The Batman, Pengalaman Menegangkan, Mengembalikan Kepercayaan

MUS • Tuesday, 1 Mar 2022 - 08:15 WIB

Gotham sudah sangat mencekam. Kejahatan di mana-mana. Masyarakat memberontak, vandalisme merebak. 

Kota ini bisa dibilang sudah sangat maju. Buktinya, ada kereta bawah tanah beroperasi sampai malam, meski sudah terlihat kusam. 

Selain itu, terlihat bangunan klasik yang mampu dipertahankan para perencana kota, dipadu modernnya pencakar langit, dan jalan mulus, yang tampaknya tidak bolong akibat tergenang apalagi kebanjiran, padahal hujan turun bermalam-malam sepanjang "The Batman". 

Namun, keunggulan infrastruktur di sana tak bisa menutupi kebobrokannya. Menurut sutradara "The Batman" Matt Reeves, Gotham merupakan tempat mengerikan. Delapan dekade The Batman juga telah menghasilkan sederet Super-Villains paling ikonik di semua komik, serta sejumlah tokoh pendukung lainnya yang menempati lokasi tercinta: Gotham City. 

Ketika film dibuka, proses debat berlangsung dalam proses pemilihan walikota. Berlangsung sangat ketat. Penantangnya bernama Bella Real, kandidat termuda untuk posisi tersebut. 

Menggunakan taktik akar rumput, untuk menggalang pendukungnya dari kalangan bawah ke atas, Bella siap untuk merobek peraturan baku, untuk membersihkan kota dari kejahatan. Bella tidak takut untuk memanggil warga yang dia yakini bisa berbuat lebih banyak — seperti Bruce Wayne.

Selama dua tahun terakhir, Bruce Wayne telah menyerahkan hidupnya pada kegelapan malam. Menginspeksi jalan-jalan Gotham yang penuh kejahatan. Bruce memilih pertempuran kejahatan kecilnya dan biasanya menang... Dilengkapi sinar logo kebanggaan Batman, yang menghiasi langit gelap. 

Tetapi, Bruce hanya satu orang. Kejahatan terjadi banyak lini. Pada malam seperti Halloween, misalnya, ketika semua hantu datang berpakaian untuk membunuh, kita tidak pernah tahu siapa yang berkeliaran, atau di balik topeng… atau siasat apa yang mungkin mereka miliki.

Saat semua orang mengenakan kostum, Bruce Wayne berpatroli di jalan-jalan bukan sebagai dirinya sendiri, bukan dalam Batsuit, tetapi sebagai seseorang di antara Bruce dan bayangan Bat—persona, yang disebut sebagai the Drifter (gelandangan). 

Berpakaian khas, dalam balutan serba hitam, mata bercat hitam, pemikiran gelandangan; konsep nihilistik sangat terkait dengan tubuh... dan jiwanya. Di sinilah Bruce sering memilih untuk tinggal, jauh di hunian mewah, seorang pria di ujung keputusasaan, yang tidak melihat harapan bagi kota dan penduduknya, mencari alasan untuk menyerang kapan saja.

Bruce sudah menjalankan peran yang dipilihnya sendiri, sebagai perwujudan pembalasan Gotham — main hakim sendiri di malam hari yang menyerang ketakutan di hati para penjahat. Seorang keturunan tertutup dari keluarga terkaya Gotham, yang mempertanyakan warisan keluarganya, Detektif Terhebat di dunia, menggunakan kombinasi mematikan dari penguasaan mental, kekuatan fisik, dan teknologi ahli. Walau begitu, emosilah yang mendorongnya.

Dengan sedikit pihak yang bisa dipercaya, pengasuh Alfred dan anggota kepolisian Kota Gotham, Lt. James Gordon, Bruce berusaha mengungkap kejahatan berjaringan dan perilaku korup para elitnya. 

Di depan matanya telah terpampang rangkaian pembunuhan orang-orang penting Kota Gotham. Para korbannya terbunuh secara sadis. Sebagai detektif bersama perwira James alias Jim Gordon, Batman mencoba menginvestigasi siapa pelaku kejahatan tersebut. 

Ketika bukti mulai mengarah lebih dekat ke personal Bruce, dan skala rencana pelaku menjadi jelas, Batman harus memberi kesempatan pada sudut pandang baru, membuka kedok pelakunya, dan membawa keadilan atas penyalahgunaan kekuasaan, korupsi, jaringan narkotika, sampai terorisme. Gurita kejahatan kompleks dan lengkap, yang telah lama menjangkiti Kota Gotham. 

Karena bukan superhero, Batman perlu waktu untuk menumpas kejahatan. Dia pun setia pada hukum dan sebenarnya tidak ingin melanggar hukum. Idealismenya terasa kuat sebagai investigator profesional, yang meski terkesan pemula, bersedia bekerja sama dengan penegak hukum. 

Selain itu "The Batman" juga menghamparkan begitu banyak karakter penting, mulai dari Selina Kyle alias Catwon (Zoë Kravitz), Oz aka The Penguin (Colin Farrell), Edward Nashton / The Riddler (Paul Dano), Carmine Falcone (John Turturro), serta orangtua tercinta Bruce, Thomas dan Martha Wayne.

Selama hampir 3 jam, fans maupun penonton awam diajak menikmati twist demi twist, kisah epik, menegangkan, emosional, dengan skala visual besar-besaran, dalam setting lokasi ikonik Kota Gotham. Di sana, ketakutan telah memuncak dan harus dihentikan. 

Dengan visualisasi klasik ala film kriminal tahun 70-an, kita diajak mengikuti sinergi Batman dan Polisi Jim Gordon sebagai penumpas kejahatan pada sentral cerita. 

Seluruh elemennya terasa pas pada tenpatnya termasuk tone, suasana, score, dan musiknya. 

Secara meyakinkan, "The Batman" berhasil menjawab banyak keraguan dan mengembalikan kepercayaan atas ciri khas realistis, menghentikan tindak pidana yang kita saksikan sehari-hari di kota besar. 

Dalam ketenangan dan kegelapan, penonton diajak terhanyut dalam kesan 'cool' Robert Pattinson sebagai Batman, memecahkan teka-teki dalam ruwetnya jalan panjang berlapis yang enak diikuti, meninggalkan penasaran sampai akhir. (MAR)

Genre: Action
Sutradara: Matt Reeves (“Dawn of the Planet of the Apes”, “Cloverfield”) 
Pemeran: Robert Pattinson, Zoë Kravitz, Colin Farrell, Paul Dano 
Durasi: Hampir 3 jam 
Distributor: Warner Bros. Pictures
Mulai tayang di bioskop Indonesia: 2 Maret 2022 (termasuk IMAX)