BKKBN Cegah Generasi “Layangan Putus”

MUS • Tuesday, 22 Feb 2022 - 11:20 WIB

Jakarta - Jika pergi pelesir ke Cappadocia adalah impian Kinan terhadap suaminya Mas Aris dalam sekuel film “Layangan Putus” maka penurunan angka stunting nasional adalah harapan Presiden Joko Widodo terhadap Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) untuk mengemban tugas tersebut. 

Berdasarkan Perpres Nomor 72 Tahun 2021 tentang Percepatan Penurunan Stunting, BKKBN ditunjuk sebagai Ketua Pelaksana Percepatan Penurunan Stunting di Indonesia. Maka dengan Perpres tersebut, BKKBN mendapatkan mandat baru yaitu menurunkan angka stunting di Indonesia dari 27,67 persen (2019) menjadi 14,00 persen pada Tahun 2024.

Hasil Survei Status Gizi Balita Indonesia (SSGBI) 2021 menyatakan angka stunting di Indonesia sudah menurun menjadi 24,40 persen. Hal ini berarti kita harus tetap bekerja keras untuk menurunkan sebesar 13 persen, agar mencapai target nasional di tahun 2024 sebesar 14,00 persen. 

Dengan mandat tersebut di satu sisi merupakan kepercayaan Presiden kepada BKKBN namun disisi lain perlu kerja keras dan kerjasama dengan berbagai sektor terkait, baik antar K/L maupun organisasi-organisasi/ mitra kerja potensial. Dan untuk itu telah dilakukan launching pendampingan, konseling dan pemeriksaan kesehatan dalam tiga bulan pra nikah bagi calon pengantin secara daring oleh Menko PMK di Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah beberapa waktu yang lalu.

Untuk lebih menajamkan dan menyelaraskan Program Pembangunan Keluarga, Kependudukan dan Keluarga Berencana atau Program Bangga Kencana, BKKBN menggelar Rapat Kerja Nasional (Rakernas) pada Selasa-Rabu (22-23 Februari 2022).

Rakernas yang dibuka oleh Wakil Presiden RI Maruf Amin di Auditorium BKKBN Jl. Permata No. 1 Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur ini mengambil tema Penguatan Program Bangga Kencana dan Percepatan Penurunan Stunting melalui Optimalisasi Sumber Daya dan Konvergensi Lintas Sektor digelar secara tatap muka dan virtual meeting (zoom meeting/channel Youtube BKKBN Official).

Rakernas ini mengundang sembilan narasumber dari lintas sektor, eksternal dan internal BKKBN, serta diikuti oleh 880 peserta dari seluruh Indonesia. Di antaranya Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (keynote speaker), Kementerian Dalam Negeri, Kementerian Agama, Kementerian Kesehatan, Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), Kepala BKKBN, Deputi Bidang KB KR BKKBN, dan Inspektur Utama BKKBN.

Program Bangga Kencana meliputi beberapa aspek program, antara lain: peningkatan ketahanan keluarga balita dan anak, ketahanan remaja dan ketahanan lanjut usia serta pemberdayaan ekonomi keluarga.

Di bidang kependudukan meliputi kegiatan tentang kerjasama pendidikan kependudukan, pemaduan kebijakan pengendalian penduduk, perencanaan pengendalian penduduk serta analisis dampak kependudukan.

Sementara di bidang keluarga berencana meliputi program dan kegiatan peningkatan akses dan kualitas pelayanan kontrasepsi, penyediaan alat dan obat kontrasepsi yang merata di seluruh wilayah dan fasilitas kesehatan, penggerakan pelayanan keluarga berencana di wilayah kumuh, miskin dan rentan dan berbagai wilayah perbatasan dan kepulauan serta kegiatan di bidang kesehatan reproduksi bagi pasangan usia subur sesuai Undang-Undang Nomor 52 Tahun 2009,

Dalam Rencana Strategis (Renstra) BKKBN tahun 2020–2024, ditetapkan visi BKKBN yaitu “Terwujudnya Keluarga Berkualitas dan Pertumbuhan Penduduk yang Seimbang guna mendukung tercapainya Indonesia Maju yang Berdaulat, Mandiri, dan Berkepribadian Berlandaskan Gotong-Royong”. Dengan visi tersebut BKKBN berkomitmen mendukung visi misi Presiden RI yang tertuang dalam RPJMN 2019–2024.

Adapun Sasaran Strategis Program Bangga Kencana seperti tertuang pada Renstra, maka target dan capaian program tahun 2021 sebagai berikut:

Menurunkan angka kelahiran total/Total Fertility Rate (TFR) target 2,24 capaian 2,24 (100 persen). 

Meningkatnya Angka Prevalensi Pemakaian Kontrasepsi Modern/Modern Contraceptive Prevalence Rate (mCPR) target 62,16 persen capaian 57,00 persen (91,70 persen)

Menurunnya kebutuhan ber-KB yang tidak terpenuhi/Unmet Need target 8,30 persen capaian 18,00 persen (46,11 persen)

Menurunnya Angka Kelahiran Menurut Kelompok Umur 15-19 tahun/Age Specific Fertility Ratio (ASFR), target 24 per 1.000 kelahiran usia 15-19 tahun capaian 20 per 1.000 kelahiran usia 15-19 tahun (120 persen)

Meningkatnya Indeks Pembangunan Keluarga (iBangga) target sebesar 55,00 capaian 54,01 (98,20 persen) 

Meningkatnya Median Usia Kawin Pertama (MUKP) perempuan target 22 tahun capaian 20,71 tahun (94,14 persen)

Meningkatnya kesertaan PA MKJP dengan target 25,93 persen capaian 22,40 persen (86,38 persen)

Tingkat Putus Pakai Pemakaian Kontrasepsi target 24,50 persen capaian 21,03 persen (116,50 persen)

Masyarakat yang terjangkau Program Bangga Kencana target 60,00 persen capaian 76,02 persen (126,70 persen)

Seperti diketahui bersama bahwa tahun 2021 adalah tahun yang berat dan sulit dalam pelaksanakan Program Bangga Kencana karena belum berakhirnya pandemi Covid-19. Namun demikian, semangat dan kerja keras dari seluruh pengelola program, baik pusat maupun daerah tetap konsisten tercapainya sasaran yang telah ditetapkan.

Dan kita perlu bersyukur bahwa sasaran indikator program Bangga Kencana sebagian besar dapat tercapai termasuk dalam pelaksanaan pendataan keluarga tahun 2021. 
Langkah-langkah percepatan penyelenggaraan program Bangga Kencana ini harus segera dimulai sejak dini.

Oleh karena itu, diperlukan sinergitas, integrasi dan akselerasi serta komitmen para pemangku kebijakan dan mitra kerja dalam peningkatan penggerakan Program Bangga Kencana di seluruh tingkatan wilayah. Dalam mencapai tujuan yang dimaksud, BKKBN memerlukan koordinasi dan kolaborasi dengan seluruh pemangku kebijakan/stakeholder dan mitra kerja lainnya.

Strategi pelaksanaan Program Bangga Kencana tahun 2022 harus disusun dan dikembangkan dalam bentuk operasional nyata serta memiliki output yang terukur, seperti Rencana Aksi Nasional Percepatan Penurunan Stunting (RAN PASTI) dengan menajamkan intervensi dari hulu melalui prioritas mencegah lahirnya anak stunting,  operasional Tim pendamping keluarga serta target kinerja lainnya. 

Penurunan angka stunting nasional bukan lagi sekedar “impian” seperti harapan Kinan terhadap Mas Aris di film “Layangan Putus”. Penurunan angka stunting adalah wujud kepedulian kita bersama.