Assemen Diagnostik, Pemetaan Potensi Siswa Ciptakan Kelas Unggulan Merdeka Belajar 

AKM • Wednesday, 13 Jul 2022 - 05:16 WIB

Solo - Kementrian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) menjadikan prioritas utama perkembangan potensi peserta didik. Salah satu kebijakan itu yakni dengan  Program Merdeka Beajar melalui Sekolah Penggerak dan Guru penggerak.

Program Sekolah dan Guru Penggerak menekankan kepada pengajaran yang berorientasi kepada kebutuhan siswa. Untuk mendapatkan pemetaan tentang kebutuhan belajar siswa, satuan pendidikan kerap menggunakan asesmen diagnostik. 

Penanggungjawab Guru Penggerak dari SMAN 3, Surakarta, Eni Nursanti mengatakan, pihaknya mengandalkan asesmen diagnostik untuk mencari tahu kebutuhan siswa. Dengan bertopang kepada asesmen diagnostik, katanya, bisa muncul dua kelas unggulan yang bisa lulus dalam waktu dua tahun atau empat semester. 

"Jadi, tahun ini sudah ada dua kelas juga yang lulus dengan empat semester. Insyaallah tahun depan juga dua kelas itu berulang (siswanya bisa lulus empat semester). Itu salah satu hasil pemetaan atau diagnostik kami," ujarnya, Selasa (12/4/2022). 

Ia mengatakan, asesmen diagnostik di SMAN 3 Surakarta dilakukan bersama-sama dengan bimbingan konseling. Dengan demikian, pemetaan siswa bisa lebih luas, meliputi lingkungan belajar siswa yang bersangkutan, data pribadi siswa, gaya belajar dan lainnya. 

Berdasarkan data Kemendikbudristek, asesmen diagnostik terbagi menjadi dua, yakni asesmen diagnostik non-kognitif dan asesmen diagnosis kognitif. 

Asesmen diagnostik non-kognitif bertujuan untuk mengetahui kesejahteraan psikologi dan sosial emosi siswa. Kemudian mengetahui aktivitas siswa selama belajar di rumah. Mengetahui latar belakang pergaulan siswa. Kemudian mengetahui gaya belajar, karater serta minat siswa. 

Adapun asesmen diagnostik kognitif bertujuan untuk mengidentifikasi capaian kompetensi siswa, menyesuaikan pembelajaran di kelas dengan kompetensi rata-rata siswa dan memberikan kelas remedial atau pelajaran tambahan kepada siswa yang kompetensinya di bawah rata-rata. 

Program Guru Penggerak merupakan bagian dari Sekolah Penggerak. Keduanya memiliki tujuan untuk mengembangkan hasil belajar siswa secara holistik. 

Selain sekolah berpedoman kepada asesmen diagnostik untuk mendidik siswa, guru pun mendapatkan pembaruan pedagogi atau cara mengajar yang berbasiskan kebutuhan siswa.

Guru penggerak SMAN 3 Surakarta, Wardi mengatakan, ia merupakan angkatan pertama dari program guru penggerak di sekolahnya. Selama pembekalan tentang pedagogi, ia mengaku banyak diberikan informasi tentang paradigma pendidikan yang baru. 

"Satu hal yang penting adalah bahwa kadang guru menganggap siswa memiliki kemampuan yang sama antara satu dengan yang lainnya. Setelah mengikuti guru penggerak, kami lebih dilatih untuk menerima perbedaan kemampuan siswa," tuturnya. 

Berdasarkan data Kemendikbudristek, Sampai tahun 2021, program Pendidikan Guru Penggerak telah mendidik lebih dari 24 ribu guru dalam lima angkatan. Angkatan pertama menjalani pendidikan sejak Oktober 2020 sampai dengan Juli 2021. 

Sementara angkatan kedua mulai menjalani pendidikan sejak April 2021 dan berakhir pada Januari 2022. Angkatan ketiga calon Guru Penggerak telah menjalani pendidikan sejak Agustus 2021, angkatan keempat pada Oktober 2021, dan angkatan kelima mulai menjalani pendidikan pada Mei 2022. Hingga saat ini, sekitar 5.500 guru yang telah lulus sebagai guru penggerak.

Adapun untuk sekolah penggerak, telah terealisasi 2.500 Sekolah Penggerak di 34 provinsi dan 250 kabupaten/kota pada tahun 2021.