Keroncong Tradisional  Iromo Perkenalkan Keroncong “Sampah”

MUS • Monday, 13 Jun 2022 - 16:14 WIB

Purwokerto - Berawal dari menjaga lingkungan dan aksi memanfaatkan limbah dan hobby memainkan alat musik beraliran keroncong. Kiprah Romo Suharto memberikan dampak luar biasa bagi masyakat penggemar musik keroncong.

Hingga akhirnya berinovasi dengan menciptakan peralatan musik keroncong dari bahan limbah kaleng, plastik, pralon, kayu-kayu bekas dan lainnya, yang telah dilakukan sejak 1985.   

Namun, membentuk group keroncong baru dapat direalisasikan saat pandemi 2021 dengan melibatkan sekitar delapan seniman asuhannya. 

Kelompok musik keroncong dengan membawa bendera nama ‘Iromo’ bentukan Romo Suharto dinahkodai sebagai manajernya Nuscholish.

Pembuatan alat musik tradisional keroncong dari bahan limbah memang perlu proses agak lama untuk menyesuaikan kualitas suara seperti alat musik biola, cello, kencrung, gitar, seruling, bas betot dan lainnya. 

Group keroncong ‘Iromo’ ini berbasis di Kabupaten Sukoharjo. Yang mendasari pembentukan group keroncong dan membuat alat musik tradisional keroncong, disamping seniman-seniman Iromo ini karena ingin melestarikan musik keroncong yang semakin jarang terdengar, juga dikarenakan mereka ingin memanfaatkan limbah kaleng, plastik, kayu dan lainnya yang terbuang.

Biasanya, limbah ini terbuang tanpa dipakai atau digunakan kembali. Di tangan seniman-seniman dan pengrajin Sukoharjo berhasil membuahkan karya yang cukup luar biasa. 
Dari cerita Nurcholish, beliau mendapatkan bahan baku limbah dari kaleng-kaleng bekas tempat makanan, roti dan lainnya yang dibuang.

Lewat tangan pengrajin dan seniman asuhan Romo Suharto yang terampil itulah, bahan baku limbah yang terbuang menjadi nilai lebih yang bermanfaat, sekaligus dapat membantu mereka menyalurkan hobbynya bermain alat musik. 

Ide Romo Suharto memanfaatkan bahan limbah menjadi berkah, adalah sesuatu yang cukup membuat seniman-seniman asuhannya kini menjadi sibuk. Sebab ditangan terampil mereka, tercipta beberapa alat musik seperti biola, cello dan lainnya. 

Tidak mengherankan, jika mereka mendapatkan bahan limbah yang cukup berkualitas. Seperti jenis tong plastik, kayu dan lainnya hingga suara yang didengar tak kalah dengan alat musik buatan pabrikan.

Jenis limbah pilihan ini memiliki keistimewaan tersendiri seperti, membawa gelombang suara yang keras dan jernih, memberikan kontribusi untuk menghasilkan sound atau komposisi yang padat.  

Menurut Nurcholish, pembuatan biola atau cello atau alat musik lain cukup memerlukan waktu yang lama. Mulai dari tahapan pemilihan bahan baku, pembentukan pola, pengepresan hingga finishing. 

Peralatan ini, tutur Nurcholis, sengaja  tidak diberi warna pengecatan, namun tetap seperi warna aslinya, meski masih terpanpang gambar roti monde, khon Guan dan lainya, termasuk limbah plastik tetap warna putih lusuk dan bentuk masih asli. 

Meskipun sudah ada alat untuk mengatur nada, namun seniman-seniman asuhan Romo Suharto ini sangat berhati-hati agar mendapatkan nada yang sesuai dan biola yang berkualitas baik.
Walaupun berbahan dasar limbah seniman-seniman asal Sukoharjo ini tetap mengutamakan originalitas atas alat yang dibuatnya.  

Sejauh ini produksi alat musik mereka masih digunakan untuk kelompok keroncongnya sendiri, tidak ada niatan untuk mengarah komersial, mengingat tujuan utama ingin melestari kesenian tradisional keroncong agar tidak punah dan kalah dengan musik lainya.

Nurcholish menuturkan group kerocong ‘sampah’ (limbah) ini baru diperkenalkan di publik awal tahun ini, setelah sebelumnya terhambat untuk menggelar pertunjukkan akibat pandemi Covid-19, meski sudah didengungkan melalui pementasan virtual di media sosial (Medsos). 

“Nah, dalam pagelaran Laras Budaya bersama seniman Banyumas yang digelar di Pendopo Wakil Bupati Banyumas, di Jalan Raya Jenderal Soedirman, Purwokerto, Sabtu (11/6) malam, merupakan kesempatan pementasan perdana seniman-seniman keroncong Iromo setelah dua tahun lebih semua pertunjukkan kesenian terhenti total akibat pandemi," ujarnya. 

Kelompok keroncong Iromo ini, tutur Nusrcholis, sudah melakukan beberapa aransemen sejumlah lagu, seperti gundul-gundul pacul, ambar-ambar pisang dan lainnya, selain mulai menciptakan lagu sendiri.  

Keroncong Iromo sampah ini beranggotakan delapan seniman, terdiri Mas (cello), Mas Giri (Biola), Mas Antok (Seruling), Mas Jaek (Bas), Mas Yansol, (Chuk), Mas Aden (Gitar), Mas Tutuk (Chale). (APb).