Memeringati Hari Bumi, FOI Ajak Kolaborasi Menekan Kemubaziran Pangan

ANP • Wednesday, 27 Apr 2022 - 10:44 WIB

Jakarta - Foodbank of Indonesia (FOI) atau Bank Pangan Indonesia bersama para mitra hari ini mengadakan kegiatan Peringatan Hari Bumi Sedunia 2022 yang dihadiri antara lain oleh Kepala Dinas Ketahanan Pangan, Kelautan dan Pertanian DKI Jakarta, Suharini Eliawati, Direktur Utama Perumda PD Pasar Jaya, Arief Nasrudin, perwakilan dunia usaha, JNE & Superindo, para pedagang Pasar Tebet Timur, relawan FOI dan media. Kegiatan yang digelar di Pasar Tebet Timur ini bertujuan untuk membangun kesadaran dan mengajak lebih banyak pihak bergerak bersama mengurangi kemubaziran pangan, menyelamatkan bumi dan mengakhiri kelaparan. Secara simbolis, pedagang sayur dan dunia usaha menyerahkan bahan pangan berlebih kepada FOI yang diterima pendiri FOI, M Hendro Utomo. Serah terima ini menandai komitmen semua pihak dalam pencegahan kemubaziran pangan yang dimanfaatkan untuk mengurangi kelaparan pada masyarakat yang membutuhkan. Sejak tahun 2018 hingga 2021, sebesar 2.457 ton makanan telah dikelola dan disalurkan FOI untuk membantu masyarakat. Berdasarkan Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional (SIPSN), diketahui bahwa pada tahun 2021, sebesar 8,03 juta ton makanan terbuang ke tempat sampah yang berdampak pada percepatan panas bumi dan hilangnya kesempatan bagi 61-125 juta orang untuk mendapatkan akses pada pangan. Di Jakarta sendiri, timbulan kemubaziran pangan di Tahun 2020 mencapai 1,4 juta ton (SIPSN, 2021). Menurut pendiri FOI, M Hendro Utomo, kolaborasi semua pihak sangat dibutuhkan untuk mengatasi persoalan kemubaziran pangan. “Hari ini bersama Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, JNE, Superindo, Pasar Tradisional, kita bergerak bersama untuk menekan kemubaziran makanan dan memanfaatkannya untuk memerangi kelaparan sekaligus melestarikan bumi, jelas Hendro. Makanan yang terbuang dan kemudian tertimbun di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) akan melepaskan gas metan (CH4) ke lingkungan. Gas metana ini merupakan emisi gas rumah kaca 25 kali lebih ganas dari karbondioksida (CO2), yang berkontribusi mempercepat pemanasan global. Sedangkan, saat ini krisis iklim sudah didepan mata. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat 98 persen frekuensi kejadian bencana di Indonesia dalam 10 tahun terakhir berupa bencana hidrometeorologi sebagai dampak dari perubahan iklim, didukung kondisi geografis Indonesia sebagai negara dengan bentuk kepulauan yang menyebabkan menjadi lebih rentan terhadap dampaknya.


Perubahan iklim menjadi tantangan multidisiplin paling serius, kompleks, dan dilematis yang dihadapi oleh masyarakat global pada awal abad ke-21, bahkan diperkirakan hingga abad ke-22. Oleh karenanya, melalui Perjanjian Paris pada tahun 2015, sebanyak 195 negara global, salah satunya Indonesia sepakat untuk membatasi pemanasan global di tingkat ideal di bawah 1,5°C atau paling tidak 2°C selama periode 2020-2030. Namun, di masa saat ini PBB sudah memperingatkan bahwa kenaikan suhu bumi akan datang lebih cepat karena penurunan emisi tiap negara hanya sepertiga dari kesepakatan Perjanjian Paris 2015. Laporan dari WRI dan ClimateWorks Foundation juga menunjukkan bahwa dalam hampir seluruh aspek, kemajuan yang dicapai masih terlalu lambat untuk mencapai target pengurangan emisi. Disisi lain, masyarakat Indonesia masih banyak yang mengalami kelaparan dan malnutrisi. Berdasarkan data Indeks Kelaparan Global Tahun 2021, Indonesia menghadapi masalah kelaparan di level moderat dengan skor GHI (Global Hunger Index) sebesar 19,1. Didukung dengan hasil Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) tahun 2021, sebanyak 7,1% balita mengalami gizi kurang (wasted), 17,0% balita mengalami BB kurang (underweight), dan 24,4% mengalami tengkes (stunting).Hasil survey FOI pada Agustus 2020 di 14 kota menemukan bahwa 27% anak pergi ke sekolah dengan perut kosong hingga siang hari. Bahkan khusus untuk wilayah padat penduduk seperti DKI Jakarta, angkanya dapat mencapai 40-50%. Hal ini menunjukkan bahwa di Indonesia masih banyak ditemukan kelompok masyarakat rentan yang kebutuhan  pangannya tidak terpenuhi. Foodbank of Indonesia (FOI) sebagai lembaga bank makanan bergerak di akar rumput, membantu lebih dari 40.422 anak-anak melalui 1.044 lembaga PAUD, SD, dan Posyandu. FOI juga bergerak menolong lansia, ibu hamil, ibu menyusui serta daerah yang tertimpa bencana. Pergerakan ini dilakukan FOI secara kolaboratif bersama dengan berbagai pihak, seperti PT. Tiki Jalur Nugraha Ekakurir (JNE), yang turut membantu menjangkau lebih banyak penerima manfaat. Hendro Utomo, pendiri Foodbank of Indonesia berharap dengan adanya kegiatan ini dapat mengajak lebih banyak pihak untuk bergerak bersama mengurangi kemubaziran pangan, menyelamatkan bumi dan mengakhiri kelaparan. “Masyarakat, pemerintah, dan pihak swasta termasuk pedagang tradisional harus berkolaborasi dan melakukan aksi nyata bersama untuk mengurangi kemubaziran pangan, sekaligus dapat mengakhiri kelaparan, dan menekan krisis iklim secara berkelanjutan. Pemerintah perlu mengeluarkan kebijakan dan peraturan untuk menekan kemubaziran pangan, serta melindungi dan mendorong pihak yang berbuat baik dan mendermakan pangan yang berlebih, agar kita bersama dapat menekan kenaikan suhu bumi dan memerangi kelaparan.” ujar Hendro. Hal tersebut sejalan dengan komitmen Pemerintah DKI Jakarta, Sebagaimana telah disampaikan oleh Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan pada pidatonya dalam forum C40 cities PBB 2021 bahwa pemerintah kota memiliki tugas untuk menyediakan lingkungan tempat tinggal yang layak huni bagi warga kotanya, termasuk dengan mengatasi dampak perubahan iklim dengan melakukan upaya untuk mengurangi emisi karbon yang dihasilkan. “Pemerintah Provinsi DKI Jakarta mendukung upaya pencegahan kemubaziran pangan ini dengan merumuskan kebijakan berupa PERGUB untuk mengatur pemanfaatan makanan berlebih menjadi sesuatu yang bermanfaat untuk orang lain” ungkap Suharini Eliawati selaku Kepala Dinas Ketahanan Pangan, Kelautan, Dan Pertanian Pemprov DKI Jakarta.
PD Pasar Jaya sebagai Badan Usaha Daerah yang menaungi pasar tradisional di DKI Jakarta turut mendukung gerakan bersama dalam mencegah kemubaziran pangan untuk melestarikan bumi dan mengurangi kelaparan.”Perumda Pasar Jaya mengapresiasi pedagang Pasar Tebet Timur yang mulai memberikan makanan berlebih tidak terjual untuk didonasikan, hal ini bisa menjadi contoh untuk pasar lainnya karena pasar tradisional DKI 90% nya adalah pasar basah yang left overnya cukup banyak, sehingga ketika pedagang sudah ada kesadaran untuk tidak menjadikan sampah ini merupakan hal baik” ujar Arief Nasrudin, Direktur Utama Perumda PD Pasar Jaya. Pihak swasta atau dunia bisnis juga berperan penting dalam upaya mengurangi kemubaziran pangan dan memerangi kelaparan. Sejak Tahun 2018, FOI berkolaborasi dengan PT Lion Superindo sebagai perusahaan ritel dan PT Tiki Jalur Nugraha Ekakurir (JNE) sebagai perusahaan yang bergerak dalam bidang pengiriman dan logistik dalam mengurangi kemubaziran pangan. JNE telah membantu menyelamatkan dan mengantarkan makanan kepada orang-orang yang mengalami kelaparan. “Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat sebanyak 8,34% penduduk Indonesia Kekurangan Pangan pada 2020. Jumlah ini meningkat 0,71% dari tahun sebelumnya. Sehingga, kalau makan jangan tersisa karena diluar sana masih banyak yang tersiksa karena kekurangan makanan.” Tutur Mohammad Feriadi, Direktur Utama PT  Tiki Jalur Nugraha Ekakurir (JNE). Selama lebih dari 4 tahun, PT Lion Superindo telah mempraktekan pencegahan kemubaziran pangan dengan mendonasikan makanan berlebih kepada FOI untuk mengurangi kelaparan dan menekan krisis iklim dan akan terus berkomitmen untuk mencapai bisnis berkelanjutan yang bertanggung jawab. "Sebagai jaringan supermarket nasional terkemuka di Indonesia, Super Indo berkomitmen untuk menjalankan kegiatan bisnis dan operasional dengan menerapkan prinsip berkelanjutan, salah satunya adalah bagaimana kami menangani sampah makanan yang dapat timbul dari kegiatan operasional. Oleh karena itu, kami memiliki program #Zerotolandfill sebagai salah satu implementasi dari bisnis berkelanjutan yang dikhususkan dalam manajemen sampah organik yang bisa memberikan nilai dan manfaat bagi masyarakat. Kerjasama Super Indo dengan Foodbank of Indonesia telah berjalan dari tahun 2018 dimana kami mendonasikan makanan yang sudah tidak layak jual di gerai namun masih layak dikonsumsi untuk kemudian dijadikan bahan pangan di dapur pangan Foodbank of Indonesia. Dari tahun 2018 hingga 2021, kami telah berhasil menyelamatkan dan mendonasikan kurang lebih 558 ton. Tentunya tidak akan berhenti sampai di sini, kami akan berjalan bersama FOI untuk terus memberikan akses pangan yang baik dan layak bagi masyarakat yang membutuhkan." ujar Yuvlinda Susanta, General Manager of Corporate Affairs & Sustainability PT Lion Super Indo Pedagang tradisional sebagai salah satu penyumbang potensi kemubaziran pangan yang tinggi pada pangan segar menjadi pihak pemeran kunci dalam mencegah kemubaziran pangan. Pedagang Tradisional Pasar Tebet Timur sudah mulai terbangun kesadarannya dalam hal mengurangi kemubaziran pangan yang terwujud dari komitmennya untuk mendonasikan pangan segar yang tidak terjual hingga menjualnya dengan harga yang lebih murah kepada bank makanan. (ANP)