Lestarikan Kesenian Tradisional, DPRD Jateng Gelar Wayang Kulit

MUS • Tuesday, 23 Aug 2022 - 16:30 WIB

Cilacap - Kesenian tradisional rakyat berupa seni wayang kulit di Kabupaten Cilacap mulai bangkit dan sejumlah dalang mulai kebanjiran job tanggapan, setelah terhenti tak terdengar pementasannya dua tahun lebih akibat pandemi.

Pementasan wayang kulit merupakan kesenian tradisional yang masih sangat populer di Kabupaten Cilacap dan tergolong paling laris serta diminati masyarakat. Daerah ini sejak dulu dikenal sebagai gudangnya para dalang kondang.

DPRD Jateng akan terus berupaya menjaga kelestarian kesenian daerah, budaya, dan kearifan lokal warisan leluhur bangsa Indonesia ini, bahkan akan mendorong lebih berkembang, setelah pemerintah kembali memberikan kelonggaran untuk pementasan para seniman.

Kali ini, Anggota Komisi C DPRD Jateng H Mustolih menghelat pagelaran wayang kulit untuk mendorong aktivitas para seniman kembali semangat untuk bangkit, setelah sebelumnya dua tahun lebih mereka terhenti total akibat pandemi Covid-19.

Wayang Kulit dengan dalang kondang Imam Sutikno SN asal Gombong, Kebumen mulai digelar di Lapangan SMK Manggala Tama, Desa Pesawahan, Kecamatan Binangun, Kabupaten Cilacap, belum lama ini.

Sebelum pertunjukkan wayang kulit itu digelar, acara diawali dengan dialog Laras Budaya bersama DPRD Prov Jateng, yang menghadirkan nara sumber selain Anggota Komisi C DPRD Jateng H Mustolih juga Budayawan Kasiman Sastro Wilupo.

Dialog yang mengusung tema Pagelaran Wayang Kulit Memetri Bumi itu dipandu moderator Dendi Ganda dari Trijaya FM Semarang.

Anggota Komisi C DPRD Jateng H Mustolih mengatakan DPRD Jateng akan terus mendorong kesenian tradisional di daerah agar semakin berkembang, hingga dapat dipertahankan dan dilestarikan oleh para seniman generasi muda.

Menurutnya, pagelaran ini merupakan salah satu momentum untuk menegaskan kembali pentingnya menjaga budaya lokal bangsa Indonesia yang sarat dengan nilai-nilai kearifan lokal.

"Berbagai budaya lokal berperan besar dalam membentuk dan mengembangkan jati diri bangsa yang harus dijaga dan dilestarikan.
DPRD Jateng," tutur Mustholih, berupaya ikutserta melestarikan budaya-budaya bangsa dengan melekatkan pada momen-momen bersejarah yang tentunya dapat dijadikan tontonan dan tuntunan bagi masyarakat, terutama para generasi muda.

Bahkan selain membangkitkan kesenian tradisonal, juga membangkitkan perekonomian setempat.

DPRD akan terus melestarikan budaya-budaya Indonesia, seperti wayang kulit kesenian tradisional Jawa dengan mengadakan pertunjukan wayang, mengingat pementasan wayang kulit berperan besar dalam penyampaikan pesan-pesan moral beragama, sehingga rasa kegotong-royongan bisa terwujud, selain perekonomain setempat ikut bangkit.

"Setiap ada pagelaran kesenian, dipastikan akan bermunculan para pedagang kecil (UMKM) di sekitarnya untuk menjajakan dagangannya," ujar Mustholih.

Menurutnya, DPRD Jateng sangat peduli terhadap kesenian tradisional daerah dan para pedagang kecil, hingga akan terus didorong agar lebih berkembang ke depan dan tidak tergerus oleh seni budaya lain, atau semakin punah.

Selain itu, lanjutnya, DPRD Jateng juga berupaya untuk ikut melestarikan dengan mengajak semua pihak, terutama kalangan generasi muda untuk terus nguri-uri kesenian tradisional dan menjaga kelestarian budaya daerah yang merupakan warisan leluhur.

"DPRD Jateng sangat peduli terhadap kesenian tradisional, bahkan seni dan sudah bisa mendapatkan anggaran dari pemerintah sebagai wujud kepedulian dalam upaya perlindungan dan pelestarian budaya," tuturnya.

Mustholih menjanjikan akan ikut membantu memperjuangkan seniman mendapat bantuan, tentunya tidak semua sanggar seni mendapatkan, melainkan bagi mereka yang sudah memenuhi persyaratan terutama yang berbadan hukum sesuai ketentuan Pergub.

Kegiatan pertunjukkan kesenian di daerah, tutur Mustholih, akan mendapat bantuan anggaran jika sanggar kesenian yang ditunjuk sudah berbadan hukum sesuai peraturan Perbub.

"Silahkan sanggar seni  datang ke DPRD, mengajukan proposal bantuan, kami terbuka dan akan membantu, tentunya yang sudah memenuhi persyaratan sesuai ketenttuan yang diberlakukan," ujar Mustholif.

Sementara itu, Budayawan, Kasiman Sastro Wilupo sangat mengapresiasi langkah DPRD Jateng yang terus mendorong para seniman tetap berkreasi dan ikut melestarikan kekayaan budaya bangsa dengan menggelar pementasan wayang kulit.

Dia menuturkan di wilayah Kabupaten Cilacap terdapat banyak seniman yang memiliki kreatif sangat positif, bahkan pertunjukkan wayang kulit hingga saat ini masih sangat diminati, meski dua tahun lebih aktivitas mereka sempat terhenti akibat pandemi.

Di daerah Desa Pesawahan saja, lanjutnya, terdapat sebanyak 7 sanggar seni baik seni campursari, seni tari kuda lumping, keroncong, ndandung dan seni tari lainnya. Bahkan beberapa di antaranya namanya sudah dikenal, tidak hanya di tingkat kabupaten, namun juga provinsi, maupun nasional.

Saat ini, tutur Kasiman, para dalang mulai bisa tampil lagi, setelah ada kelonggoran dari pemerintah, bahkan pesanan job pementasan juga mulai mengalir kembali dan diharapkan setelah pandemi melandai aktivitas mereka semakin berkembang pesat.

Menurutnya, dengan mulai adanya kelonggaran bisa manggung, seniman bisa berkreasi lagi meski dengan keterbatasan waktu, namun ini sebagai tanda-tanda kebangkitan kembali kesenian tradisional di daerah, terutama pagelaran wayang kulit.

Senada Dalang Imam Sutikno menuturkan sejak terjadi pandemi selama dua tahun, tidak ada izin dari pemerintah setempat untuk menggelar pementasan kesenian, telah menyebabkan para seniman tidak mendapatkan job pertunjukkan dan dirasa sangat memberatkan bagi mereka.

Namun, lanjutnya, saat ini dengan adanya kelonggaran lagi para seniman mulai terlihat bangkit lagi, bahkan order job pemetasan sudah kembali mengalir, termasuk wayang kulit pesanan pertunjukkan sudah membanjir. 

"Allhamdullah kondisi seniman sudah mulai membaik dan diharapkan ke depan terus berkembang, mengingat pementasan wayang kulit masih banyak penggemarnya di Kabupoaten Kebumen, Cilacap dan Banyumas," tuturnya.

Seusai dialog Laras Budaya itu, dilanjutkan pertunjukkan wayang kulit dengan menampilkan dalang Imam Sutikno yang ditunggu-tunggu para penonton, dengan mengambil lakon Semar Mbangun Khayangan.

Semar Mbangun Khayangan menggambarkan Semar akan membangun khayangan, bukan berbentuk kerajaan khayangan secara fisik, tetapi membangun khayangan (jiwa dan raga) jati diri, lahir serta bathin yang bersih. (APb)