Vape Tawarkan Solusi Teknologi Vaping

MUS • Friday, 25 Mar 2022 - 10:21 WIB

Jakarta - RELX terus mengembangkan teknologi dan inovasi rokok elektrik untuk memberdayakan konsumennya melalui pengembangan produk di atas standar yang ada.

GM RELX Indonesia,Yudhistira Eka Saputra mengatakan, dengan misi memberdayakan perokok dewasa melalui teknologi, produk dan ilmu pengetahuan secara etis, RELX secara mandiri mengembangkan dan memproduksi rokok elektriknya sendiri

"Kami menyediakan produk dengan resiko jual lebih rendah, selain itu ketentuan pemasaran sesuai peraturan yang dikeluarkan oleh pemerintah dan mengacu pada inovasi-inovasi, tidak hanya produk," kata Yudhistira pada webinar "Pengembangan Teknologi Seputar Produk Vape untuk Memuaskan dan Melindungi Konsumen" pada Kamis (24/3). 

Yudhistira menambahkan, trend saat ini konsumen generasi milenial sudah beralih ke produk kekinian seperti RELX yang 'awareness' terhadap tehnologi.

Selain itu pada generasi yang jauh lebih mapan atau tua, kecenderungan penggunaan Ipod semacam produk RELX juga cukup tinggi.

"Intinya kami tidak menciptakan perokok baru, tapi untuk mengurangi resiko berbahayanya merokok konvensional," tegasnya. 

"Hal ini dilakukan di pusat Penelitian dan Pengembangan (Litbang) dan pabrik demi menyediakan alternatif yang lebih baik bagi perokok dewasa, yang memiliki keinginan untuk berhenti," kata Yudhistira.

Dari data Public Health England dikatakan bahwa rokok elektrik 95 persen lebih tidak berbahaya bagi kesehatan daripada rokok konvensional.

Kondisi itulah yang mendorong RELX meningkatkan kehidupan perokok yang merasa sulit untuk berhenti merokok, dan merancang produk yang memungkinkan mereka mengadopsi alternatif yang lebih baik.

Menggunakan kekuatan teknologi dan desain dengan pendekatan yang berpusat pada manusia, RELX bertujuan memberikan pengalaman produk dan pelanggan yang terbaik.

RELX mengoperasikan lab standar CNAS pertama yang dimiliki merek rokok elektronik independen. Berlokasi di Shenzhen, China, lab tersebut menerapkan standar industri paling ketat di dunia untuk produk rokok elektrik.

Lab milik RELX juga memastikan keandalan dan kualitas e-liquid dan perangkat RELX. Sampai saat ini RELX terus berinvestasi dalam desain produk, desain teknik, teknologi pengenalan wajah, pengembangan e-liquid, dan penelitian kimia dasar.

RELX juga telah mengembangkan lebih dari 30 teknologi inovatif secara independen dan telah mengajukan lebih dari 400 paten.

Ilmuwan RELX juga melakukan pengujian sesuai dengan standar AFNOR XP D90-300-3 Prancis, yang diakui secara global.

Tim R&D RELX Technology menetapkan tolok ukur independen yang lebih ketat daripada AFNOR. RELX juga mendirikan Golden Shield Program pada Agustus 2019 untuk membantu mencegah produksi dan penjualan barang rokok elektronik ilegal.

Di samping itu, anggota Golden Shield program RELX bekerja dengan platform media sosial, online, platform e-niaga online, Administrasi China untuk Industri dan Perdagangan, dan otoritas lokal di seluruh China untuk menghilangkan produk vaping palsu dari pasar.

Program tersebut telah membantu pihak berwenang China menyita 48 ribu produk rokok elektronik palsu. RELX mengembangkan seluruh produk rokok elektriknya secara mandiri di fasilitas litbangnya di Shenzhen, Tiongkok, laboratorium berstandar CNAS untuk brand rokok elektrik. 

RELX terus berinvestasi pada litbang, pengujian cairan rokok elektrik, dan pengembangan produk baru. Perusahaan ini didukung oleh banyak SDM bertaraf global yang berasal dari sejumlah perusahaan ternama seperti Uber, Proctor and Gamble, Huawei, Beats, dan L'Oréal. 

Jauh sebelumnya, RELX mengumumkan bahwa mereka masuk peringkat 100 teratas Pengajuan Paten Internasional PCT Perusahaan Tiongkok 2021, sebagai nomor 1 di sektor atomisasi elektronik, dengan 84 pengajuan paten internasional PCT. 

Mitra strategis SMOORE dan merek vape terkemuka China RELX juga ada dalam daftar tersebut, dengan 74 pengajuan paten internasional PCT.

Berdasarkan jumlah pengajuan paten internasional PCT pada tahun 2021, peringkat tersebut diterbitkan oleh IPRdaily, media kekayaan intelektual dengan pengaruh global, dan database paten global, incoPat. 

Sebagai pemimpin industri vaping global, telah mengajukan hingga 730 permohonan paten internasional dari 2016 hingga 2021; khususnya di AS, pengajuan paten SMOORE hampir sama dengan Altria.

Berfokus pada pengembangan teknologi atomisasi, perusahaan ini memiliki lebih dari 600 pengajuan paten internasional terkait dengan kumparan atomisasi. 

Didorong oleh paten teknologi atomisasi terkemuka di dunia, SMOORE telah meluncurkan solusi Pod vape kumparan keramik tertipis di dunia - FEELM Air, pada Januari 2022. 

Dilengkapi dengan Kumparan Keramik Film Bionic Ultra tipis generasi baru, FEELM Air menghadirkan 7 terobosan besar dalam pengalaman vaping, termasuk desain terbaik, keandalan, rasa, dan pengalaman interaktif yang menyenangkan.

Sementara itu Ketua Umum Konvo Hokkop Situngkir mengatakan, sebagai wadah konsumen pengguna vape misi utama pihaknya adalah kampanye penggunaan Vape anak-anak usia dibawah umur yang selama ini lebih kearah 'gaul', serta unsur negatifnya ada kandungan didalam vape yang selama ini dilarang oleh pemerintah.

Hokkop berharap Konvo bersama pihak-pihak terkait terutama regulator dalam hal ini Bea dan Cukai, saling bekerjasama dan kampanye bersama menentang penggunaan REL (rokok elektronik) dibawah umur serta adanya upaya diversifikasi pengguna rokok.

Hokkop menjelaskan perbedaan mendasar dari rokok dan vape adalah rokok terbuat dari tembakau dan dibungkus kertas dengan bahan kimia berbahaya al: nikotin,hidrogen sianida, arsenik serta bensol.

Sedangkan vape terdiri dari baterai dan cartridge berisi cairan dan mengandung bhn kimia berbahaya seperti nikotin, gliserin sayur serta nitrosamis.

Sementara itu Roy Lefrans ketua APPNINDO (Aliansi Pengusaha Penghantar Nikotin Elektronik Indonesia) menambahkan, pihaknya fokus menggandeng produk teknologi terbaru yang memiliki produk ekosistem seperti Pod yang bisa direfill.

"Intinya kedepan bagaimana orang bisa tetap merokok tanpa tar karena lebih aman, lebih mudah digunakan serta bisa mengurangi resiko bahaya merokok," kata Roy.

Narasumber lain, Putu Eko Prasetio, Kepala Seksi Tarif Cukai dan Harga Dasar 1, Direktorat Teknis dan Fasilitas DJBC mengatakan, diskusi kali ini membuka wawasan pihaknya sebagai regulator tentang uniknya industri rokok elektronik, yang ternyata ada wadah baik dari sisi produsen dan konsumennya. 

"Akan memudahkan bagi kami sebagai regulator adanya kepentingan dari sisi produsen dan konsumen dimana kedepan akan jauh lebih baik kerjasamanya," kata Putu Eko.

Berdasarkan data penerimaan cukai dari HPTL (Hasil Pengolahan Tembakau Lainnya) didominasi dari cukai ekstrak cair seperti Vape, yakni: 

Pada 2018 sebesar Rp98,87 miliar
Pada 2019 sebesar Rp427,16 miliar
Pada 2020 sebesar Rp680,36 miliar
Pada 2021 sebesar Rp629,28 miliar

Menurut Putu Eko, dengan adanya cukai yang merupakan instrumen fiskal bagi rokok elektronik dan HDTL, maka pemerintah bisa mengendalikan konsumsi serta mempengaruhi harga jual.