DPRD Jateng Dorong Kesenian Tradisional Terus Dikembangkan

MUS • Monday, 13 Jun 2022 - 14:57 WIB

Purwokerto – Setelah dua tahun lebih terhenti akibat pandemi, pertunjukkan kesenian tradisional yang menampilkan musik keroncong, seni tari Lenggeran khas Banyumasan, tari Geguritan, tari Baladewa dan musik akusik hingga pembacaan puisi mulai digelar kembali untuk membangkitkan kreativitas para seniman.

Pandemi yang melandai saat ini, mendorong para seniman mulai membangkitkan kembali kesenian tradisional dengan menggelar pementasan seni tari tradisional yang berlangsung di Pendopo Wakil Bupati Banyumas, di Jalan Raya Jenderal Soedirman, Purwokerto, Sabtu (11/6) malam pekan lalu.

Pertunjukkan kesenian tadisional yang tampil secara bergantian itu, mendapat sambutan meriah para penonton, yang selama dua tahun lebih menunggu pementasan sebagai hiburan rakyat.

Sebelum pementasan seni tradisional itu, acara diawali dengan dialog Laras Budaya bersama DPRD Prov Jateng, yang menghadirkan Anggota Komisi A DPRD Jateng Asfirla Harisanto, Wakil Ketua Dewan Kesenian Banyumas Jarot C Setyoko dan Budayawan sekaligus Manajer Kerongong Iromo, Nurcholish. 

Dialog Laras Budaya yang mengusung tema “Eling-Eling Wong Eling Balio Maning” itu, dipandu oleh moderator Dendi Ganda dari Trijaya FM Semarang.

Anggota Komisi A DPRD Jateng Asfirla Harisanto mengatakan DPRD Jateng sangat peduli terhadap kesenian tradisional dan akan terus mendorong para seniman bisa menjaga, melestarikan dan berkembang.

“Saya sebenarnya sudah lama memiliki gagasan bersama para seniman di Banyumas untuk menggelar pertunjukkan kesenian tradisional dengan penampilan sesuatu yang berbeda, tentunya kemasan yang lebik baik, seperti panggung dan perlengapkan, lampu-lampu dan lainnya disesuaikan dengan kondisi sekarang,” ujar Bogi panggilan akrab Asfirla Harisanto itu.

Hal itu, lanjutnya, dilakukan agar pementasan kesenian tradisional lebih gebyar dan dapat diterima oleh anak-anak muda sekarang hingga mereka lebih mencintai kesenian tradisional yang diharapkan bisa dikembangkan lagi dengan lebih baik.

Menurutnya, kesenian tradisional warisan leluhur ini harus dijaga, dilestarikan, bahkan bisa dikembangkan dengan inovasi dan kreasi serta kemasan yang lebih baik hingga bisa diterima masyarakat penonton, tidak hanya orang tua, orang dewasa saja, tetapi kelangan milenial, bahkan semua lapisan masyarakat .

“Dengan melestarikan kesenian tradisional, menunjukkan kalau budaya daerah itu ada, meski nyaris punah, akibat derasnya kesenian modernisasi yang merebak di kalangan anak muda, namun upaya mempertahankan harus dilakukan, Kalau daerah tidak memiliki budaya itu bukan nusantara,” tutur Bogi.

Menurutnya, seni tari tradisional daerah, seperti tari Lenggeran yang berasal dari Kabupaten Banyumas harus dilestarikan karena seni tari ini nyaris punah, akibat derasnya kesenian modernesasi yang merebak di kalangan anak muda.

Cukup memprihatin, tutur Bogi, dengan kondisi berkebudayaan dan berkesenian yang kian digempur modernisasi itu, sehingga DPRD Jateng berupaya ikut mendorong para seniman bisa tetap mempertahankan, sekaligus untuk melestarikan seni tari tradisional daerah.

Selain itu, DPRD Jateng juga berupaya untuk ikut melestarikan dengan mengajak semua pihak, terutama kalangan generasi muda untuk terus ‘nguri-uri’ kesenian tradisional dan menjaga kelestarian budaya daerah.

Program pagelaran seni budaya itu, lanjutnya, diharapkan dapat membantu membangkitkan kembali kesenian tradisional daerah, mengingat di Jateng memiliki beraneka ragam kesenian tradisional di sejumlah daerah, sehingga kegiatan pagelaran ini sekaligus dapat ikut melestarikan budaya daerah sebagai warisan leluhur.

Bogi menambahkan kesenian tari Langgeran Banyumas sangat apik, selain penampilannya luwes, dan unik karena dimainkan para seniman lelaki yang berbusana perempuan. Kesenian tradisional ini jangan sampai punah harus terus dijaga kelestariannya. 

Sementara itu, Wakil Ketua Dewan Kesenian Banyumas Jarot C Setyoko menuturkan pandemi Covid-19 yang terjadi sejak Maret 2020 lalu banyak sektor perekonomian yang terdampak, tidak hanya pariwisata, perhotelan, industri, namun seni & budaya, banyak seniman yang ikut terpuruk tidak memperoleh job pementasan.

Namun, lanjutnya, dengan melandainya pandemi saat ini dan adanya kelonggaran dari pemerintah diharapkan para seniman bisa bangkit kembali dan mengembangkan kreasinya, sekaligus mempertahankan kelestrian seni dan budaya daerah.

Bahkan, tutur Jarot, di Kapubaten Banyumas para seniman yang memiliki banyak kreasi, mulai menyambut positif, mereka sudah dapat menggelar pementasan, hingga job tangapan sudah kembali mengalir.

“Semoga pandemi ini cepat berakhir, karena dampaknya mengakibatkan sektor perekonomian menjadi lesu, termasuk seni dan budaya. Namun, para seniman kini kemali berkreasi dengan mengemas pementasan maupun pagelaran kesenian yang lebih baik,” ujar Jarot.

Senada Budayawan sekaligus Manajer Kerongong Iromo, Nurcholish mengatakan para seniman keroncong kini mulai penuh semangat untuk kembali pentas di panggung, Keroncong Iromo merupakan Ciptaan Romo Suharto yang lama dipersiapkan untuk pementasan, sekaligus memperkenalkan publik sebagai musuk keroncong 'sampah' (limbah).

Keroncong Iromo ini, juga dikenal sebagai kelompok kerongcong sampah (limbah), karena semua perlengkapan peralatan musik dibuat dari bahan limbah kaleng, plasitk hingga kayu-kayu bekas.

“Semua peralatannya musik keroncong Iromo terbuat dari limbah, seperti biola, gitar, bas, suling, chale dan lainya,” ujar Nurcholish.

Usai berdialog, digelar pentas beberapa seni tari khas Banyumasan dengan diawali  penampilan tari Lenggeran, Geguritan dan tari Baladewa yan dimainkan para seniman dari sanggar Sekar Budaya asuhan Randi.

Selain kesenian tari tradisional itu, juga ditampilkan pembacaan puisi yang berjudul ‘Sewu Tahun’, dibawakan oleh penyair Wage Teguh Noyono seorang pemulung, kemudian dilanjutnya akustik.

Sebagai penutupan Kerongcong Iromo kembali tampil dengan membawakan beberapa lagu, bahkan semakin malam semakin seru dan memukau ratusan para penonton yang memadati pendopo itu. (APb)