Kesenian Tari Barong dan Pagelaran Wayang Kulit Mulai Bangkit Lagi

MUS • Saturday, 25 Jun 2022 - 16:15 WIB

Grobogan –  Kesenian tradisional yang menampilkan pagelaran tari Barong Rampak, Kuda Lumping, Jathilan dan Wayang Kulit mulai menggeliat kembali yang digelar di Balai Desa Sendangharjo, Kecamatan Karangayung, Grobogan Kabupaten Purwodadi, Jum’at (24/6) malam.

Aktivitas para seniman kembali semangat untuk bangkit kembali, setelah sebelumnya dua tahun lebih mereka terhenti total akibat pandemi Covid-19, hingga pemerintah tidak mengizinkan untuk pementasan.

Namun, setelah pandemi melandai kini pemerintah memberikan kelonggaran bagi para seniman untuk dapat kembali menggelar pertunjukkan agar aktivitas mereka tidak terhenti total, meski perlahan namun pasti kebangkitan para seniman bakal kembali normal.   

Sebelum pertunjukkan kesenian tradisional itu digelar, acara acara diawali dengan dialog Laras Budaya bersama DPRD Prov Jateng, yang menghadirkan nara sumber Anggota Komisi A DPRD Jateng Ir Sulistyorini MM, Kadisporabudpar Kabupaten Grobogan Drs Ngadino MM dan Pelaku Seni Ki Hadi Parwito. Dialog dipandu moderator oleh Dendi Ganda dari Trijaya FM Semarang.

Komisi A DPRD Jateng Ir Sulistyorini MM mengatakan DPRD Jateng akan terus mendorong kesenian tradisional di daerah agar semakin berkembang, hingga dapat dipertahankan dan dilestarikan.

“DPRD Jateng sangat peduli terhadap kesenian tradisional daerah, hingga akan terus dirong agar lebih berkembang ke depan dan tidak tergerus oleh seni budaya asing maupun modern,” ujar Sulistyorini.

Selain itu, lanjutnya, DPRD Jateng juga berupaya untuk ikut melestarikan dengan mengajak semua pihak, terutama kalangan generasi muda untuk terus ‘nguri-uri’ kesenian tradisional dan menjaga kelestarian budaya daerah yang merupkan warisan leluhur.

DPRD Jateng, lanjutnya, akan terus mendorong para seniman dapat mempertahankan dan mengembangkan kesenian tradisional daerah yang nyaris punah, akibat semakin banyak kesenian modern.

Menurutnya, kesenian tradisional harus dilestarikan karena merupakan warisan leluhur dan perlu dijaga jangan sampai tergerus oleh masuknya kesenian modern yang bermunculan.

Selain itu, tutur Sulistyorini, DPRD Jateng juga memiliki progam pagelaran seni budaya, untuk membantu membangkitkan kembali kesenian tradisional daerah, mengingat di Jateng memiliki beraneka ragam kesenian tradisional di sejumlah daerah, sehingga kegiatan ini sekaligus dapat ikut melestarikan budaya daerah sebagai warisan leluhur.

Menurutnya, progam itu juga sebagai upaya untuk mendorong kegiatan para seniman di daerah terus berkreasi dan dapat kembali menggelar pertunjukkan dengan dikemas lebih baik hingga dapat diminati para anak muda sebagai penerus karena merupakan akar sejarah dan warisan leluhur, sehingga upaya ‘nguri-uri’ budaya merupakan bentuk sosial sebagai modal untuk menjaga, mempertahankan serta melestarikan budaya tradisional.

Sementara itu, Kadisporabudpar Kabupaten Grobogan Drs Ngadino MM menuturkan di wilayah Kabupaten Grobogan terdapat banyak seniman dan pertunjukkan Wayang Kulit masih sangat diminati, meski dua tahun lebih aktivitas mereka tidak terdengar akibat pandemic.

Namun, lanjutnya, saat ini para seniman dan dalang mulai bisa tampil lagi, bahkan pesanan job pementasan juga mulai bermunculan dan diharapkan setelah pandemi melandai aktivitas mereka semakin berkembang. 

Menurutnya, dengan mulai adanya kelonggaran bisa manggung, seniman bisa berkreasi lagi meski dengan keterbatasan waktu, namun ini sebagai tanda-tanda kebangkitan kembali kesenian tradisional di daerah.

Ngadino juga mengapresiasi langkah DPRD Jateng yang terus mendorong para seniman tetap berkreasi dan ikut melestarikan kekayaan budaya bangsa.

Senada Pelaku Seni Grobogan Ki Hadi Parwito mengatakan sejak terjadi pandemi pada Maret 2019 lalu, tidak ada izin dari pemerintah setempat untuk menggelar pementasan kesenian, sehingga menyebabkan para seniman tidak mendapatkan job pertunjukkan dan dirasa kini cukup memberatkan mereka.

Dengan kondisi itu, lanjutnya, para seniman terancam tidak dapat ‘nempur beras’ (membeli beras), karena telah kehilangan pendapatan selama dua tahun tidak dizinkan menggelar pertunjukkan, job pementasan pun terhenti total,

“Terimakasih Ibu Sulistyorini sebagai Anggota DPRD Jateng yang sudah membantu dan mengadakan kegiatan pentas kali ini, karena baru pertama kali sejak pandemi terjadi para seniman dan dalang Wayang Kulit bisa menggung lagi,” tutur Ki Hadi Parwito yang juga sebagai dalang.

Seusai dialog Nguri-Uri Budaya Tradisional dilanjutkan pertunjukkan tari Barong Rampak, Kuda Lumping dan Jathilan yang dimainkan para seniman dari Sanggar Satrio Joyo pimpinan Susilo Nugoho dari Kecamatan Godong, Grobogan.

Pementasan kesenian tradisional yang tampil bergantian itu, ternyata masih mampu memukau para penonton. Meski sempat diguyur hujan deras, namun antusias penonton justru semakin tinggi mereka berebut bergantian untuk mengabadikan gambar melalui ponselnya.

Usai pementasan tari-tarian itu, kini giliran pegelaran Wayang Kulit dengan menampilkan kolaborasi dalang Ki Hadi Parwito dengan Ki Sudarsono yang ditunggu-tunggu para penonton. Ki Hadi Parwito merupakan dalang kondang dari Kabupaten Grobogan.

Pagelaran Wayang Kulit yang mengambil lakon Pandawo Mbangun Projo menggambarkan salah satu pandowo mendapat tugas untuk membangun kerajaan amarta, namun bukan kerajaan secara fisik, tetapi kerajaan lahir dan  yang bersih di sebuah wilayah yang sedang diobarik-abrik oleh seorang raja yang angkoro murko menindas rakyat,

Setelah ada Brataseno dari pandowo turun, akhirnya raja angkoro murko itu dapat ditumpas habis hingga keingingunan Ratu untuk membangun amarta pun dapat terwujud. (**)