Kemiskinan dan Pengangguran Belum Turun, PKS: Pemerintah Harus Bekerja Lebih Agresif

MUS • Wednesday, 25 May 2022 - 18:53 WIB

Jakarta - Anggota DPR RI Fahmi Alaydroes mengatakan bahwa pemerintah harus lebih agresif menurunkan angka kemiskinan yang meningkat selama masa pandemi.

“Angka kemiskinan belum kembali ke periode sebelum pandemi sebanyak 24,79 juta jiwa (September 2019). Dimana Jumlah penduduk miskin sampai September 2021 tercatat sebesar 26,5 juta jiwa. Artinya masih ada 1,71 juta jiwa rakyat miskin terdampak pandemi masih terjebak dalam lubang kemiskinan,” ujarnya dalam Rapat Paripurna DPR RI di Gedung DPR, Jakarta, Rabu (24/05).

Menurut Legislator PKS ini angka penganguran juga sangat tinggi, ia mendorong pemerintah agar menurunkan angka tingkat pengangguran terbuka (TPT) pada tahun 2023 dengan berbagai upaya yang lebih serius.

“Angka penganggur masih tercatat sebanyak 8,40 juta orang per Februari 2022. Dua tahun lalu terdapat 6,88 juta orang menganggur. Perlu dicatat, tingkat pengangguran Indonesia masih belum kembali kepada posisi sebelum pandemi Covid-19,” katanya.

Anggota DPR RI asal Dapil Kabupaten Bogor ini mengingatkan pemerintah bahwa tingkat pengangguran usia muda di Indonesia adalah yang tertinggi di kawasan Asia Tenggara. Pengangguran berusia muda di Indonesia pada kisaran 18 persen.

Sementara negara lain seperti Thailand (8%), Vietnam (8,87%), begitupun Brunei, Philipina, Singapura, dan Malaysia masih berada di bawah 15 persen.

“Bonus demografi Indonesia akan terancam, jika kesempatan lapangan kerja untuk generasi muda kian sulit dicari,” katanya.

Fahmi juga mendorong Pemerintah untuk meningkatkan daya saing sumber daya manusia agar lebih kompetitif dengan SDM negara lainnya. Dalam Global Talent Competitiveness Index (GTCI) 2021 yang diterbitkan INSEAD di Fontainebleau, Prancis menunjukkan bahwa daya saing Indonesia menurun, tahun 2019 Indonesia berada pada peringkat 67 dan menjadi peringkat 70 dari 134 negara pada tahun 2021.

“Indonesia tertinggal dibandingkan negara tetangga seperti Singapura, yang berada pada peringkat kedua dalam indeks daya saing global. Selain itu, dua negara jiran kita juga berada pada peringkat daya saing yang lebih unggul. Malaysia berada pada peringkat 26, Brunei Darussalam rangking 47, Thailand 68, sementara Philipina berada pada peringkat 55,” ujarnya.