PMI DKI Pacu Stok Darah Dengan Layanan Jemput Bola: Pastikan Persediaan Darah Masih 70 Persen Dari Stok Normal

FAZ • Friday, 13 May 2022 - 22:45 WIB

Jakarta - Kepala Unit Donor Darah PMI DKI Jakarta Niken Ritchie menjelaskan biasanya stok darah menipis usai libur panjang karena umumnya pendonor baru kembali dari kampung halaman atau mudik lebaran.

Terkini Palang Merah Indonesia (PMI) Provinsi DKI Jakarta memastikan persediaan darah untuk kebutuhan pasien di rumah sakit masih 70 persen dari stok normal usai libur Lebaran.

"Kami memberi apresiasi kepada pendonor yang meningkatkan motivasi mereka sehingga bisa terkumpul sekitar 50 sampai 70 persen kantong darah dari stok normal," kata Niken bersama M. Azis Ketua Bidang Informasi dan Komunikasi PMI DKI saat Halal Bi Halal Bareng Media di Kantor PMI DKI Jakarta, Kramat Raya, Kamis (12/5)

Niken menjelaskan stok yang disiapkan PMI DKI Jakarta mencapai 1.000-1.200 kantong per hari. Saat ini, sekitar 70 persen dari stok tersebut sudah tercukupi dari pendonor.

Sebelumnya, PMI DKI Jakarta memacu ketersediaan darah dengan layanan jemput bola melalui mobil pelayanan donor darah.

Dalam kesempatan sebelumnya, Wakil Gubernur DKI Jakarta Ahmad Riza Patria menjelaskan kebutuhan pasokan darah di rumah sakit meningkat, terutama selama masa pandemi COVID-19.

Setidaknya dibutuhkan 1.000 sampai 1.200 kantong per hari untuk membantu pasien di 154 rumah sakit wilayah Jakarta.

Masyarakat pun kini dapat mendaftarkan diri untuk donor darah secara daring lewat aplikasi JakBlood milik PMI DKI Jakarta.

Melalui aplikasi tersebut, pendonor memiliki akses untuk melakukan donor darah di lima wilayah DKI Jkaarta serta tempat yang terintegrasi dengan aplikasi.

Sementara itu Palang Merah Indonesia Provinsi DKI Jakarta menyebutkan masih terdapat 1.000 kantong stok plasma konvalesen yang segera kedaluwarsa atau habis jangka waktu penyimpanannya.

Kepala Unit Donor Darah PMI DKI Jakarta Niken Ritchie mengatakan plasma konvalesen tersebut sebelumnya dibutuhkan untuk membantu kesembuhan dan menyelamatkan nyawa pasien COVID-19 yang masuk dalam kategori gejala berat.

"Masa penyimpanannya satu tahun, ini sudah mau expired sekitar Juli-Agustus, karena waktu itu banyak pendonornya bulan Juli-Agustus," kata Niken.

Niken menjelaskan setelah mencapai batas akhir penyimpanan, stok plasma konvalesen tersebut akan dimusnahkan karena kadar anti bodi dalam plasma juga akan menurun seiring masa penyimpanan, sehingga tidak lagi bermanfaat untuk penerima donor.

Banyaknya stok tersisa dari plasma konvalesen ini dikarenakan sudah tidak ada lagi permintaan dari rumah sakit.

"Memang sudah tidak ada permintaan yang luar biasa lagi, seperti pada saat varian Omicron hanya satu-dua permintaan saja, hanya beberapa dokter yang masih menggunakan plasma konvalesen," kata dia.

Sebelumnya, permintaan plasma konvalesen diakui cukup tinggi karena dinilai efektif dalam memberikan kesembuhan dan kesehatan terhadap pasien COVID-19.

Dalam perkembangannya pada akhir 2021, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengeluarkan surat edaran bahwa terapi plasma konvalesen tidak dianjurkan kepada penderita dengan gejala sedang hingga ringan karena tidak memberikan kesembuhan secara signifikan.

Dengan kondisi tubuh yang sehat dan sistem imun yang kuat didukung oleh vaksin COVID-19, plasma konvalesen tidak lagi dibutuhkan karena pasien akan sembuh dengan sendirinya.

"Memang secara penelitian (plasma konvalesen) bagus diberikan, namun dengan kondisi tubuh yang fit dan sistem imun yang bagus

 "tanpa diberikan plasma pasien sudah sembuh, sehingga sedikit sekali permintaan plasma konvalesen," pungkas Niken.