Implementasi HET Minyak Goreng Efektif Jaga Inflasi DIY

MUS • Monday, 7 Mar 2022 - 16:19 WIB

Yogyakarta - Penerapan kebijakan Harga Eceran Tertinggi (HET) minyak goreng sejak awal Februari efektif dalam menjaga inflasi DIY. Berdasarkan hasil rilis BPS, inflasi DIY Februari 2022 tercatat 0,05% (mtm) atau 2,25% (yoy) lebih rendah dibandingkan inflasi Januari yang mencapai 0,59% (mtm) atau 2,34% (yoy). Dengan capaian tersebut, inflasi DIY secara keseluruhan pada 2022 berada pada level 0,64% (ytd) serta masih sejalan dengan sasaran inflasi yang ditetapkan pada 3 +/- 1% (yoy). 

“Inflasi DIY Februari secara umum didorong oleh kenaikan harga kelompok barang administered prices seiring dengan penyesuaian harga LPG non subsidi dan kenaikan cukai rokok. Peningkatan harga LPG terjadi selaras dengan penetapan kenaikan harga LPG nonsubsidi 12 kg dan 5 kg oleh pemerintah pada 25 Desember 2021, hingga Februari 2022 sejalan dengan trend peningkatan harga acuan LPG  CPA (Contract Price Aramco),“ tutur Budiharto Setyawan, Kepala Perwakilan Bank Indonesia Daerah Istimewa Yogyakarta.

Berkenaan dengan ini pedagang ritel DIY secara bertahap melakukan penyesuaian harga komoditas tersebut. Sementara kenaikan tarif cukai didasarkan pada keputusan Menteri Keuangan untuk menaikan rata-rata cukai rokok 12% di tahun 2022.

Peningkatan lebih tinggi pada kelompok administered prices tertahan oleh deflasi pada tarif pesawat udara sebagai dampak dari pembatasan mobilitas akibat peningkatan kasus Covid-19. Tercatat, angkutan udara mengalami deflasi 5,34% (mtm) di bulan Februari 2022.

Peningkatan inflasi DIY Februari 2022 tertahan oleh deflasi berbagai komoditas pada kelompok volatile foods. Deflasi terutama disebabkan oleh penurunan harga telur ayam ras, minyak goreng, daging ayam ras, cabai merah serta cabai rawit. 

Intervensi pemerintah dalam menstabilkan harga minyak goreng diantaranya melalui penetapan HET, monitoring yang kuat serta operasi pasar oleh Pemerintah Daerah berhasil menurunkan harga minyak goreng di DIY 9,3% (mtm). 

Mencermati kondisi terkini dan risiko ke depan, kondisi inflasi di DIY diperkirakan masih berada pada sasaran yang ditetapkan. Namun TPID DIY mewaspadai dinamika perekonomian global yang berpotensi mendorong peningkatan inflasi dalam negeri, utamanya dari kelompok energi dan kelompok barang-barang imported inflations serta dampaknya terhadap kelompok inti. 

“Dalam hal ini, Bank Indonesia bersama dengan TPID DIY akan terus melakukan koordinasi dan pemantauan serta menyiapkan langkah-langkah dalam menjaga stabilitas harga. Selain itu TPID DIY dalam jangka panjang juga terus memperkuat koordinasi kebijakan guna menjaga daya beli masyarakat sekaligus mampu mendorong perekonomian DIY," pungkas Budiharto Setyawan.