Minyak Brent Tembus USD110,01 per Barel, Awas Harga BBM Naik

MUS • Wednesday, 2 Mar 2022 - 11:55 WIB

Jakarta - harga minyak mentah Brent melonjak drastis hari ini. Brent dibanderol USD110,01 per barel. Berdasarkan data New York Mercantile Exchange (NYMEX) hingga pukul 10:51 WIB, minyak Brent kontrak Mei 2022 melesat 4,80% menembus USD110,01 per barel, dari sesi sebelumnya di USD104,97 per barel.

Kontrak Brent Juni 2022 melesat 3,98% di USD105,15 per barel, dan kontrak Brent Juli 2022 terbang 3,62% di USD101,52 per barel.

Sementara itu, minyak West Texas Intermediate (WTI) kontrak April 2022 naik 5,08% di USD108,68 per barel, kontrak Mei 2022 meroket 4,78% di USD105,00 per barel, dan kontrak Juni 2022 to the moon 4,29% di USD100,37 per barel.

Kenaikan harga komoditas minyak mendapat dorongan dari sanksi Amerika Serikat dan Uni Eropa terhadap Rusia.

Diketahui, hukuman negara-negara barat terhadap Rusia menyusul agresi militer Moskow di Ukraina menghambat pembiayaan perdagangan untuk pengiriman minyak mentah. Sejumlah investor komoditas minyak memilih untuk menghindari pasokan Rusia di tengah ketatnya pasar.

"Gangguan perdagangan mulai menarik perhatian orang," kata ekonom Westpac Justin Smirk, dilansir Reuters, Rabu (2/3/2022).

Justin mencermati bahwa masalah pembiayaan akan terus mendorong harga minyak menembus level tertingginya.

"Masalah seputar pembiayaan perdagangan dan asuransi - itu semua berdampak pada ekspor minyak dari Laut Hitam. Guncangan pasokan sedang berlangsung," lanjutnya.

Seperti diketahui, ekspor minyak Rusia menyumbang sekitar 8% dari pasokan global. Pada saat yang sama, negara-negara Barat masih belum memberlakukan sanksi terhadap ekspor energi secara langsung. Kendati demikian, sejumlah investor dan trader di Amerika Serikat diperkirakan akan menghindari minyak mentah dari Rusia.

"Para pedagang kemungkinan tidak menyentuh barel minyak dari Rusia. Kita sudah melihat masalahnya sekarang, memang ada yang sudah dibeli sebelum invasi. Tetapi tidak akan banyak lagi setelah itu," kata seorang trader di Pelabuhan New York kepada Reuters.

Sementara itu, pelepasan stok sejumlah 60 juta barel minyak oleh negara-negara anggota Badan Energi Internasional yang disepakati pada Selasa (1/3)diperkirakan bakal membatasi kenaikan harga minyak di pasar. Namun, analis menilai itu hanya akan memberikan bantuan sementara di sisi pasokan.

"Mereka membantu membatasi kenaikan, tetapi jika ingin membalikkan harga, kita membutuhkan sesuatu yang lebih sustain," tegas Smirk.