Hakteknas ke-27, Kepala BRIN: Manfaatkan Krisis Menjadi Peluang

FAZ • Wednesday, 10 Aug 2022 - 19:27 WIB

Jakarta - Ada yang berbeda dalam peringatan Hari Kebangkitan Nasional ke-27, yang digelar Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) di Gedung Genomik, Kawasan Sains dan Teknologi (KST) Soekarno, di Cibinong Bogor, Rabu (10/8). Selain mengenalkan nama baru untuk empat kawasan sains dan teknologi, yakni KST BJ Habibie, KST Soekarno, KST Siwabessy, dan KST Samadikun. BRIN juga memberikan penghargaan kepada PT Gerlink Utama Mandiri dan PT Fokustindo Cemerlang sebagai perusahaan mitra lisensi BRIN pemberi royalty terbanyak.

Kepala BRIN, Laksana Tri Handoko menjelaskan rebranding penamaan kembali kawasan utama BRIN yang diberi status sebagai Kawasan Sains dan Teknologi tersebut, sudah melalui persyaratan sesuai Peraturan Presiden Nomor 106 Tahun 2017. Diantaranya, KST harus memiliki fasilitas yang lengkap baik untuk riset hingga hilirisasinya, dengan memfasilitasi perkembangan industri, khususnya pelaku usaha skala kecil menengah berbasis inovasi.. "Empat kawasan ini yang sudah siap fasilitasnya," ucapnya. 

Pada peringatan Hakteknas ke-27, BRIN mengusung dua hal yang dasar yaitu Riset Inovasi untuk Kedaulatan Pangan dan Energi. "Ini dua fokus yang secara langsung diminta Presiden, sejak pembentukan BRIN di bulan April 2021. Ditambah kita juga mengalami pandemi dan dampak dari krisis Rusia-Ukraina yang membuat supply chain pangan dan energi terkendala. Meski negara kita masih lebih baik dari negara lain, namun kita tidak bisa santai,” ungkapnya. 

Maka dari itu, Handoko mengajak untuk dapat memanfaatkan krisis pangan dan energi yang terjadi di dunia saat ini, menjadi peluang baru. Menurutnya, keberhasilan dalam menghadapi krisis tidak hanya bisa diukur ketika ketika dapat melaluinya. Akan tetapi juga bisa menemukan peluang-peluang baru di balik krisis tersebut. “Kita tidak hanya harus siap menghadapi krisis, tapi harus juga bisa menemukan dan memanfaatkan peluang dari krisis yang terjadi. Semua itu, bisa dilakukan kalau kita bisa memberikan nilai tambah melalui riset dan inovasi,” ucapnya.

Dalam menemukan peluang tersebut, Indonesia sudah memiliki cukup modal dasar dengan memiliki keanekaragaman hayati yang dapat dimanfaatkan untuk melakukan riset dan inovasi di bidang pangan dan energi. Menurut Handoko, saat ini bukan lagi era komputer, tapi telah masuk dalam era bioteknologi, bioengineering, biomassa, biomaterial hingga bioproduk, yang dapat mengubah limbah menjadi material lain yang dapat bermanfaat bagi masyarakat.

“KST Soekarno yang berada di Cibionong ini yang difokuskan sebagai pusat riset hayati untuk menghasilkan inovasi yang dapat memberikan nilai tambah pada berbagai bahan alam lokal Indonesia. Banyak infrastruktur nasional untuk lifesains di kawasan ini, KST Soekarno di Cibinong telah bertransformasi menjadi pusat riset hayati, baik pangan, kesehatan maupun lingkungan yang terintegrasi,” ungkap Handoko.