Menyambut Malam Lailatulqadar, Keraton Yogyakarta Gelar Malem Selikuran Alip 1955

MUS • Tuesday, 26 Apr 2022 - 15:04 WIB

Yogyakarta - Menjelang sepertiga terakhir bulan Ramadan, Keraton Yogyakarta menggelar Hajad Dalem Malem Selikuran. Malem Selikuran merupakan tradisi untuk menyambut datangnya malam lailatulqadar yang akan tiba dalam sepuluh hari terakhir bulan Ramadan, terutama malam tanggal ganjil. 

Malem selikuran dimaknai sing linuwih ing tafakur, sebuah ajakan untuk lebih intensif meraih rida Gusti Allah. Dalam bahasa Jawa, selikur berarti dua puluh satu, hal ini mengacu malam tanggal 21 Pasa/Ramadan.

Malem selikuran tahun ini dimulai pukul 16.45 WIB di Bangsal Srimanganti. Prosesi dipimpin oleh KRT Jayaningrat, Penghageng Kawedanan Pengulon. Turut hadir KRT Yudahadiningrat, KRT Suryohadiningrat, KRT Hastononingrat, KRT Suryaseputra, dan perwakilan Abdi Dalem carik serta kahartakan tiap tepas atau kawedanan di keraton. 

Mas Ngabdul Ghoni dari Kanca Kaji mengawali prosesi dengan membacakan (waosan) ayat suci Al-Quran Surat Al Baqarah: 185-186. Kemudian, prosesi dilanjutkan dengan pembacaan zikir sembari menunggu waktu berbuka puasa.

Sesaat sebelum kumandang azan magrib, pembacaan ayat suci Al-Qur'an dan zikir selesai. KRT Zuban Hadiningrat dari Kawedanan Pengulon juga memberi tausiah mengenai keutamaan malam lailatulqadar dan menutup prosesi dengan doa kesejahteraan untuk Sri Sultan, keluarga, Abdi Dalem, serta masyarakat Yogyakarta

Tradisi Malem Selikuran dipercaya berawal sejak dakwah Wali Sanga dan hingga kini masih lestari di Kesultanan Yogyakarta.

"Prosesi Malem Selikuran merupakan sarana syiar pentingnya malam lailatulqadar, selain itu mengingatkan kepada masyarakat untuk meningkatkan amaliah dan ketaqwaan pada sepuluh hari terakhir bulan Ramadan," ujar Mas Lurah Ngabdul Wahab dari Kanca Kaji.  

Setibanya waktu berbuka, para Abdi Dalem menerima jamuan buka puasa berupa secangkir teh manis yang disajikan oleh Abdi Dalem Patehan. Prosesi Malem Selikuran telah berakhir, para Abdi Dalem membubarkan diri sembari menerima sedekah berupa nasi berkat. 

Sementara itu, Abdi Dalem Keparak bersiap menyalakan lilin-lilin saat matahari mulai terbenam pada tanggal 21 Pasa dan berlanjut pada tanggal-tanggal ganjil selanjutnya. Lilin-lilin tersebut diletakkan di sudut-sudut tertentu dalam kompleks Kedhaton sebagai perlambang pelita bagi arwah para leluhur yang datang berkunjung.

Selama bulan Ramadan, kegiatan menabuh gamelan di Keraton Yogyakarta untuk sementara waktu di-suwuk (dihentikan).

Sebagai gantinya, Abdi Dalem Lebdaswara KHP Kridhamardawa mengadakan waosan Macapat di teras Bangsal Kencana secara bergantian pada tanggal 2, 7, 10, 14, 17, 21, 22, 24, 28 April dan 2 Mei 2022. Abdi Dalem tersebut kali ini melantunkan tembang Macapat dari manuskrip Babad Tanah Jawi mulai pukul 20.00-24.00 WIB. 

KMT Prajasuwasana menyatakan, "Tradisi waosan Macapat ini sebagai sarana menghormati bulan Pasa dan menghidupkan malam lailatulqadar." Kanjeng Praja juga menambahkan tradisi Macapatan sebagai momentum membaca kembali sejarah para leluhur dan mengambil nilai keteladanan. (Ron)