Cegah Uang Negara Jebol, Moeldoko: Skema Subsidi Energi Bakal Diubah

MUS • Tuesday, 19 Jul 2022 - 09:46 WIB

Jakarta - Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko mengatakan bahwa pemerintah akan mengubah skema pemberian subsidi agar beban masyarakat dalam mendapatkan kebutuhan energi tidak berat.

Pada sektor energi, pemerintah menyalurkan subsidi,yang nilainya mencapai Rp 520 triliun.

“Namun jika subsidi terus diberikan akan membuat uang negara jebol. Untuk itu, skema subsidi akan diubah. Tidak lagi ke barang tapi langsung ke orangnya agar tepat sasaran,” ujar Moeldoko dalam keterangannya, Selasa (19/7/2022).

Sedangkan dalam menghadapi krisis pangan, mantan Panglima TNI itu mengatakan bahwa pemerintah melakukan peningkatan produktivitas di sektor pertanian untuk menjawab kebutuhan konsumsi pangan dalam negeri, yakni sebesar 2,5 juta ton perbulan.

“Hasilnya selama tiga tahun berturut-turut kita sudah tidak lagi impor beras. Bahkan beras kita surplus. Pemerintah juga melakukan diversifikasi pangan, seperti menanam sorgum, sagu, dan jagung. Ini semua untuk menjawab tantangan ancaman krisis pangan dunia,” kata Moeldoko.

Moeldoko juga menyinggung soal hasil survei Bloomberg, yang menyebutkan peluang risiko resesi Indonesia sangat kecil, yakni 3%.

Hal itu disampaikannya saat memberikan sambutan pada pada seminar kebangsaan di Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga Jawa Tengah, Senin (18/7/2022).

“Hasil survei Ini menunjukkan bahwa fundamental ekonomi domestik kita kuat dan memiliki daya tahan di tengah risiko global yang masih eskalatif,” ucap Moeldoko.

Selain itu Moeldoko juga menegaskan, bahwa mengelola negara di lingkungan global tidak mudah karena tantangannya sangat besar.

Terlebih, di saat global menghadapi berbagai kejutan-kejutan, seperti pandemi Covid-19 dan perang Ukraina – Rusia.

Di mana hal ini berdampak pada terputusnya pasok rantai dan kenaikan harga-harga komoditas.

Dalam menghadapi itu, Moeldoko menyampaikan lima teorinya. Yakni, mampu adaptif terhadap perubahan, membangun kecepatan di segala lini, berani mengambil risiko atas kebijakan yang diambil secara konstitusional, siap menghadapi kompleksitas akibat globalisasi, dan siap merespon kejutan-kejutan yang akan terjadi akibat kemajuan teknologi.

“Kalian sebagai calon pemimpin bangsa harus siap dengan semua perubahan-perubahan,” pungkasnya.