Kedermawanan Menjadi Budaya Dalam Bermasyarakat

MUS • Thursday, 28 Jul 2022 - 06:35 WIB

Semarang –Aktivitas gotong-royong yang sering dilakukan warga pedesaan yang ada di daerah-daerah di seluruh Indonesia sangat tepat diaplikasikan dalam upaya menjaga sifat kedermawanan masyarakat.

Gotong-royong memang telah lama mengakar dan terimplementasi dalam kehidupan sehari-hari masyarakat, bukan hanya di pedesan melainkan juga diperkotaan, termasuk di Kota Semarang.

Data Charities Aid Foundation (CAF) World Giving Index 2021 menunjukkan, Indonesia menempati peringkat 1 sebagai negara paling dermawan di dunia. Banyak penelitian yang mendukung fakta bahwa berbagi bisa menciptakan dan meningkatkan kebahagiaan. 

Wakil Ketua DPRD Kota Semarang Muhammad Afif mengatakan bagi umat muslim, ada banyak anjuran berbagai dalam ibadah seperti wakaf dan zakat. Secara sosial dalam kemanusiaan, berbagi dan donasi sudah menjadi kebiasaan. 

Bahkan, lanjutnya, di wilayah Kota Semarang religius dan gotong royong sudah menjadi nilai utama dan budaya dalam bermasyarakat dan terlihat kedermawanan tidak hanya di pedesaan, tetapi juga di perkotaan. 

“Warga di perkampungan maupun pedesaan di Kota Semarang gotong royong masih melekat disanubari mereka, bahkan saat pandemi Covid-19 kepedulian warga untuk membantu sesama sangat kental sekali,” ujarnya dalam dialog Prime Topic, bertema ‘Menjaga Kedermawanan’ yang digelar di Ruang Bahana Noormans Hotel Semarang, Rabu (27/7).

Dialog yang dipandu oleh moderator Advianto Prassetyobudi dari MNC Triajaya FM Semarang itu, selain menghadirkan nara sumber Wakil Ketua DPRD Kota Semarang Muhammad Afif, juga Kepala Dinas Sosial Kota Semarang Heroe Sukendar dan Antropolog Undip Semarang Budi Puspo Priyadi.

Afif menuturkan sifat kedermawanan harus terus dijaga dan ditanamkan pada semua masyarakat hingga ke depan tingkat kesejahteraan warga yang semakin membaik akan bisa dirasakan.  

Menurutnya, kedermawanan yang ditunjukkan pada pemberian sesuai atau amal bisa ditingkatkan dan berkesinambungan, sehingga peran tokoh masyarakat dan tokoh agama bisa mengajak masyarakat untuk terus melakukan gotong royong.

Sifat kedermawanan dan gotong royong masyarakat, tutur Afif,  adalah aset berharga yang harus dikelola sebaik-baiknya. Karena aset tersebut akan tetap terjaga bahkan di kondisi pandemi seperti sekarang ini.

Dia mengingatkan kedermawanan hendaknya tidak salah sasaran. Jangan sampai bermurah hati memberikan sesuatu kepada yang sebenarnya tidak membutuhkan atau tidak pada tempatnya. Sebagai contoh memberikan sesuatu kepada orang dipinggir jalan atau di persimpangan jalan yang dinilai tidak mendidik.

Afif menambahkan upaya mendorong pemahaman kedermawaan yang lebih baik, bergerak dari dulu secara konvensional hingga kini di era milenial. Jika donasi pada masa dulu sebatas berbagi donasi seperti halnya infak dan sedekah melalui kotak amal, kini inovasi dan teknologi menjadi kunci utama agar donasi bisa lebih berdampak maksimal. 

Sementara itu, Kepala Dinas Sosial Kota Semarang Heroe Sukendar mengatakan pentingnya mendidik masyarakat terutama generasi muda tentang kedermawanan agar mereka memiliki kepedulian dan kedermanan.

Bahkan Dinas Sosial Kota Semarang telah menggulirkan progam Rehabilitasi Sosial Berbasis Masyarakat (RBM) sebagai upaya untuk mengarakah kepada masyaraat agar memiliki kepedulian untuk membantu warga miskin yang membutuhkan.

Menurutnya, pemberian sesuatu atau berbagi jangan salah sasaran dengan memberikan bantuan dipinggir jalan karena tidak tepat dan tidak mendidik, sehingga disarankan pemberian bantuan  pada tempatnya.

“Kami telah mencoba memberikan ruang kepada para dermawan dengan progam ‘Jum’at Berkah’, yang dilaksanakan di semua kelurahan dimana setiap hari Jum’at kelurahan menerima donasi baik berupa bantuan uang, beras, minyak dan lauk pauk serta sayuran yang akan disalurkan kepada warga tidak maupun kaum duafa yang membutuhkan di lingkungannya,” tutur Heroe.

Selain itu, lanjutnya, pihaknya juga terus bergerak dengan menggendeng Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) untuk menggalakan pelaksana “Jum’at Berkat” bagi umat Islam bisa dilakukan melalui kerja sama dengan tamir Masjid, sedangkan umat nasrani bekerja sama dengan gereja-gereja serta umat Hindu maupun Budha bekerja sama dengan wihara-wihara.

Kerja sama itu, diharapkan bisa bermanfaat membantu warga miskin, karena tanggungjawab sosial itu merupakan tanggungjawab bersama, mengingat bantuan jika mengandal dari anggaran APBD tidak akan mencukupi.

Antropolog Undip Semarang Budi Puspo Priyadi menuturkan untuk merawat sifat kedermawanan masyarakat memang masih ada kendala, dengan derasnya arus urbanisasi yang masih terus berjalan.

Namun, tutur Budi, masyarakat tidak perlu khawatir karena di era digital, inovasi dan teknologi akan semakin mendorong untuk meningkatkan kedermawan masyarakat, mengingat pemberian donasi bantuan bisa dilakukan melalui berbagai cara berbasis internet dan akan lebih berdampak maksimal, sekaliguis menghindari adanya penipuan atau salah sasaran. (APb)