Litbang Sin Po: Gerindra Paling Berpeluang Calonkan Presiden dari Kader Internal

FAZ • Friday, 24 Jun 2022 - 10:59 WIB

Jakarta - Meski pagelaran pemilu legislatif 2024 masih menyisakan waktu 20 bulan lagi, namun para elit parpol saat ini sudah mulai pasang kuda-kuda. Safari politik antar ketua umum parpol dan elitnya telah marak dilakukan.

Hasil safari politik para elit parpol itu telah menghasilkan beberapa koalisi dini yang nantinya sangat mungkin berubah.

Saat ini sudah ada koalisi Indonesia Bersatu (KIB) yang digawangi Partai Golkar, PAN, dan PPP.

Ada Koalisi Semut Merah yang digagas oleh PKS. Ada juga koalisi “Kebangkitan Indonesia Raya” yang digagas oleh ketua umum PKB, Cak Imin, saat berkunjung ke kediaman Prabowo Subianto yang merupakan Ketua Umum Partai Gerindra.

Pertanyaannya, bagaimana sejatinya peta parpol-parpol ini dalam rangka bisa mendapatkan tiket untuk mengusung capres? Bagaimana implikasinya terhadap elektoral parpol-parpol tersebut?
Untuk menjawab pertanyaan peta parpol-parpol untuk bisa mendapatkan tiket mengusung capres, maka harus dilihat terlebih dahulu komposisi perolehan kursi parpol-parpol di DPR RI.

Selanjutnya dikombinasikan dengan mengacu aturan presidential threshold 20 Persen.

Jika dilihat dari situasi saat ini, ada 9 parpol berkursi di DPR RI dengan komposisi antara lain; PDIP memiliki 22.3% kursi. Disusul Partai Golkar sebanyak 14.8%, Partai Gerindra sebanyak 13.6%.

Kemudian, Partai Nasdem sebanyak 10.3%, PKB sebanyak 10.1%, Partai Demokrat sebanyak 9.4%, PKS sebanyak 8.7%, PAN sebanyak 7.7% dan PPP sebanyak 3.3%.

Kepala Peneliti Litbang SinPo, Syahrial Mayus mengatakan, mengacu pada komposisi 9 parpol berkursi di DPR RI seperti diatas, maka secara proporsional akan ada 4 koalisi.

"Jika dikombinasikan atau dalam bahasa politik biasa disebut sebagai koalisi untuk menghasilkan komposisi 20% kursi, maka jumlah koalisi yang bisa dibentuk maksimal hanya sebanyak 4 koalisi," kata Syahrial dalam keterangannya, Jumat (24/6).

Memang PDIP menjadi parpol dengan elektabilitas teratas, tetapi jika mengacu pada tokoh-tokoh elit parpol yang dijagokan menjadi calon presiden dari kader internal masing-masing parpol partai besutan Megawati Soekarnoputri itu akan punya penantang berat.

Saat ini, calon presiden yang sudah mulai menyeruak ke permukaan dari kader internal 9 parpol berkursi di DPR RI, beberapa adalah para ketua umum parpol masing-masing.

Partai Gerindra akan mengusung Prabowo Subianto, Partai Golkar akan mengusung Airlangga Hartarto, PKB akan mengusung Muhaimin Iskandar, Partai Demokrat akan mengusung Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) dan PAN akan mengusung Zulkifli Hasan.

Sementara PDIP tidak mengusung ketum parpolnya, Megawati Soekarnoputri, karena akan mendorong Puan Maharani. Sisanya, seperti Partai Nasdem, PKS, dan PPP belum menyodorkan nama internal kadernya sendiri untuk posisi capres.

"Diantara nama tokoh-tokoh di atas, saat ini hanya nama Prabowo Subianto yang memiliki tingkat elektabilitas paling tinggi," kata Syahrial.

Syahrial menuturkan, dengan posisi Partai Gerindra yang hanya membutuhkan satu teman koalisi untuk bisa mendapatkan tiket pencapresan, ditambah dengan tingkat elektabilitas Prabowo Subianto yang saat ini masih di posisi teratas, maka Gerindra memiliki peluang paling besar untuk mencalonkan kader internalnya sendiri dalam posisi sebagai capres.

"Karena dengan kemampuan dan pengalaman Prabowo Subianto dalam kancah politik nasional, rasanya tidak cukup rumit untuk mencari 1 teman koalisi diantara 8 parpol berkursi di DPR RI," ungkap dia.

Jika skenario ini berjalan, yakni Prabowo Subianto menjadi Capres Partai Gerindra, maka bisa dipastikan bahwa Partai berlambang burung garuda ini akan terlimpahi efek ekor jas (coat-tail effect) dari pencalonan ketua umumnya ini.

Artinya, dengan tingkat popularitas dan elektabilitas Prabowo Subianto yang saat ini berada di posisi paling atas, maka hal ini juga akan tumpah ke tingkat elektoral Partai Gerindra.

"Selain efek ekor jas, saat ini tingkat elektabilitas Partai Gerindra juga sangat baik. Merujuk hasil survei Litbang Sin Po yang dilakukan dalam rentang waktu 20 Mei 2022 hingga 3 Juni 2022, tingkat elektabilitas Partai Gerindra berada di posisi kedua setelah PDI Perjuangan," tukas Syahrial.