Para Pertenak di Jateng Semakin Resah Akibat Meluasnya PMK

MUS • Thursday, 9 Jun 2022 - 13:33 WIB

Semarang - Para peternak di sentra produksi hewan ternak di Jateng semakin resah dengan merebaknya penyakit mulut dan kuku (PMK), yang mengakibatkan mereka mengalami kerugian cukup besar. Apalagi dengan semakin dekatnya Idul Adha yang  diharapkan akan memperoleh keuntungan dari penjualan hewan ternaknya bakal tidak terwujud.

Keresahan itu, tidak hanya membayangi para perternak sapi, domba dan kambing, tetapi juga peternak sapi perah yang mengalami kerugian besar akibat hasil produksi perahan susu semakin menurun dan penjualan pun kian lesu.

Dwi Wahono, peternak sapi dari Desa Tolokan, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang mengatakan penyakit mulut dan kuku yang mulai menjangkiti ribuan ternak di daerahnya membuat para perternak semakin resah.

Para peternak sapi perah, lanjutnya, kini semakin bingung dan stress karena dampak ekonomi wabah penyakit mulut dan kuku terhadap hewan ternak makin nyata dan menghawatirkan, bahkan sektor usaha mereka praktis berhenti.

"Tidak hanya puluhan ekor sapi di Getasan yang terindikasi gejala PMK, tapi sudah mencapai ribuan sapi diduga terkena PMK, karena luka di lidah dengan air liur berlebihan, demam dan tidak nafsu makan," ujarnya, di sela-sela Diskusi Prime Topic TrijayaFM Semarang, bertema Sinergi Hadapi Penyakit Mulut dan yang digelar di Lobby Gets Hotel Semarang, Rabu (8/6). 

Menurutnya, di sentra produksi sapi perah Getasan hingga saat ini sapi milik para peternak yang diduga terkena PMK sudah mencapai sebanyak 1.008 ekor. Sebagian sapi tidak  nafsu makan hingga susu yang dihasilkan semakin menurun dratis.

Bahkan sapi yang terindikasi terjangkit PMK semakin kurus dalam jangka  satu minggu bobot sapi berkurang 15%.

Kekhawatiran para petenak, tutur Wahono, juga karena hasil susu sapi semakin kesulitan untuk menjualnya, mengingat pemerintah daerah setempat maupun KUD tidak merekomendasikan, termasuk untuk menyusui anak sapi (pedet) hingga susu hasil produksi sapi miliknya dibuang sia-sia.

Getasan merupakan salah satu daerah sentra produksi hewan ternak sapi perah tergolong besar di Jateng, Hampir sebagian besar warga Getasan bekerja sebagai peternak sapi perah dan penggemukan.

"Para peternak semakin resah tidak hanya karena hasil produksi susu sapi miliknya tidak laku dijual, atau KUD setempat menghentikan penampungan pembelian, tetapi keseluruhan peternak tidak mendapatkan subsidi asuransi untuk hewan ternaknya hingga usaha mereka terancam mengalami kerugian besar," tutur Wahono.

Wahono menambahkan berbagai upaya sudah dilakukan para peternak, seperti memberikan obat-obatan, suplemen, vitamin kepada hewan ternaknya. Bahkan peternak yang miliki banyak sapi dan tidak terkena PMK di lockdown atau telah ditutup , tidak boleh dikunjungi para peternak lain yang berpotensi menjadi perantara penyebaran virus PMK.

"Bahkan para dokter hewan dan para medis hewan juga tidak diperbolehkan masuk ke lokasi kandang-kandang sapi yang telah di lockdown itu, untuk mencegah penyebaran vurus PMK," ujar Wahono yang juga sebagai Kades Tolokan, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang itu.

Pihaknya meminta agar ada solusi sesegera mungkin dari pihak terkait. Karena jika berharap wabah PMK  hilang, tentu butuh waktu yang tidak sebentar, mengingat sangat berpotensi terus meluas beserta penyelesaiannya dengan jumlah ternak yang begitu banyaknya.

Bahkan peternak penggemukan sapi terpaksa memotong sapi yang hampir mati akibat PMK untuk menghindari kerugian yang makin parah.
Serangan wabah PMK terhadap sapi perah dalam sebulan terakhir pun juga membuat peternak terlilit utang bank, karena produksi susu sapi anjlok.

Bahkan di tengah suasana perayaan Idul Adha yang semakin dekat, adanya wabah ini tentu saja akan memukul peternak yang mengharapkan akan memanen dan menikmati hasil hewan ternaknya. Tidak sedikit para peternak pengemukan sapi yang merugi akibat terpaksa menjual ternak mereka dengan harga murah.

Momen Idul Adha, tutur Wahono, adalah sumber pendapatan utama bagi peternak sapi, domba dan kambing di daerahnya. Tentu dari wabah PMK ini yang paling dirugikan adalah peternak. Banyak dari hewan ternak mereka yang mati akibat wabah PMK ini.

Dia menambahkan moment Idul Adha amat dinantikan para peternak karena saat itu peternak akan mendapatkan harga terbaik untuk menjual hewan ternaknya. Hasil keuntungan penjualan hewan ternak bisa menutup kebutuhan peternak selama tahun.

"Jika harga hewan ternak anjlok, peternak akan merugi besar, bahkan memungkinan pembeli sama sekali tidak ada, karena lebih memilih menunda pembelian. Kalau toh ada pembelian seekor sapi yang diduga terjangkit PMK dan kurus hanya dihargai Rp 2 juta, meski peternak telah mengeluarkan biaya penggemukan dari masa kecil hingga sapi menjadi besar menghabiskan hampir Rp10 juta per ekor," pungkas Wahono. (APb)