Fakta Plastik PET di Balik Kontroversi Pelabelan BPA

ANP • Monday, 8 Aug 2022 - 10:50 WIB

JAKARTA - Istilah Polyethylene Terephthalate atau disingkat PET – nama kimia polyester, dan juga Polycarbonat atau disingkat PC yang mengandung Bisphenol-A (BPA) mencuat di media belakangan ini, menyusul rencana dikeluarkannya regulasi Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) RI yang akan mengatur pelabelan terhadap galon polycarbonat atau galon guna ulang yang beresiko menandung bahan kimia berbahaya Bisphenol-A (BPA).

Namun, rencana regulasi ini dibanjiri opini dari segelintir pendukung industri plastik BPA di Indonesia yang menutup mata melihat fakta bahaya BPA terhadap kesehatan. Banyak literatur dan penelitian yang menyatakan Plastik BPA terbukti tidak aman. Banyak negara telah melarang penggunaannya sebagai kemasan pangan. Di asia, hanya tersisa dua negara yang masih mengijinkan, Indonesia dan Vietnam.

Perancis, negara dimana Danone Aqua menginduk, adalah negara yang mengawali kampanye kesehatan BPA Free. Pun, pada tahun 2011, Indonesia mengadopsi kecenderungan dunia dengan memutuskan dilarangnya BPA pada kemasan bayi. Seiring itu tak terbantah semua merek air kemasan botol di Indonesia berbondong- bondong menggunakan plastik PET yang bebas BPA.

Ironisnya, di balik semua fakta ini, alih-alih menentang rencana BPOM, masih ada saja hembusan kritik terhadap plastik PET, yang keamanannya telah diakui seluruh dunia. Semisal kritik yang datang dari dosen dan peneliti di Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan dan SEAFAST Center, Institut Pertanian Bogor (IPB), Nugraha Edhi Suyatma. Ia membandingkan keunggulan galon BPA dibanding plastik PET. Namun, menyangkutt efek pada kesehatan, Nugraha mencari jalan tengah dengan mencoba menyamakan keduanya. 

“Jadi, dari aspek keamanan pangan, kemasan galon BPA maupun dari PET sama-sama memiliki risiko migrasi senyawa yang dapat berdampak buruk terhadap kesehatan,” katanya.

Jadi yang mana yang lebih berbahaya?
Bicara data, keunggulan dan keamanan plastik PET disimpulkan Council of Scientific and Industrial Research-Central Food Technological Research Institute (CSIR-CFTRI), Mysore, India. Analisis CSIR-CFTRI menyimpulkan bahwa dipapar temperatur tinggi pun, plastik PET tidak menyebabkan migrasi di dalam kemasan. Hasilnya masih di bawah batas deteksi (below detection limit). Batas ini juga masih di bawah ambang batas yang ditetap regulasi Uni Eropa (UE) tentang “batas migrasi spesifik”, yang merupakan jumlah maksimum senyawa yang bisa bermigrasi dari kemasan ke dalam minuman di dalamnya.

Hasil riset ini mengonfirmasi bahwa tidak ada pelepasan senyawa antimon dalam kemasan botol plastik PET, yang kerap digadang- gadang sebagai bahaya PET. Selain itu, juga tidak ditemukan adanya endokrin disruptor (bahan kimia yang dapat mengganggu endokrin atau sistem hormon tubuh, seperti yang terkandung dalam plastik BPA) dalam penggunaan botol plastik PET. Secara keseluruhan, hasil riset ini menyimpulkan tidak ada senyawa kimia pada botol plastik PET yang melanggar batasan regulasi Uni Eropa.

“PET adalah plastik yang istimewa dan merupakan kemasan yang digunakan secara universal untuk makanan, farmasi, air, minyak sayur, perawatan tubuh, dan banyak lagi,” kata Dr. Shekhar C. Mande,
Direktur Jenderal CSIR, pejabat tinggi di Department of Scientific and Industrial Research,  Kementerian Sains dan Teknologi, India.

“Proyek riset ini  tidak hanya meneliti aspek leaching (ekstraksi senyawa), tapi juga meneliti komposisi kimia plastik PET, dan lebih jauh lagi menyelidiki potensi ada atau tidaknya endokrin disruptor. Temuan ini tentu jauh lebih relevan daripada sekadar pengujian standar.”

Pernyataannya ini memperkuat laporan analisis CSIR tentang botol plastik PET yang terbukti tidak menimbulkan aktivitas endokrin disruptor.

Jadi, kenapa plastik PET lebih aman daripada plastik BPA? Simak penjelasan dari beberapa lembaga yang terkenal dalam pengawasan kemasan pangan dan minuman seperti U.S. Food and Drug Administration (FDA), Health Canada, the European Food Safety Authority.

“PET merupakan senyawa yang dibuat dengan menggabungkan ethylene glycol dan terephthalic acid di bawah tekanan temperatur tinggi dan vacuum rendah untuk menghasilkan rantai polymer. Hasil akhirnya yang berupa polyester polymer dikenal sangat stabil, liat dan kuat. PET sanggup menolak rangkaian reaksi kimiawi atau biologis dengan unsur lainnya. Kualitas non-reaktif inilah yang menjadi inti dari keamanan PET.”

Jadi, pada sisi ini terlihat jelas keunggulan plastik PET, yaitu kualitas keamanan.
Bila mengacu pada badan regulasi atau sejenis BPOM banyak negara di dunia, dan juga termasuk Amerika yaitu U.S. Food and Drug Administration (FDA), plastik PET sudah disepakati aman digunakan untuk kemasan makanan dan minuman. Selama lebih dari 30 tahun, plastik PET lazim digunakan untuk beragam jenis makanan. Dari kemasan selai kacang, minuman ringan, jus sampai bir, anggur dan minuman beralkohol lainnya.

Secara kasat mata, di pasaran negara manapun, sangat besar jumlah air minum dalam kemasan  yang disimpan dalam kemasan plastic. Terbuat dari bahan PET, atau polyethylene. Sebagian besar kemasan sekali pakai, termasuk kemasan galon atau botol. Diproduksi dari plastik PET yang seratus persen dapat dengan mudah didaur ulang. Semua itu harus melalui proses yang meliputi dua aspek penting: yaitu memastikan kecilnya peluang terjadi pelepasan kimia dari kemasan plastik dengan air yang disimpan di dalamnya, dan memastikan apabila sampai terjadi pelepasan senyawa kimia dari plastik kemasan, maka dipastikan tidak akan membahayakan kesehatan manusia.

Dengan semua penjelasan dan data pendukung positif terhadap keamanan plastik PET, maka bisa dikatakan kemasan plastik PET lebih aman untuk kesehatan manusia. Alasan keamanan yang didukung pembuktian hasil riset prestisius dan lolos aturan badan regulasi global inilah yang menjelaskan kenapa plastik PET digunakan secara masif di seluruh dunia. Utamanya untuk kemasan makanan dan minuman dalam kemasan dan keperluan lainnya, seperti untuk kebutuhan farmasi dan medis. Fakta-fakta ini selayaknya dikedepankan, pasti lebih penting kesehatan warga dunia, ketimbang mempromosikan informasi BPA alih-alih mengakomodir kepentingan dagang. (ANP)