Pemilu 2024, Pengamat: Perlu Dibangun Relasi Parpol dan Masyarakat

AKM • Thursday, 11 Aug 2022 - 16:53 WIB

Jakarta-  Jelang Pemilu 2024,  Partai Politik-Parpol, terus berusaha melakukan berbagai pendekatan dan  hubungan dengan masyarakat pemilih. Direktur Eksekutif Lembaga Survei Indobarometer Muhammad Qodari mengatakan perlunya relasi antara parpol dan masyarakat terlebih dalam situasi sekarang.

“Seperti produk dengan konsumennya. Dimana setiap produk memiliki karakter yang cocok bagi konsumen tertentu,” ujarnya dalam dialog bertajuk 'Peluang Partai Baru Pada Pemilu 2024 : Narasi Vs Pragmatisme', Jakarta, Rabu (10/8).

Menurut Qodari,  susah membayangkan ada parpol yang cocok dengan semua pemilih di Indonesia dengan karekter yang berbeda satu dan lainnya.

"Sebab, kata kunci untuk mendapatkan suara pemilih bukan pada gagasan, melainkan relasi antara penyampai gagasan dengan pemilih," jelasnya.

Qodari menegaskan, parpol pemilik suara terbesar adalah yang memiliki relasi terbanyak dengan pemilih. 

“Sehingga, tokoh nasional, tokoh lokal dan kader parpol harus mampu membangun relasi,” tutur Qodari.

Sementara itu, Ketua Umum Partai Gelombang Rakyat (Gelora) Anis Matta mengatakan tidak semua masyarakat saat ini berwajah 'pragmatis' seperti sebagian politisi sekarang.

Justru masyarakat yang memiliki idealisme jauh lebih banyak ketimbang pragmatis. Bahkan mereka siap berkorban untuk mendukung partai yang membawa narasi perubahan.

"Saya melihat, bahwa masyarakat kita tidak punya satu wajah, yaitu wajah pragmatis. Dan tidak seluruh masyarakat, seluruhnya pragmatis," kata Anis Matta.

Menurut Anis Matta, masyarakat sebenarnya menantikan orang-orang atau partai politik (parpol) yang membawa narasi perubahan di tengah krisis berlarut akibat ketidakpastian situasi global.

"Masyarakat kita sebenarnya menantikan orang-orang yang membawa narasi, bahkan siap berkorban untuk membantu mereka-mereka yang seperti ini," katanya.

Sebagai partai baru, kata Anis Matta, Partai Gelora kerap mendapatkan pertanyaan fulusnya dari mana? untuk biaya operasional partainya.

"Kita terus didera pertanyaan itu di lapangan, karena dibenak mereka ini nasi, bukan narasi. Tetapi berdasarkan pengalaman pribadi saya ketika bertemu dengan masyarakat, ternyata yang penting itu narasi, bukan nasi," ungkap Anis Matta.

Artinya, tantangan dalam menghadapi pragmatisme masyarakat tersebut, bisa dilewati. Partai Gelora, lanjutnya, memiliki banyak cara untuk mengatasi pragmatisme masyarakat.

"Kita punya banyak cara idealisme untuk mensiasati  keterbatasan sumber daya dengan adanya idealisme narasi yang kita bawa, terutama ketika kita berhadapan dengan pragmatisme masyarakat," ujarnya.

Karena itu, berdasarkan pengalaman pribadi, Anis Matta berpandangan bahwa antara 'nasi dan narasi' sebenarnya tidak perlu dipertentangkan, karena pada mulanya politik itu industri pemikiran.

"Itu yang saya percaya sejak awal, sampai sekarang. Dan Partai Gelora, adalah partai yang akan memimpin gelombang perubahan yang akan mengubah pragmatisme masyarakat," tegas Anis Matta.