karangmalang, Kabupaten Sragen, Minggu malam (28/8). Penonton yang datang dari beberapa daerah itu terlihat antusias untuk menikmati pertunjukkan spetakuler pagelaran Kesenian santri yang disuguhkan para santri Pondok Pesantren (Ponpes) Walisongo, Sragen.

Pagelaran seni santri yang menampilkan 11 kesenian, diantaranya seni tari Nusantara, dramatari Perang Majapahit, Stand Up Santri, Seni Leak, Songo Band, Kabaret Bakul Jamu, tradisional Pantomim, Musik Kolaborasi Nusantara dan lainnya. 

Pagelaran seni santri, malam itu terhitung kolosal karena melibatkan 360 dan puluhan crew dibalik layar yang kesemuanya adalah santriwan dan santriwati ponpes asuhan KH Ma'ruf Islamuddin itu, mengusung tema The Newsantara berkolaborasi dengan DPRD Provinsi Jateng bersama Ponpes Walisongo Angkatan Arsakha Generation itu, berhasil membuat ribuan penonton bertahan menikmati seluruh suguhan pentas selama 4 jam.  

Kemegahan panggung dan tata sound dan lighting yang berkekuatan 80.000 watts ini juga mengundang decak kagum tamu undangan yang hadir, seperti Asisten Pemerintahan dan Kesra Pemkab Sragen Joko Suratno, Danramil 02/Karangmalang Kapten Inf Suwandi, Camat Karangmalang Ariska, Lurah Plumbungan Laila Yunia, dan tamu undangan.

Sebelum pementasan diawali lebih dulu dengan acara dialog Laras Budaya Bersama DPRD Prov Jateng yang menghadirkan nara sumber Anggota Komisi B DPRD Jateng Mukafi Fadli, Budayawan Mohammad  Bahrul Mustawa (Gus Tawa) dan Pegiat Kesenian Orlando. Dialog dipandu moderator Dendi Ganda dari Trijaya FM.

Mukafi mengatakan DPRD Jateng akan terus mendorong kesenian tradisional di daerah agar semakin berkembang, hingga dapat dipertahankan dan dilestarikan.

“Saya percaya bahwa seni budaya adalah pilar budi pekerti, sehingga perlu terus dipertahankan. Bagaimana mungkin kita bisa melestarikan, melindungi dan mengembangkan kesenian tradisional, apabila tidak ada pihak yang peduli,” ujar Mukafi.

Menurutnya, perkembangan teknologi dan globalisasi serta arus media digital yang kuat turut mempengaruhi punahnya kesenian tradisional sebagai kearifan lokal. Oleh karena itu, lanjutnya, generasi muda, termasuk santri-santri harus terus ikut melestarikan dan mengembangkan kesenian dan tradisi budaya bangsa.

Dia menambahkan, pagelaran seni santri ini merupakan salah satu momentum untuk menegaskan kembali pentingnya menjaga budaya lokal bangsa Indonesia yang sarat dengan nilai-nilai Pancasila. Berbagai budaya lokal berperan besar dalam membentuk dan mengembangkan jati diri bangsa yang harus dijaga dan dilestarikan.

“Pagelaran seni santri ini sebelumnya rutin digelar setiap tahun, untuk mendorong aktivitas para seniman Ponpes. Namun dua tahun terakhir sempat terhenti akibat pandemi Covid-19,” tuturnya.

Mukafi menuturkan, DPRD Jateng sangat peduli terhadap kesenian tradisional daerah, hingga akan terus didorong agar lebih berkembang ke depan dan tidak tergerus oleh seni budaya modern.

Selain itu, lanjutnya, DPRD Jateng juga berupaya untuk ikut melestarikan dengan mengajak semua pihak, terutama kalangan generasi muda dan santri-santri untuk terus ‘nguri-uri’ kesenian tradisional dan menjaga kelestarian budaya daerah yang merupakan warisan leluhur.

Sementara itu, Gus Tawa yang juga mewakili Ponpes Walisongo mengatakan, kesenian tradisional mengajarkan rasa toleransi dan mempunya kekuatan sebagai alat pemersatu bangsa.

Putra sulung KH Ma'ruf Islamuddin itu, menambahkan pertunjukan kesenian memiliki makna positif dan wujud dari Pancasila, nilai yang terkandung dalam kesenian yang sebetulnya luar biasa. Ini merupakan salah satu kekayaan budaya, banyak hal kekayaan yang luar biasa tetapi tidak pernah terpakai.

Gus Tawa, mengapresiasi langkah DPRD Jateng yang terus mendorong para seniman tetap berkreasi dan ikut melestarikan kekayaan budaya bangsa dengan menggelar pementasan.

“Kesenian tradisional itu sejak dulu sudah menyatu dalam diri ponpes, bahkan untuk menyampaikan pesan-pesan positif banyak dilakukan melalui pagelaran seni santri seperti saat ini,” ujarnya.

Pagelaran seni santri ini, lanjutnya, merupakan yang keenam diselenggarakan Ponpes Walisongo, yang sempat terhenti akibat pandemi.

Kesenian tradisional, tutur Gus Tawa, kini sudah masuk kurikulum pelajaran Ponpes Walisongo.

Senada Permerhati Seni Orlando menambahkan kesenian tradisional harus tetap hidup, dan berkembang dengan menyesuaikan kemajuan teknologi.

“Kesenian tradisional tetap terus berkreasi dan dilestarikan dengan menggelar pementasan. Bahkan penggemarnya masih banyak. Contohnya Tari Kecak Bali hingga saat ini semakin diminati para wisatawan mancanegara, ” tutur Orlando.

Usai Dialog itu dilanjutkan dengan pegelaran seni santri yang menampilkan pementasan yang disuguhkan dengan apik, selain gemerlap lampu yang warna warni penonton makin terhibur dengan kembang api yang menghiasi langit malam yang cerah, mengundang tepuk tangan dan sorak ribuan penonton yang memadati arena Lapangan Plumbungan.

Pagelaran Seni Santri, ditutup dengan penampilan Musik Kolaborasi Nusantara, yang menunjukkan keberagaman dan kekayaan kesenian musik yang dimiliki Indonesia. (DG-Anf)