Pemerintah Resmi Meluncurkan Produk Asli Indonesia Formularium Fitofarmaka

ANP • Wednesday, 1 Jun 2022 - 12:45 WIB

Jakarta - Pemerintah resmi meluncurkan dua produk asli bangsa Indonesia yakni Formularium Fitofarmaka dan Ship Simulator. Peluncuran dua produk tersebut bertepatan dengan penutupan gelaran Business Matching Tahap III di Jakarta Convention Center (JCC), Senayan Jakarta, Selasa (31/5/2022).

Wakil Menteri Kesehatan (Wamenkes), Dante Saksono Harbuwono, menyatakan peningkatan Fitofarmaka sebagai salah satu unggulan produk dalam negeri merupakan rancangan yang telah ditetapkan menuju ketahanan dan kemandirian kesehatan nasional di bidang farmasi.

Dengan memiliki hutan tropis yang luas, terang Dante, menjadikan bahan baku alami obat-obatan banyak tersedia di Indonesia.

"80 persen tumbuhan obat di dunia berasal dari hutan tropis tersebut," ujar Wamenkes Dante.

Dante menyebut, sebanyak 2.800 spesies dan tumbuhan obat tersebut ada di Indonesia. Dengan 32.000 lebih ramuan obat tradisional sudah dimanfaatkan sebagai salah satu bagian dari pengobatan di Indonesia.

"Itu akan memberikan kontribusi pengobatan bagi 270 juta penduduk Indonesia, yang cangkupanya 82,3 persen adalah JKN," kata Dante.

Hal itu juga menjadi market yang sangat potensial. Terlebih obat tradisional telah banyak dimanfaatkan pada saat pandemi COVID-19.

"Kira-kira 79 persen masyarakat mengonsumsi obat tradisional untuk meningkatkan daya tahan tubuh pada masa pandemi COVID-19," terang Dante

Beberapa fitofarmaka yang diproduksi di Indonesia antara lain immunomodulator, yakni obat yang dapat memodifikasi respons imun, menstimulasi mekanisme pertahanan alamiah dan adaptif, dan dapat berfungsi baik sebagai imunosupresan maupun imunostimulan. 

Selain itu, ada pula obat tukak lambung, antidiabetes, antihipertensi, obat untuk melancarkan sirkulasi darah, dan obat untuk meningkatkan kadar albumin, dan beberapa obat herbal lainnya.



Dexa Medica Siap Sambut Formularium Fitofarmaka

Director of Research & Business Development Dexa Group, Dr. Raymond Tjandrawinata menyatakan kesiapan Dexa dengan adanya Formularium Fitofarmaka. Bahkan pihaknya akan terus melakukan penelitian.

"Kami siap, karena kami telah melakukan banyak sekali penelitian mulai dari basic science sampai ke molecular science sampai ke uji klinik," katanya.

Selain itu, peneliti telah melakukan berbagai macam yang disebut sebagai portofolio program yang akan diluncurkan di kemudian hari. Mulai dari OHT-Obat Herbal Standar- hingga ke Fitofarmaka.

"Untuk itu kami menggunakan bahan alam hanya Indonesia, jadi kami telusuri untuk mendapatkan bahan alam dari seluruh kepulauan Indonesia, apa yang baik untuk dibuat untuk menjadi obat-obat fitofarmaka. Seperti ini, Inlacin ini kan asalnya dari gunung kerinci, kayumanis. Kita coba kayumanis di semua daerah di Indonesia maupun di luar negeri, di Sri Lanka, di India, paling bagus rupanya kerinci. Portfolio itu dibuat dari keperluan apa yang diperlukan oleh dokter. Ini diresepkan oleh dokter, tapi kalau masyarakat mau membeli itu bisa izin dokternya," ujarnya.

Ia mengaku, Stimuno dari bahan meniran, kami sudah punya supplier, tapi semua terstandarisasi. Mulai dari RnD, produksi, sampai kepada dokternya.

"Ada yang harus diresepkan dokter, ada juga yang bisa beli sendiri. Ada (obat fitofarmaka) untuk penyakit yang agak susah, harus pakai resep dokter seperti untuk penyakit diabetes, Inlacin. Karena itu tidak kalah dengan obat kimiawi. Karena kalau sudah dilakukan riset secara farmakologi molekuler, tidak kalah dengan obat kimia yang diimpor dari luar negeri," tegas Raymond.

Ia berharap, banyak dokter yang menggunakan fitofarmaka untuk menggabti obat impor. Termasuk diajarkan di kurikulum fakuktas kedokteran.

"Satu, lebih banyak fitofarmak digunakan, nomor dua penggantian obat-obatan yang kita impor digantikan fitofarmaka, nomor tiga lebih banyak lagi fakultas kedokteran mengajarkan kurikulum fitofarmaka. Kalau tidak, dokternya tidak familiar lagi," mengakhiri. (ANP)