Kesenian Tradisional Harus Dapat Dikemas Dengan Penampilan Modern

MUS • Monday, 13 Jun 2022 - 17:28 WIB

Purwokerto – Banyak orang yang pesimistis dengan masa depan kesenian tradisonal, mengingat tidak sedikit kasus menunjukkan bahwa kesenian tradisional seolah-olah hidup segan mati tak mau, akibat tergilas oleh modernisasi. 

Kondisi semacam itu oleh sebagian kalangan dianggap mengkhawatirkan, karena jika pendukung kesenian tradisional terus mengalami kemerosotan, maka kesenian tradisional bakal punah digerus budaya modern yang datang dari berbagai Negara,
Angggota Komisi A DPRD Jateng Asfirla Harisanto mengatakan budaya lokal merupakan budaya yang dimiliki oleh suatu wilayah dan mencerminkan keadan sosial di wilayahnya. 

Beberapa hal yang termasuk budaya lokal di antaranya adalah cerita rakyat, lagu daerah, ritual kedaerahan, adat istiadat daerah, dan segala sesuatu yang bersifat kedaerahan, termasuk seni tradisional.

Menurutnya, kesenian tradisional merupakan salah satu sarana hasil dari cipta rasa dan karsa manusia di daerah, sehingga kesenian tradisional juga bisa menjadi suatu identitas tersendiri dari daerah tersebut. Seni tari Langgeran, tari Geguritan dan tari Baladewa, misalnya yang merupakan identitas kesenian masyarakat Banyumas yang tidak dimiliki oleh daerah lain.

Butuh peran pemerintah daerah dan kesadaran masyarakat untuk melestarikan kesenian tradisional semacam ini. Keberhasilan pelestarian kesenian tradisional sangat ditentukan oleh kemampuan pemerintah daerah bersama dengan DPRD, dalam merumuskan program dan kebijakan yang langsung bersentuhan dengan kelompok kelompok kesenian yang terbentuk.

Sebagai Negara Kesatuan yang membentang luas dari Sabang sampai Merauke dan Indonesia merupakan negara yang sangat kaya akan keberagaman didalamnya Indonesia menyimpan banyak pesona dan potensi yang tidak bisa dibayangkan.

“Banyak dari kita yang bertanya apa itu Cinta Indonesia. Cinta Indonesia adalah perasaan yang datang dari hati nurani untuk memelihara, membela dan melindungi tanah airnya dari segala ancaman dan gangguan yang membuat warga negara merasa tidak aman, nyaman, damai, dan sejahtera,” ujar Bogi panggilan akrab Asfirla Harisanto itu, seusai acara dialog Laras Budaya yang mengusung tema “Eling-Eling Wong Eling Balio Maning” yang digelar di Pendopo Wakil Bupati Banyumas, di Jalan Raya Jenderal Soedirman, Purwokerto, Sabtu (11/6) malam lalu.

Bogi menambahkan wujud cinta tanah air bisa dilakukan dengan banyak cara salah satunya yaitu mencintai budaya yang sudah turun temurun dari leluhur. Budaya yang sudah ada banyak sekali, ada Bahasa, Suku, Kesenian dan masih banyak lagi. Kesenian tradisional yang ada di Indonesia sangat banyak sekali meliputi seni tari, seni musik, seni rupa, sastra dan masih banyak lagi.

“Kita tinggalkan masa pandemi yang sebelumnya melanda hampir dua tahun lebih dan mengakibatkan kegiatan pertunjukkan kesenian terhenti total. Dengan melandainya pandemi saat ini kita harus bangkit dan budaya daerah harus kita ‘uri-uri’, bahkan kesenian tradisional harus tetap dilestarikan dan dikembang lagi,” ucap Bogi.

Para seniman sudah bisa manggung lagi ditempat umum, dari sebelumnya saat pandemi pemerintah tidak memberikan izin pertunjukkan bagi mereka, sehingga semua seniman harus bangkit kembali.

Memang pandemi Covid yang kini sudah melandai menjadi kabar yang menggembirakan bagi para seniman, seiring dengan kebijakan kelonggaran yang diberikan pemerintah untuk kegiatan pementasan kesenian.

Kelonggaran itu, mendorong para seniman mulai penuh semangat membangkitkan kembali kesenian tradisional seperti sekarang ini.

Seniman di Kabupaten Banyumas pun menyambut positif mulai menggelar pertunjukkan pementasan kreasi mereka seni tari Langgeran, tari Baladewa, tari Geguritan dan musik keroncong. 

Tak kalah penting, tutur Bogi, kesenian tradisional harus menjadi pemantik dalam membangun karakter dan nasionalisme bangsa. Minimal dengan mencintai kesenian tradisional asli daerah. Daerah kalau tidak memiliki budaya bukan Nusantara.

“Oleh karena itu, DPRD Jateng akan terus mendorong para seniman dapat mempertahankan dan mengembangkan kesenian tradisional daerah yang nyaris punah, akibat semakin banyak kesenian modern,” ujar Bogi.

Bogi menuturkan kesenian tradisional harus dilestarikan karena merupakan warisan leluhur dan perlu dijaga jangan sampai tergerus oleh masuknya kesenian modern (asing) yang bermunculan.

Melalui kesenian tradisional, lanjutnya, generasi muda diharapkan dapat merawat nilai-nilai persatuan dan memperkokoh nasionalisme. Dengan melebur perbedaan dan bersatu dalam tujuan yang sama, tentu akan terwujud kebhinekaan Indonesia.

“Saya mendorong dan mengajak para seniman untuk terus berkontribusi sekecil apapun. Percayalah, kita bisa bangkit. Tentu dengan mengemas pagelaran kesenian yang lebih baik sesuai kondisi sekarang,” tuturnya.

Penampilan keroncong, menurut Bogi, juga dapat tampil dengan gaya modern, bahkan seni taripun harus bisa dimainkan lebih modern seperti panggung dan perlengapkan, lampu-lampu, bisa dihiasi dengan lampu laser, blitz, selain lampu warna-wani dan lainnya hinga lebih gebyar dan disesuaikan dengan zaman sekarang.

DPRD Jateng kini mulai menggelar progam pagelaran kesenian tradisional di beberapa daerah untuk membangkitkan kembali budaya leluhur itu. Bahkan tahun depan progam pagelaran kesenian akan lebih diperbanyak. 

Program pagelaran seni budaya itu, lanjutnya, diharapkan dapat membantu membangkitkan kembali kesenian tradisional daerah, mengingat di Jateng memiliki beraneka ragam kesenian tradisional di sejumlah daerah, sehingga kegiatan ini sekaligus dapat ikut melestarikan budaya daerah sebagai warisan leluhur.

“DPRD Jateng sangat peduli dan respek dengan kesenian tradisional daerah, bahkan semua anggota dewan terus turun ke lapangan dengan melakukan kunjungan ke daerah pemilihan (Kudapil), seperti saya akan membesar kesenian tradisional di Banyumas sebagai upaya untuk terus mendorong kegiatan para seniman, mengingat banyak generasi muda yang mulai meninggalkan dan lebih menyukai kesenian modern,” tutur Bogi.

Selain itu, lanjutnya, DPRD Jateng juga berupaya untuk ikut melestarikan dengan mengajak semua pihak, terutama kalangan generasi muda untuk terus ‘nguri-uri’ kesenian tradisional dan menjaga kelestarian budaya daerah. (APb)