Atraksi Tari Burok Losari Kembali Bangkit Memukau Ratusan Penonton

MUS • Monday, 23 May 2022 - 13:08 WIB

Brebes - Kesenian tradisional yang menampilkan seni tari Burok, tari Topeng, Kuda Lumping, tari Laskar dan Barongsai berasal dari Losari mulai kembali bangkit, setelah dua tahun lebih kesenian tradisional dari daerah Losari, Kabupaten Brebes itu terhenti, bahkan nyaris punah akibat pandemi Covid-19.

Pandemi Covid yang kini melandai dan menjadi endemi merupakan kabar yang menggembirakan bagi para seniman, seiring dengan kebijakan kelonggaran yang diberikan pemerintah, meski protokol kesehatan (prokes) tetap harus dipenuhi.

Kelonggaran itu, mendorong para seniman mulai penuh semangat membangkitkan kembali kesenian tradisional dengan menggelar pertunjukkan akbar yang berlangsung di pelataran TPI Desa Prapag Kidul, Kecamatan Losari, Kabupaten Brebes, Sabtu (21/5).

Sebelum pementasan seni tradisional itu, acara diawali dengan dialog Laras Budaya bersama DPRD Prov Jateng, yang menghadirkan Anggota Komisi E DPRD Jateng dr Messy Widiastuti MARS, Kepala Bidang Kebudayaan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Dinbudpar) Brebes, Wijanarto dan Pemerhati Seni Budaya dari Forum Seniman Brebes Warsadi dengan dipandu moderator dari Trijaya FM Semarang.

DPRD Jateng sangat peduli terhadap kesenian tradisional daerah, bahkan kami terus turun ke lapangan dengan melakukan kunjungan ke daerah pemilihan (Kudapil), sebagai upaya untuk mendorong kegiatan para seniman terus berkreasi, sekaligus melestarikan kesenian tradisisional sebagai warisan leluhur, ujar Anggota Komisi E DPRD Jateng dr Messy Widiastuti MARS.

Menurutnya, seni tari tradisional daerah, seperti tari Burok yang berasal dari Kabupaten Brebes harus dilestarikan karena seni tari ini nyaris punah, akibat derasnya kesenian modernesasi yang merebak di kalangan anak muda.

Cukup memprihatin, lanjutnya, dengan kondisi berkebudayaan dan berkesenian yang kian digempur modernisasi itu, sehingga DPRD Jateng berupaya ikut mendorong para seniman bisa tetap mempertahankan, sekaligus untuk melestarikan seni tari tradisional daerah

Selain itu, tutur dr Messy, DPRD Jateng juga berupaya untuk ikut melestarikan dengan mengajak semua pihak, terutama kalangan generasi muda untuk terus nguri-uri kesenian tradisional dan menjaga kelestarian budaya daerah.

DPRD Jateng akan terus mendorong para seniman dapat mempertahankan dan mengembangkan kesenian tradisional daerah yang nyaris punah, akibat semakin banyak kesenian modern," tuturnya.

dr Messy menambahkan kesenian tradisional harus dilestarikan karena merupakan warisan leluhur dan perlu dijaga jangan sampai tergerus oleh masuknya kesenian modern (asing) yang bermunculan.

Kalangan anak muda, tutur dr Messy, sebagai tulang pungung bangsa harus mencintai kesenian tradisional jangan sebaliknya mengagumi budaya asing. Bahkan, dalam upaya recovery, sektor seni dan budaya harus ada sentuhan agar kalangan muda lebih menyukai kesenian tradisional.

Kondisi itu, mendorong DPRD Provinsi Jateng berupaya ikut melestarikan, namun tidak bisa berjalan sendiri saja , tentunya dengan mengajak semua pihak, termasuk masyarakat untuk menjaga kesenian tradisional daerah di Kabupetan Brebes.

DPRD Jateng kini mulai menggelar progam pagelaran kesenian tradisional di beberapa daerah untuk membangkitkan kembali budaya leluhur itu," ujar dr Messy.

Progam pagelaran seni budaya itu, lanjutnya, diharapkan dapat membantu membangkitkan kembali kesenian tradisional daerah, mengingat di Jateng memiliki beraneka ragam kesenian tradisional di sejumlah daerah, sehingga kegiatan ini sekaligus dapat ikut melestarikan budaya daerah sebagai warisan leluhur.

"Kami sengaja memilih Losari untuk mendapat isipirasi budaya yang ada di Kabupaten Brebes ini sebagai dapil saya, untuk mendorong dan membangkitkan kembali kesenian tradisional, bahkan bisa lebih dikembangkan lagi. Sebagai kesenian tradisional Indonesia aslinya, bukan berubah menjadi budaya bangsa lain," tuturnya.

Dia menuturkan masyarakat yang terlibat dalam seni dan budaya tradisional daerah dapat mengusulkan atau menyampaikan aspirasinya kepada pemerintah maupun DPRD setempat melalui berbagai kesempatan kunjungan, sehingga eksekutif dan legislatif akan melakukan kajian dan membahas soal pelestarian seni dan budaya.
DPRD, tutur dr Messy, bersama Pemerintah Provinsi Jateng konsen terhadap budaya kesenian tradisional, karena merupakan akar sejarah dan warisan leluhur, sehingga upaya nguri-uri budaya merupakan bentuk sosial sebagai modal untuk menjaga, mempertahankan serta melestarikan budaya tradisional.

Selama ini, seni dan budaya sudah masuk dalam pokir (pokok-pokok pikiran) DPRD. Bahkan sektor tersebut sudah bisa mendapatkan anggaran dari pemerintah sebagai wujud kepedulian dalam upaya perlindungan dan pelestarian budaya.

"Mudah-mudahan pandemi yang melandai dan dipebolehkan pertunjukan pementasan kesenian digelar lagi, diharapkan mampu mendorong para seniman lebih berkreasi dengan mengemas pementasan maupun pagelaran kesenian yang lebih baik," ujarnya.

Dr Messy juga mengingatkan meski saat ini pandemi memang sudah melandai dan kesenian bisa digelar di tempat umum, bahkan diperboleh tanpa masker, namun perlu diwaspadai wabah baru hepatitis sudah memasuki Indonesia.

Wabah yang mematikan ini belum diketahui penyebabnya, sehingga saya titip masyarakat perlu menjaga kebersihan lingkungan, kembali menggunakan masker di dalam ruangan, cuci tangan dan memasak makanan dengan bersih untuk mencegah penularan bagi anak-anak, tuturnya.

Sementara itu, Kabid Dinbudpar Brebes Wijanarto mengatakan di Kabupaten Brebes ada sekitar 400-an kelompok seni Burok. Kesenian Burok menurutnya adalah akulturasi kebudayaan antara Jawa Tengah dan Jawa Barat.

"Di Brebes sepanjang pantura itu ada sekitar 400-an kelompok Burok. Seni tari Burok memang seni tradisi masyarakat pesisiran utara yang merupakan akulturasi kebudayaan Jawa Tengah dan Jawa Barat," ujar Wijanarto.

Tidak dipungkiri memang saat pandemi para seniman Burok ini nyaris punah, akibat mereka tidak dapat menggelar pertunjukan, bahkan sama sekali tidak mendapat job tanggapan.

Namun, tutur Wijanarto, kini setelah Lebaran lalu dan pandemi melandai mereka kebanjiran tanggapan baik untuk mengisi hiburan pada hajatan khitanan maupun pementasan lainnya.

Dia menambahkan dengan mulai adanya kelonggaran bisa manggung dan seniman bisa berkreasi lagi, ini sebagai tanda-tanda kebangkitan kembali kesenian tradisional yang ditunggu-tunggu para penggemarnya.

Wijanarto juga mengapresiasi langkah DPRD Jateng yang terus mendorong para seniman tetap berkreasi dan ikut melestarikan kekayaan budaya bangsa, bahkan wujud itu bisa dirasakan karena saat ini Kabupaten Brebes sudah mendapatkan bantuan anggaran pokir sebesar Rp120 juta untuk dua titik kegiatan kelompok seniman.

"Terimakasih ibu dr Messy yang selama ini telah memperjuangkan bantuan tersebut, meski masih dua titik kegiatan kelompok seniman, ke depan diharapkan dapat ditambah lagi, mengingat kelompok seniman atau sanggar seni di Brebes cukup banyak," tuturnya.

Pemerhati Seni Budaya dari Forum Seniman Brebes Warsadi menambahkan di Losari Brebes ini merupakan kantong seniman Burok yang melibatkan ratusan seniman.

Bahkan Kelompok Seni Burok Aji Putra dari Desa Prapag Kidul Pimpinan Dana Aji yang akrab dipanggi Wakabul sebelum pandemi berhasil menjadi juara I Festival tari Burok Di Kabupaten Brebes dan juara ke III di Ceribon.

Saat ini, lanjutnya, di Kecamatan Losari terdapat sekitar 50 kelompok seni Burok yang nyaris bubar akibat pandemi dan pemerintah tidak mengizinkan manggung hingga mereka kehilangan pendapatan.

Selama pandemi memang membuat seniman Burok lesu, meski ada sebagian seniman punya pekerjaan sebagai nelayan, tapi memang belum bisa maksimal.

Menurut Warsadi,  selama pandemi para seniman terpaksa harus menggadaikan peralatan musiknya, bahkan ada yang menjadi tukang urut dengan mengurut gelang ditangannya untuk dijual agar dapat menutup kebutuhan hidup.

Usai berdialog, digelar pentas beberapa seni tari budaya Losari dengan diawali penampilan tari Borok dan tari Topeng yang dimainkan seniman-seniman muda dari Sanggar Aji Putra asuhan  Wakabul.

Tari Burok nampaknya benar-benar terasa gayeng lagi, karena ruang ekspresi seniman ini menjadi awal kebangkitan mereka setelah terpuruk akibat pandemi.

Penampilan anak muda yang lincah dengan membawakan tari Burok membuat ratusan penonton bertepuk tangan dan penuh antusias mereka ramai-ramai mengabadikan gambar dengan mengambil foto melalui ponsel masing-masing.

Tari Burok ini memiliki gerakan dan hentakan kaki yang lincah, disusul  tari Topeng yang dibawakan seorang bocah perempuan cantik dengan luwes berjoget dengan memainkan topengnya, gemuruh tepuk tangan penonton pun kembali terdengar.

Tidak hanya tari Burok dan tari Topeng, namun tak kalah menarik penampilan tari Kuda Lumping, tari Laskar serta tari Barongsai yang sudah dikombinasi disertai iringan musik dangdut khas Losari dengan nyanyian berbahasa sunda.

Penampilan tari-tarian tradisional yang bergantian dengan didominasi seniman muda itu semakin seru dan mengundang para penonton makin berjubel serta mereka pun bersorak dan tepuk tangan kembali ramai, bahkan berebut lagi untuk mengabadikan gambar, menyuting video melalui ponselnya hingga tarian berakhir, sekaligus menutup pagelaran kesenian tari tradisional Losari perdana itu. (APb)