Kendaraan Listrik Hemat Energi Karya Perguruan Tinggi Hadir di Pameran Hakteknas 2022

AKM • Friday, 12 Aug 2022 - 15:00 WIB

Jakarta- Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) terus mendukung inovasi-inovasi perguruan tinggi untuk memajukan pendidikan Indonesia. Dalam peringatan Hari Kebangkitan Teknologi Nasional (Hakteknas). Pelaksana Tugas (Plt.) Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi (Ditjen Diktiristek) Kemendikbudristek, Nizam, mengatakan bahwa kesadaran manfaat teknologi semakin terasa semenjak pandemi. 

“Kita tidak boleh hanya menjadi pengguna, tapi harus jadi bagian dari pencipta teknologi. Ini yang kami dorong di perguruan tinggi. Saya melihat energi kreativitas, kolaborasi, dan mewujudkan teknologi dari teman-teman di kampus, baik di universitas dan politeknik, itu luar biasa sekali,” ucap Nizam, beberapa waktu lalu.

Nizam menambahkan, kolaborasi dan akurasi yang digencarkan perguruan tinggi bersama industri adalah kunci penting membangun teknologi yang bermanfaat untuk kemerdekaan belajar. Dalam peringatan Hakteknas di Kemendikbudristek, terdapat ragam inovasi yang dipamerkan oleh sejumlah perguruan tinggi.

Ketua Peneliti dari Departemen Desain Industrial, Agus Windharto, dalam kesempatan ini, hadir membawa model kereta cepat, suatu inovasi Kereta Cepat Indonesia yang dibiayai Pendanaan Riset Inovatif Produktif (Rispro) LPDP dan juga skuter mini dan medium bernama “Gesits”, yang dibiayai oleh Program Kedaireka Kemendikbudristek. 

Agus menuturkan, kereta cepat ini berkecepatan 250 km/ jam. “Jakarta-Surabaya bisa ditempuh tiga jam empat puluh menit. Lebih cepat, aman dan nyaman, karena tidak bertemu perlintasan. Kalau kereta biasa ‘kan ada perlintasan kereta api. Nah, kereta cepat ini tidak. Jadi, dia berada di atas, elevated, dan tidak seperlintasan, sehingga cepat dan aman,” ucap Agus. 

Skuter Gesits bertipe M1 merupakan skuter mini bermotor 2 kilowatt. Setelah sekali diisi daya, M1 dapat menempuh jarak 50 kilometer. Sementara itu, skuter medium berdaya 5 kilowatt dilengkapi dua baterai, sehingga bisa menempuh jarak 100 kilometer. Agus menjelaskan, sebelumnya pihaknya telah bekerja sama di bidang kereta api cepat bersama industri kereta api di Madiun, yaitu PT INKA. “Kami ikut mendesain di LRT Palembang dan LRT Jabodetabek,” tambah Agus. 

Oleh karena itu, Agus menuturkan, para peneliti di perguruan dapat berinteraksi langsung dan memahami masalah riil yang dihadapi industri. “Kami juga bisa mengenal seluk-beluk industri. Mulai dari mengidentifikasi kebutuhan konsumen, riset pasar, analisis kompetitor, yang dilanjutkan dengan desain konseptual, dan produksi,” ucap Agus. 

Agus menilai, Kemendikbudristek telah berupaya cukup baik dalam mengembangkan teknologi pendidikan, khususnya program-program Kedaireka yang sangat bermanfaat bagi industri dan masyarakat. Ke depan, Agus berharap, dalam pengembangan risetnya, pihaknya dapat lebih memaksimalkan kolaborasi multidisiplin. “Mulai dari ilmu-ilmu humaniora, bisnis, pemasaran, ilmu tentang konsumen, rekayasa, material, analisis, hingga produksi. Jadi, ini sebetulnya adalah kesempatan baik bagi perguruan tinggi untuk dapat pelajaran lengkap dalam membangun masyarakat industri,” ucap Agus. 

Peneliti kendaraan listrik dari Universitas Indonesia, Ghany Heryana, mengungkapkan bahwa inovasi Bus Listrik UI berangkat dari keprihatinan UI terhadap efek gas rumah kaca. “Kami juga membuat bus karena ingin mengajak masyarakat meninggalkan kendaraan konvensional dengan beralih ke bus, dan busnya pun bus listrik ukuran besar. Harapannya manfaat dan energi hijau dapat terasa,” ucap Ghany yang menuturkan terdapat sekitar 30 orang tim peneliti lintas fakultas yang bergotong-royong mewujudkan inovasi ini. 

Bus Listrik ini juga memiliki low entrance deck (pintu masuk rendah) sehingga dapat dipergunakan sebagai bus angkutan perkotaan tanpa halte khusus. “Lebih hemat, karena dapat menggunakan halte yang sudah ada di berbagai jalanan perkotaan Indonesia,” tambah Ghany. 

Bus Listrik berdimensi panjang 12 meter, lebar 2,5 meter, dan tinggi 3,7 meter dan berkapasitas 64 penumpang UI ini, punya kelebihan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) yang sangat tinggi karena chassis (kerangka) dirancang dan dibangun di Indonesia. Selain itu, kabar gembira menurut Ghany, unit bus kedua sedang dalam proses pembuatan, dengan UI juga telah mengembangkan rancangan motor listrik bersama PT NSAD Riset Pengembangan Teknologi dan dikonstruksi oleh PT PINDAD, suatu Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang memiliki keahlian produk militer dan komersial. 

Tak hanya motor listrik, ragam komponen seperti sistem penggerak, rem, kontrol, inverter (perangkat elektronik yang berfungsi mengendalikan motor), dan dasbor bus kedua yang dalam pembuatan, telah didesain NSAD dan dimanufaktur PINDAD. Selain itu, Bus Listrik UI juga sudah menggunakan sistem pendingin (air conditioning) yang dirancang UI dan dikonstruksi PT AICOOL.

Ghany menuturkan, bus unit pertama ini dibuat bersama PT Mobil Anak Bangsa dan memiliki dua jenis. Pertama, adalah bus jenis murni sejak awal dibuat dari rolling chassis untuk pembuatan bus listrik. Rolling chassis adalah rangka utama kendaraan yang sudah termasuk roda dan setir, namun belum termasuk bodi bus. Jenis bis listrik kedua adalah bus konversi yang berasal dari bis konvensional berbahan bakar fosil yang dilepas mesinnya dan diganti dengan motor listrik.

Meskipun begitu, Ghany berharap berbagai pekerjaan rumah dapat terus diselesaikan bersama antara perguruan tinggi dan industri dengan dukungan pemerintah. “Desain dan manufaktur, sudah di Indonesia semua. Namun, kita masih mengimpor beberapa bagian kendaraan listrik, seperti motor listrik, baterai, dan battery management system (BMS). Jadi kita masih punya pekerjaan rumah untuk komponen-komponen. Tapi kita terus optimis bergerak bersama,” ucap Ghany. 

Weneng Sandewa, Perwakilan Direktorat Inovasi dan Science Techno Park (DISTP) Universitas Indonesia, mengaku gembira dengan perkembangan riset dan teknologi di Indonesia. Weneng menuturkan, inovasi Bus Listrik yang dilakukan UI, tak dapat terlaksana tanpa dukungan Kemendikbudristek dan Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP).

“Kami mendapatkan Rispro Invitasi LPDP Tahun 2018, dengan inventor Prof. Dr. Danardono yang mengembangkan platform bus listrik ukuran besar beserta komponen pendukungnya senilai Rp 2 miliar, dan Dr. Feri Yusivar mengembangkan Produk Sistem Penggerak Motor (Propulsi) untuk Bus Listrik Berukuran Besar senilai Rp 2 miliar,” ucap Weneng. Tahun 2020 lalu, DISTP UI juga kembali mendapatkan Rispro Invitasi LPDP Lanjutan untuk kedua pengembangan di atas.

Koordinator Substansi Pengabdian Kepada Masyarakat, Ditjen Diktiristek, Luthfi Ilham Ramdhani, menguraikan beberapa inovasi tersebut. “Pertama, ada Laptop dan Tablet Merah Putih dari Institut Teknologi Sepuluh November (ITS), Universitas Gadjah Mada (UGM), Institut Teknologi Bandung (ITB). Jadi, kita menampilkan di sini karya tiga kampus ini untuk digunakan di sektor pendidikan, ini karya anak bangsa,” ucap Luthfi. 

Kedua, dari Indonesia Cyber Education Institute (ICE Institute), yang merupakan lokapasar digital untuk mata kuliah daring di Indonesia, menampilkan metaverse (konsep dunia virtual yang akan menjadi masa depan dari kemutakhiran internet) dengan penggunaan kacamata okulus yang dapat menyambungkan penggunanya ke realitas virtual atau virtual reality (VR).  

“Sebelumnya, saat pandemi, pembelajaran melalui daring. Dengan okulus ini, mahasiswa dan dosen dapat memiliki user experience ketika melakukan pembelajaran, sehingga kita jadi seolah hadir di lokasi,” ucap Luthfi. 

Selain itu, terdapat beberapa produk dari Pusat Unggulan IPTEK Perguruan Tinggi (PUI PT). “Selama tiga tahun ini, PUI PT memberikan bantuan agar produk-produk penelitian dari perguruan tinggi dapat bermanfaat bagi masyarakat dan dapat dimanfaatkan secara komersil, atau dengan kata lain hilirisasi,” tutur Luthfi.

Lutfi menegaskan Kemendikbudristek terus mendorong agar perguruan tinggi terus mengamalkan tridarma perguruan tinggi (pendidikan, penelitian, dan pengabdian masyarakat).

“Kami ingin penelitian-penelitian dosen punya karya tidak hanya berbentuk publikasi di jurnal, tapi ada produknya yang punya nilai ekonomi,” tambah Luthfi. Ia berharap, ke depannya semua orang dapat menikmati dan memanfaatkan teknologi pendidikan yang dikembangkan perguruan tinggi. “Karena teknologi itu untuk semua,” harapnya.